Bagaimana kalau anak-istri, karyawan-karyawanku meminta sesuatu kepadaku dengan terburu? Tentu rasanya tak enak. Mungkin inilah tujuan Allah menegurku. Batinnya bergolak. Mardani memperpelan doanya. Sejak itulah saat menjadi imam shalat maupun memimpin doa atau pengajian, dia membiasakan diri dengan perlahan dan lebih khusyuk.
Suatu pagi sepulang mengimami shalat shubuh di masjid, dia disongsong istrinya di pintu depan. Si istri menyerahkan catatan permintaan kepada Mardani.
“Ada apa, Bu?” tanya Mardani sambil menerima catatan itu.
“Mau minta uang belanja. Ibu mau ke pasar.” Lancar dan bersih Mardani mendengar istrinya berbicara. Tanpa berusaha membaca, catatan itu dia remas lalu membuangnya ke tong sampah.
Dia sebenarnya sangat takjub menyadari keajaiban yang dia alami. Tapi dengan santai dia berkata, “Sebentar Bapak ambil di kantong celana ya, Bu.”
“Lho, Bapak sudah sembuh?”
“Alhamdulillah?”
“Karena apa, Pak?”
“Kok Ibu seperti kurang setuju penyakit Bapak telah sembuh?”
“Bukan begitu, Pak. Tapi....”
Mardani tersenyum geli.
---sekian---