Dari berdirinya pusat kerajaan tersebut juga masih menyisahkan peninggalan-peninggalan sejarah. Seperti masih terdapat 6 bangunan candi bekas peninggalan kerajaan Jenggala. Serta penemuan barang-barang pada masa kerajaan yang disimpan di Museum Mpu Tantular yang terletak di Kecamatan Buduran, Sidoarjo.Â
Dari hal tersebut membuat Kabupaten Sidoarjo masih menjadi kabupaten yang masih menjaga situs sejarah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa tahun terakhir tedapat penemuan tumpukan bebatuan dan beberapa artefak yang diduga sebagai peningalan kerajaan Jenggala.Â
Dari beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo tumbuh dengan kebudayaan yang masih kental. Masih banyak dijumpai masyarakat yang masih melaksanakan upacara-upacara adat seperti upacara nyadran dan budaya lain seperti tarian Jaran Kepang masih banyak dijumpai.Â
Budaya membatik juga masih ditemukan di Sidoarjo. Batik yang terdapat di Sidoarjo memiliki motif batik wilayah pesisir. Disebutkan "batik Sidoarjo telah ada pada tahun 1675 yang diperkenalkan oleh Mbah Mulyadi seorang pengikut Pangeran Diponegoro yang lari dari kejaran Belanda (Ahmad, 2021). Dari kegiatan tersebut sampai membentuk sebuah industri-industri batik di Sidoarjo. Di sidoarjo terdapat 5 wilayah batik.
Dari kelima wilayah sampai sekarang masih memproduksi batik, dan salah satu nya menjadi kampung wisata yaitu Wisata Kampung Batik Jetis. Sampai saat ini membatik menjadi salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Sidoarjo. Batik merupakan salah satu prioritas utama pengembangan potensi produk unggulan IKM yang ada di Kabupaten Sidoarjo (Ahmad, 2021). Dengan adanya IKM tersebut menambah tenaga kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.
Meskipun Kecamatan Gedangan pernah menjadi pusat dari Kerajaan Jenggala, Tetapi pusat pemerintahan pada saat ini adalah tidak terdapat pada kecamatan tersebut. Pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo saat ini berada di Kecamatan Sidoarjo. Hal tersebut dikarenakan sekitar masa kolonial.Â
Pada awalnya Kabupaten Sidoarjo merupakan bagian dari kabupaten Surabaya dengan nama Sidokare pada tahun 1851. Lalu pada 28 Mei 1859 Sidokare menjadi sebuah Kabupaten dengan nama Sidoarjo dengan bupati pertama adalah R. Notopuro. Pada masa pemerintahan beliau mendirikan masjid jamik dalam bentuk sederhana yang sekarang adalah Masjid Agung, Namun belum sampai selesai beliau wafat, beliau juga membaut sebuah alun-alun Sidoarjo dan Kantor pemerintahan dalam satu wilayah. Â Dari hal tersebut menunjukkan bahwa pola penataan Kabupaten Sidoarjo seperti penataan kota yang ada di Jawa lainnya. Dimana Kantor pemerintahan, alun-alun, dan Masjid Agung terdapat dalam satu wilayah pusat kota.
Jika dilihat pernahnya Kabupaten Sidoarjo yang gabung dengan Kabupaten Surabaya menjadikannya sebagai penyangga kota Surabaya.Â
Perkembangan yang pesat dari infrastruktur dan jumlah penduduk yang terjadi di Surabaya mempengaruhi banyak aspek bagi Kabupaten Sidoarjo.Â
Dari Hal tersebut membuat Sidoarjo menjadi Wilayah Peri-urban. Wilayah Sidoarjo yang berbatasan langsung dengan Surabaya memiliki karakteristik wilayah perkotaan dimana pertumbuhan penduduk yang tinggi, banyak permunculan industri-industri besar, Mata pencaharian masyarakat yang beragam. Wilayah tersebut adalah Kecamatan Taman, Waru, Krian. Kecamatan Sukodono tidak berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, Namun terimbas dari posisi yang berdekatan dengan Kecamatan Taman. Sehingga Kecamatan Sukodono akan direncanakan sebagai kecamatan yang berkarakteristik kota baru. Begitu juga dengan Kecamatan Gedangan, tetapi sudah lama berkarakteristik menjadi Kawasan perkotaan.Â
Maka dari itu, Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kekotaan lebih besar zona bingkai kota adalah Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, Sukodono, Krian, Sidoarjo, Candi, dan Porong. Selain itu, Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kekotaan lebih besar zona bingkai kota-desa adalah Kecamatan Buduran, Wonoayu, Balongbendo, Prambon, Tulangan, Tanggulangin, dan Krembung. Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kedesaan lebih besar yaitu zona bingkai desa-kota adalah Kecamatan Sedati dan Tarik. Dan Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kedesaan dominan yaitu zona bingkai desa adalah Kecamatan Jabon (Hapsari, 2018).