Mohon tunggu...
ridho pahlawan
ridho pahlawan Mohon Tunggu... Tutor - sma negeri 3 tanah abang

belajar hingga akhir hayat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

31 Mei 2024   20:54 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:34 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjalankan restitusi, sebagai guru kita hendaknya berada di posisi kontrol sebagai seorang manajer. Posisi Manajer ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi, pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan mengatasi masalah pada murid. Pendekatan ini membantu murid untuk berperilaku secara lebih bertanggung jawab, dan pada saat yang bersamaan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah dan membuat keputusan yang baik. 

Hal ini juga menciptakan hubungan yang lebih positif antara guru dan murid, di mana guru berperan sebagai fasilitator perkembangan pribadi dan pemahaman diri pada murid. Terdapat tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan restitusi yang dapat kita sebut sebagai Segitiga Restitusi. 3 Sisi Segitiga Restitusi antara lain:

  • Menstabilkan Identitas : Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses.
  • Validasi Tindakan yang Salah : Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  • Menanyakan Keyakinan : Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.

Yang menarik dari pembelajaran ini adalah, bahwa melalui pendekatan restitusi ini dapat menciptakan landasan yang kuat untuk perubahan positif dan pengembangan pribadi anak. Dengan berfokus pada perubahan identitas dan dukungan emosional, pendekatan ini membantu menciptakan hubungan yang positif antara guru dan murid, di mana guru berperan sebagai fasilitator perkembangan pribadi dan pemahaman diri pada murid.

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Dalam upaya membangun budaya positif di lingkungan sekolah kita perlu untuk melibatkan murid dalam perencanaan dan pelaksanaannya, yang memberikan mereka rasa tanggung jawab dan memiliki, yang pada gilirannya membantu menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, dan positif. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil sebagai kesimpulan dari pembelajaran ini:

  • Partisipasi Murid: Melibatkan murid dalam merencanakan dan mengimplementasikan budaya positif adalah cara yang efektif untuk menciptakan keterlibatan mereka dalam proses ini. Ini juga memungkinkan mereka untuk merasa memiliki budaya sekolah atau kelas, yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki.
  • Pemahaman Motivasi Murid: Mencoba memahami motivasi di balik perilaku murid yang melanggar peraturan adalah kunci untuk mengatasi masalah dengan cara yang efektif. Ini memungkinkan guru untuk meresapi perspektif murid dan mencari solusi yang sesuai.
  • Perubahan Peran Guru: Mengubah peran dari penghukum atau pembuat rasa bersalah menjadi manajer adalah perubahan yang signifikan. Ini menciptakan lingkungan di mana guru berfungsi sebagai fasilitator pertumbuhan dan pengembangan pribadi murid, bukan sebagai otoritas yang menghukum.
  • Menerapkan Segitiga Restitusi: Pendekatan ini mencakup penggunaan segitiga restitusi sebagai alat untuk menyelesaikan pelanggaran terhadap keyakinan atau kesepakatan kelas. Ini adalah cara yang konstruktif untuk mengajak murid untuk merenung, memahami, dan memperbaiki perilaku mereka.

Dengan pendekatan ini, diharapkan mampu menciptakan budaya yang positif dan mendukung perkembangan pribadi murid di sekolah. Ini juga membantu dalam mengembangkan hubungan yang positif antara guru dan murid, yang dapat mempengaruhi suasana di kelas dan sekolah secara keseluruhan.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Ketika dihadapkan pada suatu situasi atau permasalahan dengan murid, terutama dalam hal mengatasi perilaku, saya sering berbeda pendapat dengan rekan guru lain yang lebih mendukung pendekatan "penghakiman" sebagai metode yang paling efektif dalam membangun budaya disiplin positif. Oleh karena itu, saya harus lebih berhati-hati dan memberikan contoh kepada rekan-rekan guru dalam menerapkan pendekatan pengelolaan perilaku.

Saya menyadari bahwa perubahan dalam pendekatan penanganan masalah murid telah membuat beberapa orang merasa agak bingung, terutama dalam menyelesaikan masalah yang muncul. 

Namun, setelah saya mulai menerapkan budaya positif di sekolah dengan membangun keyakinan kelas dan mengimplementasikan prinsip segitiga restitusi, saya melihat peningkatan antusiasme dan partisipasi murid dalam proses pembelajaran. Murid-murid menjadi lebih percaya diri dan disiplin dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan yang mereka anut tanpa adanya tekanan eksternal.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun