"Siap Pak Bos" Rena menjawab dengan semangat
Rena kemudian merogoh sakunya tetapi ia tak menemukan catatan nomor telepon narasumbernya itu. Ia kemudian membuka buku catatan kecilnya, lembar demi lembar ia lihat dengan seksama.
"Astaga, Gue simpen di mana tu nomor, " rena telah selesai membuka buku catatannya dan mulai mengacak-acak tas ranselnya.
"Sok sibuk banget sih loe, nyari apaan si?" tanya Prima kebingungan
"Banyak bacot loe, bisa diem ga sih" jawab Rena ketus.
"Yee,,ditanya malah ketus gitu, mau gua bantuin?" Prima menawarkan bantuan dengan percaya diri.
Rena masih sibuk dengan pikirannya yang kacau.
Kemudian, Rena mengingat sesuatu. Rena ingat menulis nomor tersebut dalam selembar kertas kecil sebelum mencatatnya di buku catatannya dan parahnya lagi dia ingat, kertas kecil itu yang ia lemparkan tadi pada Prima.
Saat Prima akan berlalu meninggalkan rena yang telah mengabaikan pertolongannya, tiba-tiba Rena menjerit..
"Prima.........."...
Prima menutup telinganya dengan rapat ia kaget bukan kepalang dengan suara Rena yang melengking hingga tujuh oktaf.