[caption caption="Jessica Kumala Wongso, tersangka kasus tewasnya Mirna (Dok: Kompas.com)"][/caption]Rabu, 18 Mei, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta untuk yang kelima kalinya mengembalikan berkas perkara kematian Wayan Mirna Salihin yang tewas tak lama setelah meminum es kopi Vietnam di Olivier Cafe, Grand Indonesia, pada tanggal 6 Januari lalu. Dan sisa masa penahanan Jessica hanya tersisa 5 hari lagi, 28 Mei 2016.
Dalam kasus kematian Mirna, yang menjadi sebagai alat untuk membunuh adalah racun sianida. Sebelumnya diketahui bahwa racun sianida yang ditemukan dalam gelas es kopi Mirna tersebut adalah berkadar 15 gram/liter atau 15 miligram tiap cc, yang bisa membunuh 25 orang sekaligus. Selain itu lokasi terjadinya pembunuhan ini pun di pusat keramaian, di Olivier Cafe, Grand Indonesia.
Dan ketika alat yang digunakan sebagai alat untuk membunuh adalah racun, yang terpikirkan dalam pikiran atau benak pelakunya adalah ingin mengambil jarak dari targetnya. Itulah alasan mengapa racun digunakan sebagai alat untuk membunuh.
Tetapi dalam kasus ini kenapa Jessica terang-terangan ingin melihat langsung dan menunggu tibanya kematian Mirna dengan meracun Mirna dengan sianida, di cafe yang ramai pengunjung. Tentu tidak logis, dan saya yakin pelakunya sudah berhasil menjaga jarak atau melihat dari jauh bereaksinya zat sianida itu. Dimana logikanya kalau Jessica meracun Mirna dan menungguinya sampai menjadi mayat, di cafe pula, ada banyak kamera CCTV pula? Dimana logikanya ini?
Sampai saat ini saya tidak yakin kalau Jessica adalah pembunuh Mirna. Ada beberapa alasan hukum yang menyebabkan saya tak yakin, apa itu?
Pertama. Jika sebelumnya ayah Mirna, Dermawan Salihin yakin bahwa Mirna dibunuh oleh Jessica karena pada saat itu yang memesan, membayar dari es kopi itu adalah Jessica, maka tak ada yang lain selain Jessica, kurang lebih begitu maksud dari pernyataan Dermawan Salihin, ayah Mirna.
Ada satu yang dilupakan ayah Mirna, ayah Mirna ini lupa bahwa lokasi terbunuhnya Mirna berada di kafe yang selalu penuh pengunjungnya, pertanyaannya adalah jika Jessica memang ingin menghabisi Mirna, mengapa yang dipilih justru di cafe, mengapa cafe yang populer di Ibu Kota, mengapa harus di Grand Indonesia?
Mengapa memilih cafe yang ada kamera CCTV? Kalau Jessica dituding sudah berencana untuk menghabisi Mirna, maka pertanyaan selajutnya adalah mengapa Jessica tak menggunakan modus lain untuk menghabisi Mirna? Apa itu modus lain?
Yang dimaksud dengan modus lain disini adalah kalau Jessica memang berniat menghabisi Mirna, Mengapa Jessica tak menyuruh orang lain untuk menghabisi Mirna? Â mengapa tak memilih merencanakan pembunuhan terhadap Mirna didalam mobil dengan cara membekapnya atau bahkan menyentrumnya sepanjang perjalanan?
Atau bahkan mengajaknya ke suatu tempat yang sepi lalu kemudian dicekik dan mayatnya ditinggalkan disana? bisa hutan atau bisa pula dibunuh didalam mobil dan mayatnya di buang di tengah jalan pada malam hari? Simpul dari pertanyaaan-pertanyaan itu baru bisa disebut bahwa pembunuhan berencana, tetapi kalau lokasi pembunuhannya di cafe yang ramai pengunjung , dimana logikanya? Apakah mungkin Jessica sepolos itu sehingga tak peduli dengan orang di cafe? Tak masuk diakal!
Karena secara akal sehat, Tidak masuk akal dan tak logis kalau Jessica yang membunuh Mirna  secara terang-terangan di Olivier Cafe. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah masuk diakal kalau Jessica yang terang-terangan memesan kopi, membayarnya, di lingkungan banyak orang , lalu kemudian menunggu Mirna sampai sekarat? Makin tak masuk diakal! Mengapa tak masuk diakal? karena dimana logikanya kalau Jessica ingin membunuh Mirna di cafe yang banyak kamera CCTV-nya, dimana logikanya, dimana?
Kemudian soal tudingan Jessica yang memerintahkan pembantunya membuang celana jinsnya karena diduga tertinggal sianida, juga tak bisa dimasuk diakal. Mengapa? Jejak-jejak dari Jessica jika benar Jessica pemilik racun sudah pasti tercecer di TKP, bahkan kalau Jessica mau jujur, Jessica pun bisa memberikan celana jins lainnya yang warnanya sama dengan yang dikenakannya saat bertemu dengan Mirna di cafe. Kalau dicelana itu tersisa bubuk sianida, pertanyaannya adalah mengapa bagian paha , baik kanan maupun kiri Jessica, tak mengalami iritasi.
Soal Jessica yang terkesan menutup-nutupi paper bag, ini persoalan umum bukan merupakan petunjuk apa-apa. Lazim menaruh paper bag di atas meja saat nongkrong di cafe dan lain sebagainya. Lihat saja banyak pengunjung mall, yang setelah berbelanja menaruh paper bag di atas meja ketika sudah memilih tempat, misalnya di cafe, KFC, CFC dan lain sebagainya. Ini fakta, fakta yang terlihat hampir setiap hari!
Soal Jessica yang pernah disebut ayah Mirna bahwa Jessica bergelagat aneh di Olivier Cafe karena sempat melihat ke arah atas bahkan melihat ke arah kanan dan kiri dari Olivier Cafe? Ini juga tak menjadi petunjuk. Menjadi bukan sebuah petunjuk disebabkan oleh ada rentang waktu yang cukup lama yang membuat Jessica merasa bosan, jenuh karena kedatangan dari Mirna dan Hani.
Karena diketahui bahwa Jessica janjian dengan Mirna di Grand Indonesia pukul 16:00, Jessica datang duluan pukul 14:00, namun Mirna dan Hani baru datang dan bertemu dengan Jessica 2 jam kemudian yakni pukul: 16:00. Ada waktu 2 jam yang membuat Jessica merasa bosan hingga jenuh, jadi sangat wajar dan manusiawi kalau Jessica melihat-lihat ke arah atas dan menoleh kiri-kanan, kenapa bisa begitu?
Anda coba bayangkan ketika anda menunggu pacar atau orang lain, dalam waktu 2 jam belum juga datang, apakah anda akan duduk seperti biasa dan tenang? Saya rasa tidak mungkin itu sebab menunggu adalah hal yang paling membosankan apalagi ini Jessica sendirian menunggu Mirna, jadi wajar kalau terlihat tak tenang, mengapa tak tenang? Tak tenang bukan indikasi ada niat jahat, ingat itu! Tak tenang opada Jessica saat itu terjadi karena Jessica bosan menunggu sendirian tanpa teman disampingnya. Logis bukan?
Terlebih lagi kalau ditelisik kasus pembunuhan dengan menggunakan racun sianida, hanya ada belasan di dunia ini dan itu pun yang jadi korban hanya tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pertanyaan selanjutnya siapakah Mirna, Mengapa Mirna harus dilenyapkan dengan racun sianida? Mengapa harus menggunakan racun? Mengapa Mirna dibunuh setelah mendapat warisan berupa perusahaan dari ayahnya? Apakah keberadaan Mirna membahayakan orang disekililingnya sehingga harus dibunuh? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan dasar yang mesti terjawab jika menuding Jessica yang membunuh Mirna.
Lalu kemudian isi dari whats up yang sempat diungkapkan ayah Mirna bahwa Jessica minta cium Mirna. ‘’Mir, udah lama nih gue gak dicium sama lu’’. Pertanyaan dasarnya adalah apakah itu menjadi petunjuk? Apakah itu bisa menjadi motif? Apakah arti dari permintaan agar Mirna mencium Jessica? Petunjuk, apa yang mau dijadikan petunjuk oleh penyidik terkait Jessica yang minta cium Mirna? Bagaimana bisa menjadi motif? Jessica hanya mengungkapkan perasaannya bahwa sebagai seorang sahabat yang karib hanya minta dicium oleh Mirna, lalu apa salah? Tidak salah!
Mengapa tidak salah? Hal yang lazim kalau sudah lama tak bertemu , lalu kemudian sesama sahabat karib, dalam hal ini Jessica meminta Mirna agar menciumnya. Lalu mencium ini bisa jadi petunjuk atau motif? No! Tidak sama sekali, karena jelas isi dari whats up yang disebutkan ayah Mirna adalah berisi kemesraan antar teman yang sudah lama tidak bertemu dan bukan berisi tentang kemarahan Jessica kepada Mirna.
Lalu kemudian, Jessica yang tak datang ke pesta pernikahan Mirna juga dianggap sebagai bentuk kemarahan Jessica kepada Mirna? Logikanya dari mana itu? Kalau Jessica marah kepada Mirna sudah pasti Jessica akan berkomunikasi dengan cara mengirim baik melalui SMS maupun whats up atau aplikasi chat lainnya yang bernada cemburu, marah , kecewa atau sakit hati. Tapi yang terjadi justru isi whats up itu hanya berisi kemeseraan. Dimana logikanya menuduh Jessica marah kepada Mirna?
Logikanya kalau Jessica cemburu, marah, kecewa atau sakit hati kepada Mirna setidaknya setelah tahu Mirna menikah, dalam whats up akan ditemukan kata-kata kurang lebih sebagai berikut: Mir, kok lu nikah sih, kecewa gue sama lu! Lu tega ya!, Mir, kok lu nikah sih sama cowok lu? Sakit hati gue denger kabar pernikahan lu sama cowok lu itu! Mengapa lu tega sih sama gue?
Jika kalimat ini ditemukan dalam whats up Mirna , masuk akal Jessica dituding membunuh Mirna secara terencana, karena ada nada marah, kecewa bahkan sakit hati, tetapi tak ada satu pun kalimat bernada kemarahan, kekecewaan ataupun sakit hati Jessica kepada Mirna. Lantas dimana bisa melihat keadaan batin dari Jessica yang dituduh membunuh Mirna dengan cara meracuninya dengan sianida?
Pernyataan ayah Mirna yang menyebut bahwa pada tanggal Tanggal 4 Januari atau 2 hari sebelum kematian Mirna, Jessica dijamu makan malam oleh ibu dari Mirna di Kelapa Gading, Korean Food, yang mana pada malam itu Jessica minum kopi. Dalam perjamuan makan malam itu hadir pula Mirna dan suaminya.
Yang kemudian ayah Mirna juga pernah menyebut bahwa Mirna takut bertemu dengan Jessica, maka yang jadi pertanyaan besarnya adalah kalau benar Mirna takut bertemu dengan Jessica, mengapa Mirna hadir dalam perjamuan makan malam pada tanggal 4 Januari itu?
Kalau Mirna merasa takut bertemu dengan Jessica, apakah Mirna tidak pernah bercerita kepada suaminya, dan apakah suaminya tak merasa ada sesuatu antara Mirna dan Jessica? Tak logis kalau Mirna takut dengan Jessica tetapi bertemu dengan Mirna.
Kalau Mirna merasa takut dengan Jessica sudah pasti Mirna bercerita dengan suaminya yang juga kenal dengan Jessica, tetapi yang terjadi justru Mirna berani bertemu dengan Jessica yang hadir dalam perjamuan makan malam pada tanggal 4 Januri itu? Logikanya dimana takut tapi bertemu?
