Kabupaten yang dikelilingi dua sungai besar yaitu sungai porong dan pecahan sungai brantas yakni sungai mas. Jika dilihat maka kabupaten ini terbingkai dalam sebuah aliran sungai.Â
Oleh karena itu julukan sebagai kota Delta diberikan. Kabupaten tersebut adalah kabupaten Sidoarjo. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten sebagai penyangga dari ibu kota Provinsi Jawa Timur.Â
Secara geografis letak Kabupaten Sidoarjo berbatasan dengan Kota Surabaya pada bagian utara, pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, pada bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Gresik dan Kabupaten Mojokerto, serta pada bagian selatan berbatasan langsung dengan selat madura. Jika dilihat secara topografi Kabupaten Sidoarjo memiliki ketinggian dua sampai dua puluh meter diatas permukaan laut.Â
Dari kondisi tersebut menujukkan bahwa Sidoarjo termasuk wilayah pesisir dan memiliki kecuraman lahan yang datar. Sebagai penyangga dan berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, serta memiliki lahan yang datar, maka menjadikan Sidoarjo sebagai kabupaten yang berkembang pesat.
Dari perkembangan Pesat yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo tidak terlepas dari sejarah masa lalunya. Kabupaten Sidoarjo baru berdiri sebagai kabupaten pada tahun 1859. Namun jauh pada masa itu Kabupaten Sidoarjo sudah ditempati sebagai daerah kerajaan. Masa kerajaan tersebut pada tahun 1019-1042.Â
Pada masa itu Jawa Timur dipimpin sebuah Kerajaan Mataram Kuno dengan pemimpin yaitu Raja Airlangga. Pada masa Raja Airlangga kehidupan rakyat mengalami kemajuan yang pesat. Namun setelah pemerintahannya berakhir, terjadi sebuah perebutan tahta dari kedua putranya.Â
Maka dari itu Raja Airlangga membagi dua kerajaan. Berdirilah sebuah kerajaan Daha yang ada di kediri dan Kerajaan Jenggala yang terletak di daerah Delta Brantas, yaitu meliputi pesisir utara Seluruhnya yang menguasai bandar-bandar dan muara sungai besar. (Zaiti, 2013). Pusat dari Kerajaan Jenggala menurut lokasi sekarang adalah di sekitar Kecamatan Gedangan.Â
Dari posisi kerajaan Jenggolo yang terdapat disekitar pesisir maka membuat Kawasan tersebut berkembang pesat khususnya dalam perdagangan. Pada masa kerajaan hasil-hasil pertanian akan diperdagangkan melalui jalur laut.Â
Berbeda halnya dengan kerajaan Kediri yang berada di tengah dan jauh dari wilayah pesisir. Kerajaan kediri dari hasil pertaniannya dikonsumsi pribadi karena sulitnya jalur perdagangan laut. Dari hal tersebut membuat Kerajaan kediri iri dan ingin merebut bandar yang ada di Kerajaan Jenggala.Â
Hari hal tersebut membuat kedua kerajaan melakukan peperangan besar. Namun dari peperangan tersebut Kerajaan Jenggala mengalami kekalahan. Namun dari beberapa sumber pada buku yang berjudul "Sidoarjo Outlook 2013" mengatakan pada tahun 1060 kerajaan Jenggala masih ada dan berdiri.
Dari peristiwa tersebut menandakan bahwa Kabupaten Sidoarjo dulunya pernah menjadi pusat dari sebuah kerajaan. Peristiwa tersebut juga menambah julukan Kabupaten Sidoarjo yaitu Bumi Jenggala.Â
Dari berdirinya pusat kerajaan tersebut juga masih menyisahkan peninggalan-peninggalan sejarah. Seperti masih terdapat 6 bangunan candi bekas peninggalan kerajaan Jenggala. Serta penemuan barang-barang pada masa kerajaan yang disimpan di Museum Mpu Tantular yang terletak di Kecamatan Buduran, Sidoarjo.Â
Dari hal tersebut membuat Kabupaten Sidoarjo masih menjadi kabupaten yang masih menjaga situs sejarah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa tahun terakhir tedapat penemuan tumpukan bebatuan dan beberapa artefak yang diduga sebagai peningalan kerajaan Jenggala.Â
Dari beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo tumbuh dengan kebudayaan yang masih kental. Masih banyak dijumpai masyarakat yang masih melaksanakan upacara-upacara adat seperti upacara nyadran dan budaya lain seperti tarian Jaran Kepang masih banyak dijumpai.Â
Budaya membatik juga masih ditemukan di Sidoarjo. Batik yang terdapat di Sidoarjo memiliki motif batik wilayah pesisir. Disebutkan "batik Sidoarjo telah ada pada tahun 1675 yang diperkenalkan oleh Mbah Mulyadi seorang pengikut Pangeran Diponegoro yang lari dari kejaran Belanda (Ahmad, 2021). Dari kegiatan tersebut sampai membentuk sebuah industri-industri batik di Sidoarjo. Di sidoarjo terdapat 5 wilayah batik.
Dari kelima wilayah sampai sekarang masih memproduksi batik, dan salah satu nya menjadi kampung wisata yaitu Wisata Kampung Batik Jetis. Sampai saat ini membatik menjadi salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Sidoarjo. Batik merupakan salah satu prioritas utama pengembangan potensi produk unggulan IKM yang ada di Kabupaten Sidoarjo (Ahmad, 2021). Dengan adanya IKM tersebut menambah tenaga kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.
Meskipun Kecamatan Gedangan pernah menjadi pusat dari Kerajaan Jenggala, Tetapi pusat pemerintahan pada saat ini adalah tidak terdapat pada kecamatan tersebut. Pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo saat ini berada di Kecamatan Sidoarjo. Hal tersebut dikarenakan sekitar masa kolonial.Â
Pada awalnya Kabupaten Sidoarjo merupakan bagian dari kabupaten Surabaya dengan nama Sidokare pada tahun 1851. Lalu pada 28 Mei 1859 Sidokare menjadi sebuah Kabupaten dengan nama Sidoarjo dengan bupati pertama adalah R. Notopuro. Pada masa pemerintahan beliau mendirikan masjid jamik dalam bentuk sederhana yang sekarang adalah Masjid Agung, Namun belum sampai selesai beliau wafat, beliau juga membaut sebuah alun-alun Sidoarjo dan Kantor pemerintahan dalam satu wilayah. Â Dari hal tersebut menunjukkan bahwa pola penataan Kabupaten Sidoarjo seperti penataan kota yang ada di Jawa lainnya. Dimana Kantor pemerintahan, alun-alun, dan Masjid Agung terdapat dalam satu wilayah pusat kota.
Jika dilihat pernahnya Kabupaten Sidoarjo yang gabung dengan Kabupaten Surabaya menjadikannya sebagai penyangga kota Surabaya.Â
Perkembangan yang pesat dari infrastruktur dan jumlah penduduk yang terjadi di Surabaya mempengaruhi banyak aspek bagi Kabupaten Sidoarjo.Â
Dari Hal tersebut membuat Sidoarjo menjadi Wilayah Peri-urban. Wilayah Sidoarjo yang berbatasan langsung dengan Surabaya memiliki karakteristik wilayah perkotaan dimana pertumbuhan penduduk yang tinggi, banyak permunculan industri-industri besar, Mata pencaharian masyarakat yang beragam. Wilayah tersebut adalah Kecamatan Taman, Waru, Krian. Kecamatan Sukodono tidak berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, Namun terimbas dari posisi yang berdekatan dengan Kecamatan Taman. Sehingga Kecamatan Sukodono akan direncanakan sebagai kecamatan yang berkarakteristik kota baru. Begitu juga dengan Kecamatan Gedangan, tetapi sudah lama berkarakteristik menjadi Kawasan perkotaan.Â
Maka dari itu, Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kekotaan lebih besar zona bingkai kota adalah Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, Sukodono, Krian, Sidoarjo, Candi, dan Porong. Selain itu, Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kekotaan lebih besar zona bingkai kota-desa adalah Kecamatan Buduran, Wonoayu, Balongbendo, Prambon, Tulangan, Tanggulangin, dan Krembung. Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kedesaan lebih besar yaitu zona bingkai desa-kota adalah Kecamatan Sedati dan Tarik. Dan Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kedesaan dominan yaitu zona bingkai desa adalah Kecamatan Jabon (Hapsari, 2018).
Beberapa tahun Kabupaten Sidoarjo dibentuk, mulai bermunculan pabrik-pabrik gula yang dibangun oleh Hindia Belanda. Ada 11 pabrik yang telah dibangun dan beroperasi pada waktu itu. Banyak lahan-lahan dari wilayah Kabupaten Sidoarjo yang digunakan untuk menanam tebu.Â
Lahan yang dijadikan sebagai perkebunan tebu sebesar 344 ha. Pada masa itu perkembangan industri sudah mulai ada di Kabupaten Sidoarjo. Perkembangannya cukup pesat Karena mudahnya jalur perdagangan. Hal ini dikarenakan wilayah Kabupaten Sidoarjo yang berada dekat pesisir.Â
Sungai Porong pada waktu itu dimanfaatkan dalam jalur perdagangan. Sampai saat ini produksi tebu di Kabupaten Sidoarjo masih besar dalam kategori produksi perkebunan. Dari data terbaru Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2021 hasil perkebunan tebu Sidoarjo mencapai 1707,51 ton. Jumlah tersebut tidak begitu banyak dibandingkan dengan awal masa Hindia Belanda. Dikarenakan banyak pabrik gula di Sidoarjo yang sudah lama tutup. Namun dari masa itu membuat Kabupaten Sidoarjo memiliki komoditas perkebunan berupa tebu yang di unggulkan. Selain dari komoditas perkebunan berupa tebu, Sidoarjo juga mempunyai komoditas yang unggul yaitu di bidang perikanan.Â
Dimana sesuai dengan lambang Sidoarjo yaitu udang dan ikan bandeng, maka bidan perikanan dapat diunggulkan karena jika dilihat dari peta pasca pembentukan Kabupaten Sidoarjo pada bagian selatan terdapat lahan tambak yang luas. Luas lahan Sidoarjo terbagi menjadi lahan pertanian: 28.763 Ha, lahan perkebunan tebu: 8.164 Ha, lahan perikanan tambak 15.540 Ha, dan selebihnya tanah pekarangan, pemukiman, industri, perumahan dan lain-lain (Ahmad, 2021).
Sumber Refrensi
Ahmad, E. S. A. 2021. Kritik Sejarah Batik Sidoarjo. Gorga: Jurnal Seni Rupa vol 10, no 01.
Hapsari, D. A, Aulia, U. B. 2018. Tipologi Wilayah Peri Urban Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Aspek Fisik, Sosial, dan Ekonomi. Jurnal Teknik ITS. Vol. 7, No.2
Tim BPS Kabupaten Sidoarjo. 2022. Kabupaten Sidoarjo dalam Angka Sidoarjo Regency in Figures 2022. Badan Pusat Statistik. Sidoarjo
Zaiti, A. Z. 2013. Sidoarjo Outlook 2013. Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia. Sidoarjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H