BIOGRAFI MBAH MUFID MAS'UDÂ
Buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya. Demikian pepatah Melayu yang menggambarkan adanya kedekatan kepribadian dan kualitas seseorang dengan nenek moyangnya. Jika dilihat dari garis silsilah KH. M. Mufid Mas'ud, pepatah Melayu itu tampaknya tidak salah. KH. M. Mufid Mas'ud adalah satu kyai Yogyakarta yang telah merintis Pondok Pesantren Sunan Pandanaran di jalan Kaliurang km. 12,5 pada tahun 1975 M. Sosok ini dikenal sebagai seorang muballigh (Ad Da'i Ilallah).Â
Di kalangan pesantren, beliau dikenal sebagai kyai Al-Qur'an, sebab Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang diasuhnya, pada awal berdirinya dikhususkan bagi santri yang ingin menghafalkan Al-Qur'an. Beliau tidak suka dengan yang namanya kegiatan yang disebut organisasi, baik organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan. Namun beliau tidak melarang putra-putri dan santri-santrinya untuk terjun ke dalam kegiatan organisasi. Asal bertujuan untuk kemaslahatan ummat.[10]Â
KH. M. Mufid Mas'ud merupakan keturunan ke-14 dari Sunan Pandanaran. Beliau adalah wali Allah yang menyebarkan Islam di daerah Tembayat, Klaten, Jawa Tengah, atas perintah Sunan Kalijaga. Karena besarnya jasa beliau dalam penyebaran Islam, banyak orang yang beranggapan bahwa ziarah ke makam Wali Songo belum sempurna jika tidak menziarahi makam Sunan Pandanaran (Sunan Bayat). Melihat garis keturunan KH. M. Mufid Mas'ud tersebut dapat dipastikan bahwa beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang agamis. Di samping mendapatkan bimbingan keagamaan langsung dari orang tua, pendidikan dasar KH. M. Mufid Mas'ud ditempuh di Madrasah Ibtidaiyah Manbaul 'Ulum, cabang Solo. Lembaga pendidikan Islam ini didirikan oleh Paku Buwono X. Dan ketika KH. M. Mufid Mas'ud menempah pendidikan di sana, madrasah tersebut diasuh oleh KH. Sofwan.[11]Â
KH. M. Mufid Mas'ud mempunyai nama panggilan sewaktu kecil Mufid. Adapun nama lengkap yang berasal dari pemberian orang tuanya yaitu Muhammad Mufid, dengan harapan sesuai namanya agar menjadi orang yang bermanfaat baik ilmu maupun hartanya. Lahir di kampung Sondakan Kotamadya Surakarta pada 26 Januari 1927, dari seorang ayah yang mempunyai nama kecil Hasan dan setelah menikah diberi nama oleh orang tuanya (mertuanya) Ali Mas'ud dan setelah meninggalnya, beliau dihajikan (haji badaliyah oleh putranya KH. M. Mufid Mas'ud) diberi nama H. Abdul Majid bin RM. Idzhar. Sedangkan ibunya bernama Hj. Syahidah (hajinya juga Badaliyah) binti Prawiro Sumarjo dengan nama Haji Badaliyah (KH. Abdullah).[12]Â
Mufid kecil setelah bertempat tinggal di Bayat tumbuh berkembang sebagaimana umumnya anak-anak kecil di pedesaan, namun karena masih ada aliran darah biru, Mufid kecil pada usia 7 tahun boleh masuk sekolah dasar di Jiwo wetan Wedi Klaten, aturan zaman itu sekolah hanya diperbolehkan untuk masyarakat yang mempunyai kedudukan atau mempunyai aliran darah biru (ningrat), diluar jam belajar, Mufid bermain bersama-sama dengan anak-anak sebayanya, teman bermainnya pun dari masyarakat biasa karena memang secara lahiriyah keluarga Mbah Ali adalah keluarga yang hidup sangat sederhana melihat dari bangunan yang masih di tinggal yaitu sebuah langgar panggung tempat untuk mengajar dan berkhalwatnya, dan menurut cerita dari tetangga sekitarnya, langgar tersebut dibangun sendiri tanpa bantuan dari tetangga. Membelah kayunya dengan cara menggergaji bawahnya diberi bandul batu.[13]Â
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARANÂ
 Berdirinya PPSPA tidak dapat terlepas dari perjalanan spiritual pendirinya. Karena sudah dari sononya, bisa dikatakan Pesantren jika ada kyainya. Kyai merupakan unsur pertama dari terbentuknya sebuah Pesantren. 31 tahun lampau, bermula dari niat luhur KH. M. Mufid Mas'ud (saat itu sebagai Pengasuh PP. Putri Al-Munawwir, Krapyak) untuk melaksanakan panggilan hati yang suci demi "izzul Islam wal muslimin", serta restu dan isyarah dari para guru beliau, diantaranya KH. Abdul Hamid Pasuruan. Habib Sayyid Muhammad Ba'abud (Malang), KH. Ali Ma'shum (Krapyak), dan KH. Muntaha (Wonosobo).Â
Tepat pada 14 Syawwal 1395 H secara resmi beliau sekeluarga hijrah dari Krapyak Bantul ke desa Candi Sardonoharjo, Ngaglik, Kab. Sleman, diiringi doa dan keikhlasan dari keluarga besar Krapyak untuk melepasnya. Untuk kemudian menetap di tanah waqaf dari Nyai Abdullah Umar dan H. Masqudi Abdullah (ahli waris/istri dan anak satu-satunya alm. K. Abdullah Umar) seluas 2000 m2 yang bangunan diatasnya berupa (1) buah rumah dan (1) buah musholla kecil.[14]Â
 Tidak seperti lazimnya Pesantren-pesantren lain, yang namanya identik dengan Bahasa Arab, semisal: Darul Muttaqin, Nurul Falah dsb, nama Sunan Pandanaran dipilih oleh KH. M. Mufid Mas'ud untuk pesantren yang didirikannya ini. Tentu nama ini ada latar belakangnya, menurut bapak Kyai, beliau masih ada silsilah dengan Sunan Pandan Aran, seorang waliyullah, murid Sunan Kalijaga yang menjalankan misi menyebarkan agama Islam di daerah Bayat, Klaten. Maka, untuk mengingat serta mengenang jasa beliau (disamping meminta petunjuk kepada Allah) dipilihlah namanya untuk Pondok Pesantren yang baru berdiri ini.[15]Â
Pada tanggal 17 Dzulhijjah 1395 H bertepatan dengan tanggal 20 Desember 1975 M. PPSPA diresmikan oleh Wagub DIY (saat itu Sri Paduka Paku Alam VIII) disaksikan oleh Bupati Sleman (Drs. Projosuyoto), Kakanwil Depag DIY (Drs. Asyhuri Dahlan), Kakandepag Kab. Sleman (Drs. H. Fakhruddin), para Pimpinan Pemerintah setempat, para Ulama dan masyarakat sekitar serta para simpatisan lainnya.[16]Â