"Tatkala orang-orang memberikan baiat kepada Abu Bakar, Ali dan Zubair berada di rumah Fatimah berbincang-bincang dan melakukan musyawarah. Hal ini terdengar oleh Umar bin Khattab. la pergi ke rumah Fatimah dan berkata, "Wahai putri Rasulullah, ayahmu merupakan orang yang paling terkasih bagi kami dan setelah Rasulullah adalah engkau. Namun demi Allah! Kecintaan ini tidak akan menjadi penghalang. Apabila orang-orang berkumpul di rumahmu maka Aku akan perintahkan supaya rumahmu dibakar. Umar bin Khattab menyampaikan ucapan ini dan keluar. Tatkala Ali As dan Zubair kembali ke rumah, putri Rasulullah Saw menyampaikan hal ini kepada Ali As dan Zubair: Umar datang kepadaku dan bersumpah apabila kalian kembali berkumpul maka ia akan membakar rumah ini. Demi Allah! Apa yang ia sumpahkan akan dilakukannya!"
Ibnu Qutaibah sebagai kelanjutan kisah ini, menulis  bahwa, "Umar disertai sekelompok orang mendatangi rumah Fatimah. la mengetuk rumah. Tatkala Fatimah mendengar suara mereka, berteriak keras: "Duhai Rasulullah! Selepasmu alangkah besarnya musibah yang ditimpakan putra Khattab dan putra Abi Quhafah kepada kami." Tatkala orang-orang yang menyertai Umar mendengar suara dan jerit tangis Fatimah, maka mereka memutuskan untuk kembali namun Umar tinggal disertai sekelompok orang dan menyeret Ali keluar rumah dan membawanya ke hadapan Abu Bakar dan berkata kepadanya, "Berbaiatlah." Ali berkata, "Apabila Aku tidak memberikan baiat lantas apa yang akan terjadi?" Orang-orang berkata, "Demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, kami akan memenggal kepalamu."
Penggalan Sejarah ini tentu sangat menyayat hati Sebagian orang yang mencintai (Abu Bakar, dan Umar). Karena itu, mereka meragukan kitab ini sebagai karya dari Ibnu Qutaibah. Namun Ibnu Abil Hadid yang merupakan guru Sejarah ternama, memandang bahwan kitab ini merupakan karya Ibnu Qutaibah dan selalu menukilkan hal-hal diatas. Tapi sangat disayangkan kitab ini telah mengalami distorsi dan Sebagiannya telah dihapuskan.
Itulah sepintas cerita dari film the lady of heaven yang menuai banyak kecaman public dan beberapa perbandingan yang penulis seguhkan sebagai bahan pertimbangan , kisah ini diangkat dalam presfektif syiah tentunya sangat berbeda dengan pandangan lain. Banyak yang mengatakan bahwa cerita dalam film ini telah dipalsukan. Dari pernyataan tersebut tentu lahir pertanyaan baru lagi. Apakah film tersebut benar-benar memalsukan fakta Sejarah atau malah membongkar fakta tersembunyi dari Sejarah . Siapa yang bisa memastikan hal tersebut?....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H