Memiliki rumah yang nyaman, mobil yang mewah, anak-anak yang lucu, dan pasangan yang cantik atau tampan adalah impian bagi kita semua. Berbagai macam usaha dilakukan untuk memperisapkan dan menggapai hal tersebut. Namun, pernahkah kamu berpikir pada saat proses mempersiapkan itu tiba - tiba kamu pergi untuk selamanya?
Misalnya, kamu sedang makan bakso tusuk yang sangat pedas dan lezat kemudian tanpa sengaja kamu tersedak bakso dan akhirnya kamu pergi untuk selamanya. Ternyata setelah diselidiki kamu memakan bakso tusuk di tengah perlintasan kereta api dan kamu meninggal karena tertabrak kereta.
Seorang saksi melihat pada saat sebelum kamu tertabrak kereta, telingamu sedang ditutup oleh setan budeg. Wow... setan budeg, pantas saja kamu tidak bisa mendengar suara klakson kereta dan berakhir tertabrak lalu meninggal. Etss... tenang ini hanya intermezzo aja kok.
Baik, kali ini aku akan serius. Beberapa waktu yang lalu tanteku yaitu tante Yati meninggal dunia, dia pergi tanpa memberikan tanda apapun, tidak ada penyakit, dan tidak ada perkataan aneh sedikit pun yang keluar dari mulutnya.
Akhir - akhir ini dia memang sering membantu mengurus pekerjaan rumah di rumah Ibu Nina yang tak lain adalah mertuaku. Pagi hari sebelum wafat, tante Yati sempat mengirim whatsapp kepada Bu Nina.
"Teh Nina, Yati jadi kan ke rumah teteh hari ini?" tanya tante Yati melalui whatsapp.
"Iya jadi, nanti dijemput ya tan" jawab Bu Nina.
Tante Yati pun tiba, dia datang dengan penuh semangat untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Qodarullah hari itu aku tidak masuk kerja karena sedang flu. Amel istriku pun kebetulan sedang Work From Home (WFH), dan adik iparku Dodo juga sedang libur bekerja. Saat itu kondisi rumah yang biasanya sepi tidak ada orang mendadak ramai karena orang - orang rumah tidak pergi bekerja. Kecuali hanya Bu Nina yang pergi bekerja ke kantor.
"Assalamualaikum" tante mengucap salam.
"Waalaikumsalam tante" ucapku dan Amel seraya menjawab salam tante.
"Eh a Shafwan gak masuk?" tanya tante kepadaku.
"Ngga nih tan, aku lagi kurang enak badan" jawabku.
"Oh gitu, yaudah atuh istirahat aja kalo gitu ya" balas tante.
Hari itu semuanya berjalan seperti biasa, normal tidak ada yang aneh. Tante Yati memulai pekerjaannya membereskan rumah, Amel juga mulai berkutat dengan kertas kerjanya di layar laptop, aku yang masih berbaring dikamar karena masih merasa belum fit, dan Dodo juga sudah berada didalam kamarnya.
"Sayaanggg!!! Mau bakso gak?" teriak Amel dari meja kerjanya.
"Iya boleh" jawabku seadanya. "Eh tapi aku mau indomie juga ya" pintaku menambah.
"Oke deh. Kalo tante mau bakso juga?" Istriku balik bertanya pada tante.
"Iya boleh teh Amel" jawab tante singkat.
Amel pun beregegas keluar rumah untuk membeli bakso yang sudah dia panggil dari dalam rumah, setelah membeli basko, Amel mulai memasak indomie dan ditemani oleh tante Yati yang juga sedang didapur saat itu, mereka berbincang kesana kemari hingga indomieku selesai dimasak.
"Sayang, ini indomie sama baksonya ya" ucap Amel sembari menaruhnya.
"Loh nasinya mana?" tanyaku heran.
"Lah kan udah ada bakso, emang mau pake nasi juga?" Amel balik bertanya.
"Oiya jelas, aku kan pengikut sekte indomie pake nasi" jawabku sombong.
Aku pun beranjak pergi ke dapur untuk mengambil nasi, disana aku melihat tante sedang makan bakso dimeja makan. Saat mengambil nasi, mataku melirik tajam pada sebungkus sukro yang ada disamping tante.
"Tante Yatii... hehe, aku bagi sukronya dooongg" pintaku sambil bercanda.
"Oh ini ambil aja a, tante udah ko" jawabnya tersenyum dan sembari menyodorkan sukronya.
"Wah makasih tante hehe" ucapku berterimakasih.
Aku pun kembali ke kamar untuk menyantap indomie dan bakso bersama istriku tercinta. Selesai makan, kami kembali dengan aktivitas masing - masing. Tante juga sudah kembali ke ruang setrika untuk siap -- siap menyetrika baju, tak lama dari itu tante pun kembali lagi ke dapur, entah hendak melakukan apa disana. Â
Tak berselang lama, Dodo juga keluar dari kamarnya dan bersiap untuk mandi. Betapa terkejutnya dia menemukan tante sudah tergeletak dilantai dapur, kemudian Dodo berlari menuju kamarku untuk meminta bantuan.
"A Shafwan! Boleh minta tolong ga? Tante Yati pingsan dibawah" ucap Dodo panik.
"Hah?! Yang bener, dimana?!" jawabku kaget.
Amel yang sedang bekerja pun berteriak kaget, kala mendengar info tersebut.
"Kamu ganti baju! kita langsung ke rumah sakit!" suruh Amel.
Tanpa mempedulikan kehamilannya, Amel langsung berlari kea rah dapur untuk menemui tante, sementara aku ganti baju terlebih dahulu sesuai pinta Amel dan menyusulnya setelah selesai.
"Tan bangun! Tante bisa denger aku kan?" usaha Amel membangunkan.
"Kamu coba ambil balsem atau minyak kayu putih" pintaku pada Amel.
Aku pun mencoba untuk membangunkan tante, sembari menunggu amel mengambil balsam. Entah kenapa, aku reflek memeriksa denyut nadi pada leher dan tangan tante. Dan betapa kagetnya aku karena tidak dapat merasakan denyut nadinya. Namun, aku tetap berusaha berpikir positif kala itu.
"Ini balsamnya" ucap Amel menyodorkan balsam.
"Yaudah kamu pegang dulu, kita langsung bawa ke rumah sakit aja" ucapku.
"Do kamu siapin mobilnya ya" pintaku pada Dodo.
"Sekalian minta tolong Pak Bimo untuk bantu angkat tante ke mobil" tambah Amel.
*Pak Bimo pun tiba dirumah kami*
"Ini kenapa tante?" tanya Pak Bimo.
"Gatau pak, ayo kita angkat dulu ke mobil pak" pintaku pada Pak Bimo.
Tante Yati pun berhasil diangkat kedalam mobil, selama perjalanan menuju rumah sakit aku memangku kepala tante dan berusaha menyadarkannya dengan meletakan balsam tepat didepan hidungnya. Namun, tak ada reaksi apapun pada tante. Aku tetap berpikir positif bahwa tante masih bisa diselamatkan, dan selama perjalanan pun aku tetap berusaha menyadarkan tante.
"Tan ayo bangun..." suara Amel terdengar lirih dari kursi depan.
Setibanya dirumah sakit Karunia Bunda, Amel meminta pertolongan pada perawat yang berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) agar membawakan tempat tidur ke dekat mobil untuk memindahkan tante ke ruang IGD. Lalu Pak satpam menghamipiri dengan membawa kursi roda.
"Bukan kursi roda pak, tapi tempat tidur! Cepet pak, gerimis nih!" Teriakku dalam mobil.
Akhrinya, tante sudah berada didalam ruang IGD, dokter jaga pun langsung bergegas menghampiri untuk melakukan tindakan. Kami bertiga menunggu diruang tunggu. Seorang perawat menghampiri kami disana dan mengatakan:
"Keluarga Ibu Yati? Boleh salah satu ikut saya untuk mengurus administrasinya?" ucap seorang perawat kepada kami.
"Yaudah kamu aja yang kesana, biar aku yang tunggu disini" suruhku pada Amel.
Amel pun beranjak dari kursinya diruang tunggu dan mengikuti perawat menuju loket untuk mengurus administrasi yang diperlukan. Sembari menunggu dokter yang sedang melakukan tindakan, aku dan dodo berusaha untuk menghubungi keluarga yang lainnya, terutama anak dari tante yati.
"Kreeekkk..." terdengar suara gorden terbuka dari ruang tindakan yang dibarengi dengan dokter yang keluar dari sana, aku dan dodo yang sedang menunggu diruang tunggu pun spontan bangun dan menghampiri dokter yang menangani tante.
"Sebelumnya ibu pingsan berapa lama?" tanya dokter pada kami
"Saya kurang tahu dok, soalnya saya liat beliau udah geletak dilantai" jawab Dodo
"Sepertinya ibu pingsan udah cukup lama" balas dokter.
Dokter menjelaskan bahwa tante yati sudah tidak bisa diselamatkan, akhrinya beliau pun wafat setelah mendapatkan pertolongan dari dokter. Tak lama dokter menyatakan bahwa tante sudah meninggal, keluarganya pun sudah berdatangan, mulai dari anak hingga kakak-kakak dari almarhumah tante, suara tangis pun terdengar diseluruh ruangan IGD pada saat itu.
Dari kisah nyata tersebut kita dapat mengambil suatu pembelajaran yang sangat berharga, bahwa kematian bisa mendatangi siapapun, kapanpun, dan dimanapun karena syarat mati tidak harus tua ataupun sakit, tidak mengenal mana yang sudah siap ataupun belum siap karena pada dasarnya semua yang hidup di dunia ini akan mati hanya saja kita tidak tahu kapan kematian itu akan tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H