"Namaku Nury." Jawabku, untuk apa dia menanyakan namaku.
"Oh mbak Nury, perkenalkan nama saya Kevin." Ucapnya, aku menghiraukannya karena aku tak bertanya. Mengapa namanya seperti keturunan bule. Tapi wajahnya biasa saja tidak ada yang menarik. Untuk apa pula aku memikirkan hal konyol itu.
"Ternyata hati mbak aslinya baik. Walau awalnya terlihat judes dan menyebalkan." Ucapnya sambil tertawa.
"Ini terpaksa." Sedikit kesal mengapa pula ia menertawakanku.
"Lain di hati lain di mulut. Mending seperti itu mbak berbuat baik tapi tidak ingin menyombongkan diri."
Aku terdiam tidak ingin mengobrol lebih jauh dengan orang asing. Tapi ini pertama kalinya aku di katakan berhati baik.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?." Tanya perawat.
"Tolong kakek ini tadi tertabrak kakinya seperti tergilas ban mobil." Ucapku sambil menunjuk kakek. Perawat langsung mencari kursi roda dan membawanya ke ruang IGD.
"Mbak untuk biaya administrasi awal di sebelah sana." Sambil menunjuk ruang keuangan.
"Nury aku tidak punya uang. Bagaimana mungkin aku membayarnya. Kamu tunggu di sini aku akan mencari uang dulu." Ucap Kevin.
"Kamu akan mencari uang? Kemana? Mencuri? Tidak mungkin kamu bisa mendapatkan uang sebanyak ini dalam satu hari." Ucapku sambil memainkan ponsel.