PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARANÂ
Dalam perjalanan mencari tahu tentang Tuhan, manusia menempuh berbagai macam metode dan melalui beragam institusi yang ada. Pesantren, salah satu elemen pendidikan yang telah dikenal masyarakat, sejak lama memiliki andil yang cukup besar untuk membantu menuntun manusia mengenal-Nya. Pesantren dengan ciri khasnya mempunyai berbagai nilai lebih dalam dunia pendidikan, terutama dikaitkan dengan pendidikan moral masyarakat.Â
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, pesantren telah memainkan peranan yang cukup besar dalam usaha memperkuat iman dan meningkatkan ketaqwaan, membina akhlak mulia dan mengembangkan swadaya masyarakat Indonesia serta ikut mencerdaskan bangsa melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal. Peranan itu nampak pada sumbangsih yang diberikannya kepada masyarakat dan bangsa ini.[17]
Pada saat diresmikan, santri sudah banyak yang berdatangan. Baik dari Yogyakarta dan sekitarnya, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ini bisa dimaklumi, karena KH. M. Mufid Mas'udcukup dikenal oleh kalangan kaum Muslimin di pulau Jawa sebagai seorang pendidik dan ahli di bidang Al-Qur'an.[18]Â
 Pada saat itu, keadaan kampung Candi tidak seramaidan sekondusif sekarang. Rumah-rumah penduduk masih jarang dan rawan akan kriminalitas bahkan gangguan makhluk halus. Seperti yang dituturkan Bu Sri (55) warga Candi "Biyen kene ki, sepi mas, ora mung maling, demite wae isih akeh" (dulu di sini sepi, tidak hanya maling, makhluk haluspun masih banyak).Â
Pada saat malam hari, orang-orang segan untuk ke luar rumah, disamping takut, keadaan saat itu tidak memungkinkan (tidak ada geliat ekonomi, karena tidak seperti sekarang, banyak berdiri warung-warung dan wartel-wartel). Walaupun mayoritas penduduk di sekeliling pondok beragama Islam, akan tetapi pemahaman tentang keagamaannya sangat minim. Bisa dikatakan, kebanyakan penduduknya adalah muslim abangan. Hal-hal demikian menjadi tantangan dan cobaan bagi KH. M. Mufid Mas'ud dalam memimpin dan mengembangkan Pesantren yang baru dirintisnya ini.[19]Â
Lambat laun, santri-santri pun berdatangan untuk menimba ilmu di Pesantren yang terkenal dengan spesialis pengahafal Al-Qur'an ini. Tidak heran, karena Takhossus Li Tahfidz Al-Qur'an merupakan trade mark serta program pendidikan pertama yang ada di PPSPA. Menyusul Madrasah Diniyyah yang penekanannya lebih pada pendalaman kitab-kitab kuning.[20]Â
Kemudian, karena desakan dari berbagai pihak, tentang perlunya PPSPA memiliki sekolah formal (saat itu banyak santri yang sekolah formal di luar). Pada tahun 1986 didirikan Madrasah Tsanawiyah SPA dan Madrasah Aliyah SPA. Dengan kondisi gedung dan pra-sarana fisik lainnya yang sangat sederhana. Tidak seperti sekarang, pada saat itu, gedungnya menjadi satu antara MTs. dan MA. Ini membuktikan bagaimana keadaan Pesantren secara umum saat itu.[21]Â
Tahun demi tahun, perkembangan PPSPA bertambah pesat, pembangunan-pembangunan terus dilakukan guna mengimbangi perkembangan zaman. Pondok di perluas dari yang semula hanya komplek satu (tanah awal berdirinya PPSPA) dikembangkan menjadi beberapa komplek. Masjid Nurul Qur'an, yang sebelumnya hanya merupakan masjid kecil berukuran 8x8x1 m2 diperlebar dan direnovasi menjadi masjid yang bertingkat berukuran 16x14x1 m2.Â
Kini berkat ketulusan hati dan berbekal tawakkal kepada Allah SWT serta dukungan ummat Islam baik materil maupun moril, khususnya do'a dari para ulama, PPSPA telah memasuki usia yang ke-31. Atas pertolongan Allah SWT, Pesantren yang awal berdirinya hanya berupa sebuah musholla kecil dan sebuah rumah sederhana waqaf dari H. Masqudi Abdullah, berkembang menjadi Pesantren yang besar, baik dari segi kualitas maupun kuantitas santri dan alumninya.Â
Sampai saat ini, tidak hanya Lembaga-lembaga Pendidikan saja yang ada di PPSPA, kegiatan-kegiatan lainnya pun yang bersifat sosial dan bertujuan untuk syiar agama Islam dan mendidik ummat, dikembangkan, semisal pengajian dan mujahadahan bagi masyarakat sekitar Pesantren. Hingga kini PPSPA berkembang dengan pesat, para santri berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, bahkan dari luar negri.[22]Â