[caption id="attachment_375063" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Timur Tengah (Eramuslim.com)"][/caption]
"Pada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Ibnu Hawalah bertanya: Wahai Rasulullah, pilihkan untukku jika aku mengalaminya. Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam: Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya), karena Allah menjamin untukku negeri Syam dan penduduknya." (HR. Imam Ahmad)
Hadist diatas semakin menguatkan tentang kondisi Timur Tengah saat ini.
Yaman tengah bergejolak pasca Milisi Syiah Houthi mengambil alih kekuasaan dari Presiden Islam Sunni Abd-Rabbu Mansour Hadi dukungan Arab Saudi.
Sudah menjadi rahasia umum, Milisi Houthi di dukung penuh oleh Iran. Secara geopolitik dan ekonomi wilayah Yaman memang sangat strategis yang terletak di pintu masuk Laut Merah. Bagi Iran dan Arab Saudi, Yaman adalah posisi kunci. Khusus Arab Saudi, Yaman adalah benteng terakhir untuk mencegah semakin meluasnya pengaruh Syiah Iran ke wilayah monarki Arab Saudi.
Diberitakan BBC Indonesia, Kamis, (27/03/2015) waktu Indonesia, Arab Saudi bersama koalisinya melaksanakan serangan udara menggempur posisi-posisi milisi Houthi di Sana'a, Ibukota Yaman dengan mengerahkan 15o pesawat tempur.
Arab Saudi juga telah menggelar pasukan darat yang sangat besar di perbatasan Yaman. Penggelaran kekuatan militer itu menyusul bergeraknya milisi Houthi ke arah selatan Yaman. Basis terakhir Presiden Mansour Hadi dukungan Arab Saudi.
Konflik ini akan semakin memperluas perseteruan Syiah-Sunni di Timur Tengah. Konflik di Yaman merupakan perang terselubung antara Syiah Iran yang mendukung Houthi penganut Mazhab Syiah Zaidiyah melawan Arab Saudi dan monarki-monarki Sunni di kawasan Timur Tengah yang mendukung Presiden Hadi.
Pada akhirnya dengan invasi Arab Saudi dam koalisinya ke Yaman, konflik Syiah-Sunni di Timur Tengah akan meluas. Perang terselubung Iran dan Arab Saudi menjadi tiga front yakni, Suriah, Irak dan Yaman.  Dengan konstelasi politik terkini di Timur Tengah, tentu Arab Saudi tidak hanya membutuhkan dukungan dari negara-negara Teluk, tapi juga dukungan dari milisi-milisi perlawanan Sunni di Suriah, Irak dan Yaman seperti ISIS, Jabhah Nushrah dan Al-Qaeda. Pada akhirnya milisi-milisi tersebut akan mendapat tempat di hati Raja Salman dari Arab Saudi dan monarki-monaki Arab lainnya.
Salahsatu cara menghadapi kekuatan Syiah yang semakin kuat adalah koalisi besar Sunni yang terdiri monarki-monarki Arab Sunni, Turki, Pakistan, Mesir, Islam Melayu/Indonesia-Malaysia, Milisi Suni seperti Alqaeda, ISIS, Jabhah Nushrah, Taliban, serta organisasi-organisasi Islam seperti Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir.
Perang terselubung Arab Saudi-Iran ini berdampak juga terhadap ekonomi global. Diberitakan harga minyak dunia kembali naik paska Araba Saudi dan sekutunya menginvasi Yaman. Tentu hal ini akan berdampak negatif juga terhadap negara-negara dikawasan lain seperti Indonesia.
Syiah Iran memang bermain sangat cantik pasca Perang Teluk Pertama. Diam-diam, Iran bermain dua kaki dalam menghadapi Amerika Serikat. Intinya Iran ingin "menghabisi" benteng terakhir Sunni di Timur Tengah yaitu Arab Saudi. Tujuan utamanya adalah terjadinya Fatuh Mekkah dan Madinah ke tangan kelompok Syiah.
Muhammad Ridwan
Citizen Reporter di www.mediawarga.info
Sumber:http://www.mediawarga.info/2015/03/perang-terselubung-arab-saudi-iran.html
Baca juga :
Hari Santri Nasional Akan Mendistorsi Makna Santri
Kontrak Karya Freeport Tidak Diperpanjang, NKRI Terancam Bubar?
Tentara, Politik dan Isu Kudeta
Pilkada: Proses Demokrasi yang Melahirkan Oligarki
Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Saran dari IMF?
Analisis Marxis Tentang Islam Politik
Radikalisme Islam bukan Produk Impor, tapi "Home Ground"
Detik-detik Menentukan Perubahan Piagam Jakarta
Kelompok Syiah Rencanakan "Revolusi" Tahun 2018?
Jokowi Salahsatu Pemimpin Muslim Terkuat, tapi "Lembek" Soal Konflik di Suriah
HTI Tidak Mengakui ISIS Sebagai Negara Islam
Perceraian Kang Jalal, Allah Pecah-Belah Rencana Makar Syiah di Indonesia
Lembaran Putih Petisi 50, Mengingat Kembali Tragedi Tanjung Priok 1984
Dari Tun Abdul Razak ke Najib Razak, Lompatan Besar Mahathir dan Relasi Sosial di Malaysia
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI