Bagaimana dengan saya beserta anak-anak yang sinyal mikirnya Axis bukan Telkomsel?
Kalau murid dengan pikiran Telkomsel (cepat menangkap pelajaran) yaa enak, tinggal paketnya diisi (kesekolah), sinyalnya penuh (pasti pinter).
Yang mikirnya kartu Axis? Yaa bengong. Nunggu sinyal bagus (ketemu guru pengertian), browsingnya baru lancar (belajarnya nyambung).
Untuk murid seperti saya, penjelasan belajarnya bukan seperti yang dipaparkan sebelumnya. Belajar versi saya ialah belajar menurut Tokoh Pendidikan Amerika Latin (Brasil), Paulo Freire.
Dalam bukunya, Politik Pendidikan (kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan), Freire memaparkan jika belajar bukan sekedar murid mendengar guru, lalu menghafal apa yang dikatakan guru. Tidak segampang itu kata Freire.
Belajar lanjut Freire, adalah memecahkan masalah dan menemukan ide baru.
Maksudnya begini, ketika siswa belajar, mereka tidak diarahkan untuk duduk dibangku, diam dikelas, jajan pas keluar main dan balik kerumah.
Seharusnya, saat murid belajar, ajak mereka supaya bergerak, berdiskusi, berpikir, memecahkan masalah, menghadapi tantangan dan memberi solusi dikelas.
Kalau pendapat saya, belajar seperti ini memang efektif. Manfaatnya banyak, misalnya, siswa tidak takut mencoba, mentalnya terbangun, percaya dirinya bertambah, potensinya muncul dan beraninya seperti singa.
Saya bukan berwacana loh yaa, dari 2013 sampai sekarang, saya tidak henti-hentinya fokus di bidang pendidikan.
Selama itu pula saya berpikir keras, berpikir keras apanya? Yaa mendalami teologi pendidikan, memahami pemikiran tokoh-tokoh pendidikan, mencari metode belajar yang baik, dan menerapkan apa yang saya pelajari di kelas.