Kedua: Beramal shaleh.
Iman dan amal adalah dua hal yang identik. Tidak cukup seorang dikatakan beriman tanpa adanya bukti yang terwujud dalam bentuk amal. Karena iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amalan anggota badan. Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Inilah iman.
Adapun orang yang beriman, tapi ia tidak beramal, yang demikian ini tidak bermanfaat keimanannya. Iman tanpa amal tak berguna. Keimanan harus dibuktikan dengan amalan.
"Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) (Pertama,) tentang tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (HR Tirmidzi)
Maka mulai sekarang mulai audit lah diri kita, kiranya amal mana yang nanti akan kita laporkan kepada Allah
Sifat kKtiga: Saling Berwasiat dalam Kebenaran.
Tidak cukup seseorang itu hanya menjadi shaleh untuk dirinya sendiri. Keshalehannya harus membuahkan (kebaikan) untuk orang lain. Hal ini ditempuh dengan cara berdakwah di jalan Allah. Mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran sekadar kemampuannya.
Pada hakekatnya orang yang lalai akan kewajiban berdakwah masih berada dalam kerugian meskipun ia termasuk orang yang berilmu dan mengamalkannya. Ia masih berada dalam kerugian dikarenakan ia hanya mementingkan kebaikan diri sendiri (egois) dan tidak mau memikirkan bagaimana cara untuk mengentaskan umat dari jurang kebodohan terhadap agamanya
Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun (HR.Muslim)
Sifat Keempat: Saling Berwasiat dalam Kesabaran.
Mengerjakan amal shaleh dan ketaatan adalah sesuatu yang berat. Butuh terhadap kesabaran. Jika seseorang tidak bersabar, maka ia akan berhenti mengerjakan ketaatan. Ia akan merasa malas dan sungkan. Padahal tidak boleh malas dalam permasalahan agama.