Mohon tunggu...
ridho pahlawan
ridho pahlawan Mohon Tunggu... Tutor - sma negeri 3 tanah abang

belajar hingga akhir hayat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

31 Mei 2024   20:54 Diperbarui: 31 Mei 2024   21:34 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru penggerak yang memiliki peran dalam memimpin pembelajaran yakni mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan sekolah, salah satunya tentu harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan yaitu melalui penerapan budaya positif di sekolah dengan menerapkan posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi.

Dalam upaya menggerakkan semua pihak di sekolah dalam menciptakan budaya positif di sekolah, diperlukan kolaborasi yang solid. Melalui peran sebagai coach bagi guru lain, sebagai guru penggerak dapat berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep inti budaya positif seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi, serta berbagi praktik baik penerepannya di sekolah.

 

Refleksi Pemahaman atas Keseluruhan Materi Modul Budaya Positif

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Sebagai guru penggerak, saya menyadari bahwa dalam menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran, diharapkan mampu menggerakkan ekosistem sekolah untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid melalui penerapan budaya atau disiplin positif di sekolah.

Disiplin positif merupakan salah satu bentuk pendidikan atau cara belajar kepada anak agar dapat memahami bagaimana cara mengontrol diri, dan bagaimana menguasi diri dalam memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang diyakininya. Dengan kata lain, disiplin postif merupakan proses membentuk murid menjadi seseorang yang bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tidakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Disiplin positif membantu menciptakan landasan yang kuat untuk perkembangan karakter yang baik dan moral pada anak-anak. Dengan mendorong mereka untuk merenungkan nilai-nilai dan keyakinan mereka, mereka akan menjadi individu yang bertanggung jawab, bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, dan memiliki integritas yang kuat dalam perilaku mereka. Disiplin positif membantu membangun dasar motivasi intrinsik yang berkelanjutan, yang akan membentuk kepribadian mereka dengan cara yang positif dan berkelanjutan.

Foto 1.2.  gambar ilustrasi dalam membangun budaya positif murid/dokpri
Foto 1.2.  gambar ilustrasi dalam membangun budaya positif murid/dokpri

Dalam membangun disiplin positif dengan menjalankan keyakinan kelas/sekolah, tentu tidak mungkin sepenuhnya dapat berjalan mulus. Terkadang, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Dalam program disiplin positif ada yang dinamakan dengan Restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). 

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun