Mohon tunggu...
Rieska Utami
Rieska Utami Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

penyuka sepi dan penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Prima dan Rena Episode 1 "Gara-gara Loe"

10 Agustus 2019   19:47 Diperbarui: 10 Agustus 2019   22:03 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski usia tidak muda lagi, Rena masih enerjik seperti remaja. Ia aktif untuk mencari berita untuk stasiun TV tempat ia bekerja. Ia pergi ke sana ke mari, pergi pagi pulang pagi meski kadang-kadang harus menginap di kantor. 

Rena orang yang supel, hampir semua orang menyukainya, kecuali Prima, reporter berita luar negeri yang merupakan teman SMP Rena. Entah mengapa mereka bertengkar setiap hari. Apakah Prima pernah ditolak cintanya oleh Rena?.

Tidak ada yang dapat memungkiri bahwa Rena dan Prima sangat serasi, sama-sama doyan kopi, sama-sama doyan movie,  sepertinya memang mereka ditakdirkan untuk bersama.

"Eh Prim, loe ikut ga ke partynya si Fajar", sahut Rena yang baru saja datang dan melihat Prima sedang asyik makan apel sambil nonton siaran ulang pertadingan Liverpool tadi malam.

"Tau sendiri kan Ren, gua paling ga bisa dateng ke party-party gituan, pake nanya lagi", Prima menjawab dengan kesal.

"Party gituan gimana maksud loe" jawab Rena

"Yang namanya party tu loe harus bersosialisasi, ngebaur, dansa, joget sama kelompok lu, lah klo sendirian kaya gua, yang ada diketawain tu sama temen-temen loe yang suka gosip" sahut Prima tanpa melihat Rena dan hanya fokus pada laptopnya.

" Huh, dasar ansos loe" Rena menjawab dengan melemparkan bola kertas ke dahi Prima.

"Bodo..." jawab Prima sembari mengambil bola kertas kecil tadi.

Tiba-tiba Pak Dewa datang menghampiri Rena

"Rena, jangan lupa ya, hubungi narasumber kita untuk liputan kita besok. Kamu sudah catat kan nomor teleponnya tahu sendiri kamu dapetin nomor itu susahnya kayak gimana", sahut Pak Dewa sambil  meneguk segelas americano favoritnya.

"Siap Pak Bos" Rena menjawab dengan semangat

Rena kemudian merogoh sakunya tetapi ia tak menemukan catatan nomor telepon narasumbernya itu. Ia kemudian membuka buku catatan kecilnya, lembar demi lembar ia lihat dengan seksama.

"Astaga, Gue simpen di mana tu nomor, " rena telah selesai membuka buku catatannya dan mulai mengacak-acak tas ranselnya.

"Sok sibuk banget sih loe, nyari apaan si?" tanya Prima kebingungan

"Banyak bacot loe, bisa diem ga sih" jawab Rena ketus.

"Yee,,ditanya malah ketus gitu, mau gua bantuin?" Prima menawarkan bantuan dengan percaya diri.

Rena masih sibuk dengan pikirannya yang kacau.

Kemudian, Rena mengingat sesuatu. Rena ingat menulis nomor tersebut dalam selembar kertas kecil sebelum mencatatnya di buku catatannya dan parahnya lagi dia ingat, kertas kecil itu yang ia lemparkan tadi pada Prima.

Saat Prima akan berlalu meninggalkan rena yang telah mengabaikan pertolongannya, tiba-tiba Rena menjerit..

"Prima.........."...

Prima menutup telinganya dengan rapat ia kaget bukan kepalang dengan suara Rena yang melengking hingga tujuh oktaf.

"Apaan sih loe, teriak ga kira-kira, bisa bikin gua budeg tau gak?" prima kesal pada Rena.

"Prim, loe inget gak, kertas yang gue lempar ke kepala loe" tanya Rena .

"kertas? kertas apaan?" Prima bingung

" Dasar, pikun loe?" sahut Rena

"Itu kertas yang tadi gue lempar ke dahi loe yang lebar kaya lapangan basket di kompleks gue" Rena menambahkan.

" Eh,,dasar loe ibu RT, enak aja dahi John Travolta gue loe katain lapangan basket" timpal Prima

" Udah deh, mana kertasnya, loe inget gak simpen di mana" Rena semakin kesal dan tergesa-gesa ingin mengetahuinya.

"Wani Piro?" Sahut Prima

"Udah deh  banyak omong bgt sih loe,.. gue plester bibir loe sekalian" Rena semakin kesal

"yee dasar bu RT galak banget, bodo, itu kan urusan loe, loe cari aja sendiri" sahut Prima sambil berlalu.

Sambil menarik kerah baju Prima" Ya udah, ya udah gue traktir loe, Ayam Goreng Mas Pardi. Mana Kertasnya?"

"Pake jus, nasi 2 porsi, tambah kol goreng jangan lupa?" sahut Prima sambil tertawa.

"Iyaa ah, banyak request banget sih loe. Jadi mana kertasnya? Rena terus saja bertanya.

"Ya, udah gue buang dong Ren,,,, ngapain juga nyimpen tu kertas. Emang itu surat cinta loe buat gue ya?" Prima menggoda Rena.

" Amit-amit mamet,,,,loe kepedean banget sih" jawab rena kesal

" Gini-gini juga loe pernah naksir gue kan waktu SMP, loe kan suka cowok nerd kaya gue. Jujur aja, loe masih cinta kan sama gue?" Prima tertawa jahil.

"Udah,udah,...Prim, loe tau gak, di kertas itu ada nomor telepon narasumber gue. Gue tuh dapet nomor itu susah banget, ampe Pak Dewa ikut turun tangan bantuin gue. Lah, kalo nomornya ilang , bisa dibunuh gue ama dia"  jawab Rena cemas.

" Trus, mana tempat sampah loe" tanya Rena

"Tu,,lagi di beresin Mba Marni,,,,". Sahut prima tanpa beban..

"Prim, kalo sampe kertas itu ilang, loe bakalan tau akibatnya"  Sahut Rena

"Good luck ya,,bu RT...moga kertas belanjaan loe ketemu ya,,," Prima berteriak pada Rena yang telah berlalu meninggalkannya.

Rena pun berlalu dan mengejar Mba Marni sebelum kertas-kertas di tempat sampah prima bersih tak berbekas.

                                                                                                                                           **
Ren...Ren..andai loe ga segalak itu sama gue, dari tadi udah gue kasih kertas itu sama loe. 

Bersambung.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun