Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Fallacy (Kesesatan Berpikir)

24 Februari 2020   01:38 Diperbarui: 24 Februari 2020   01:38 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu prasangka dari si C itu mempengaruhimu dan membenarkan prasangkanya, spontan kamu mengira-ngira keburukanmu yang manakah yang sedang dibicarakan si A dan B. Padahal kamu dan si C sendiri tidak mengetahui pasti apa yang dibicarakan A dan B tentangmu. Dimana si C tidak memiliki bukti yang cukup atau sebuah rekaman suara yang bisa didengarkan dengan jelas mengenai apa yang dibicarakan si A dan B.

3. Tergesa-gesa

Tergesa-gesa biasanya terjadi dalam kondisi tekanan yang lebih besar, semisal euforia. Hal ini juga biasanya dipengaruhi oleh hawa nafsu, sehingga kamu menilai segala sesuatu secara spontan tanpa menimbang atau mencari tahu mengenai sesuatu tersebut. Kadang kita memutuskan hanya lantaran memihak kepada pihak yang terdiri dari orang yang lebih banyak dari orang yang lebih sedikit, atau pada sesuatu yang lebih besar daripada terhadap sesuatu yang lebih kecil tanpa mengetahui seluk beluk kejadiannya. 

Contoh:

Ketika kamu berada di sebuah persimpangan dengan kendaraan bermotor, dimana arahmu sedang mendapat giliran lampu merah. Lalu sebagian besar kendaraan berusaha untuk menerobos lampu lalu lintas. Euforia itu akan mendorongmu untuk melakukan hal yang sama dengan orang kebanyakan lakukan, meskipun kadang atau bahkan seringkali kamu menyadari bahwa apa yang kamu lakukan itu sebenarnya merupakan sebuah kesalahan. Namun karena pelanggar lalin tadi dalam posisi mayoritas, maka kamu membenarkan tindakan itu. "Ahh, banyak kok yang melanggar...."

4. Adat Istiadat

Adat Istiadat bisa disebut juga sebagai membenarkan kebiasaan lama. Dimana kebiasaan lama ini merupakan tindakan yang tidak lagi efektif dan efisien untuk dilakukan.

Namun adat istiadat disini bermakna lebih kepada keyakinan yang berasal turun-menurun dari nenek moyang. Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh, terutama hal-hal yang kini sudah berubah karena kondisi zaman yang juga sudah jauh berubah dari kondisi zaman dahulu. Hal itu yang menyebabkan pandangan tersebut kini tidak lagi berlaku bagi kehidupan di zaman ini.

Memang, dalam satu sisi ada beberapa adat istiadat atau keyakinan nenek moyang yang baik dan layak untuk tetap diterapkan dalam kehidupan zaman ini. Tinggal bagaimana kita melihat sisi kemanfaatan dan kesesuaiannya saja. Beberapa adat istiadat yang memiliki kesesuaian dan manfaat bagi kehidupan kita harus tetap dilestarikan dan di jaga sebagai identitas sosial. (cieeee.... pesan moral)

Contoh:

Semisal ritual perjodohan yang mungkin masih terjadi di beberapa daerah di negeri ini. Perbudakan, doktrin dan pemaksaan dalam keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun