"Kamu kenal sama dia".
"Ehehehe... tidak sih. Sepertinya dia bukan dari sekolah kita. Semoga saja kalau cowok itu ambil dikembalikannya lagi".
"Tenang saja, pasti dikembalikannya itu".
"Kok kamu sok tahu gitu sih".
"Kan Nora yang bilang kalau cowok itu sangat tampan dan baik hati" Goda Seri.
"Aaahhhh sudahlah, kita belajar saja".
Mereka pun akhirnya belajar seusai membereskan kamar yang tadi berantakan dan Nora tidak lagi memikirkan tentang buku hariannya yang hilang itu.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali gadis bernama Nora sudah berdiam diri didepan gerbang sekolahnya. Tentunya menunggu Faldi, mengikuti firasat dan kata hati untuk meyakinkan diri bahwa buku harian itu berada dalam gengaman pemuda yang menabraknya semalam. Fikiran yang diselimuti kegelisahan tergambarkan melihat reaksi Nora yang melangkah perlahan berputar-putar tanpa tujuan yang jelas dan mengigit jari telunjuknya.
"Mudah-mudahan ada sama cowok itu" Gumam hatinya. Wajahnya seketika berubah melihat seseorang yang berjalan sendirian, meskipun wajahnya belum jelas hatinya sudah meyakinkan bahwa itu Faldi.Â
"Bagaimana kalau kalau tidak ada, aku harus mengatakan apa nanti agar dia tidak tersinggung" Ternyata wajah girang itu hanya sebentar. Bukan semakin tenang, hatinya malah menjadi bertambah gelisah melihat Faldi semakin mendekat. Jantungnya berdetak tidak karuan setelah melihat jelas wajah Faldi yang perlahan mulai mendekat.
Faldi sekarang sudah berada di depan wajahnya. Nora mencoba membalas pandangan hangat Faldi namun tidak bertahan lama, dia akhirnya merunduk tersipu malu. Diam seribu bahasa, bingung memulai pembicaraan dari mana. Hatinya berontak, kenapa harus perempuan yang duluan memulai pembicaraan dalam hatinya.