Lalu kemudian jika ayah Mirna mengatakan bahwa, mengapa Jessica tak panik saat melihat Mirna kejang-kejang? Jessica tidak panik saat melihat Mirna mengalami kejang-kejang adalah hal yang biasa, karena jika dia panik, maka orang akan curiga dengan Jessica. Memang ada yang gampang panik, ada juga yang tak panik. Buktinya Jessica masih sempat mengambilkan air putih untuk Mirna, sudah ada tindakan dari Jessica, bukan berarti Jessica diam tanpa kata!
Ilustrasinya: Ketika anda dan 3 teman anda makan direstoran, tiba-tiba 1 teman anda mengalami muntah-muntah, pusing, lalu kemudian pingsan. Anda bisa panik dan 2 dari 3 teman anda ada yang bisa tidak panik, karena memikirkan apa yang menyebabkan temannya bisa muntah-muntah, pusing, lalu pingsan. Ekspresi setiap orang adalah berbeda-beda walaupun dalam satu keadaan atau kondisi yang sama.
Tidak panik lantas menjadi petunjuk bahwa ada yang tak beres dengannya? Dimana akal sehatnya, dimana logikanya? Karena kalau sudah panik, otomatis pikiran akan jadi tidak karuan dan tidak jelas. Bahkan kalau sudah panik luar biasa, maka bisa-bisa orang akan menuduh macam-macam.Kenapa harus panik luar biasa kalau tidak merasa membuat temannya sampai pingsan sepert itu? Sederhana bukan?
Sekarang kembali pada soal alat bukti. Memang benar bahwa visum et repertum adalah sebagai alat bukti berupa surat sebagaimana yang termaktub dalam pasal 184 KUHAP Tetapi lagi-lagi alat bukti surat hanya menerangkan penyebab matinya Mirna yang tak lain dan tak bukan adalah disebabkan oleh racun sianida.
Sejauh ini belum ada bukti yang menunjukan Mirna tewas diracun oleh Jessica. Karena sianida ada dalam es kopi Mirna adalah fakta hukum, tetapi darimana datangnya sianida, kapan sianida ditaburkan, kapan sianida dibeli, sianida dibeli dimana, di apotik mana, di toko obat mana, di gudang obat mana?
Sejauh ini belum terjawab oleh penyidik, maka 99,99%, Tanggal 28 Mei, Jessica bisa bebas dan atau apabila perkaranya berhasil masuk persidangan, hakim akan punya pertimbangan-pertimbangan yang kuat yang tentunya yang meyakinkan hakim bahwa bukan Jessica yang menyebabkan Mirna terbunuh. Penyidik harus menghadirkan mana bukti materill yang selama ini selalu dinyatakan penyidik sudah lengkap bahkan sudah ada 4 alat bukti.
Kesalahan lainnya dari penyidik adalah membiarkan Olivier Cafe tetap beroperasional, padahal dengan alasan demi kepentingan penyidik, operasional cafe itu bisa dihentikan total agar lokasi kejadian tindak pidana ini tidak diganggu selama proses penyidikan berlangsung. Yang akan jadi pertimbangan lainnya dari hakim apabila perkara ini masuk ke persidangan adalah mengapa hanya Mirna yang mati akibat menyeruput es kopi Vietnam itu, padahal Hani juga ikut mencicip?
Sedangkan diketahui bahwa takaran racun sianida dalam gelas es kopi itu adalah 15 gram/liter atau 15 miligram tiap cc, yang bisa membunuh 15-20 orang. Pertanyaannya adalah mengapa Hani tidak kejang-kejang dan mati setelah ikut mencicipi es kopi itu? Inilah salah satu ang menjadi pertimbangan utama hakim di pengadilan yang selalu dipikirkan oleh jaksa sehingga berkas perkara kematian Mirna dengan tersangka Jessica bolak-balik hingga 5 kali.
Juga yang menjadi keanehan lain dari ayah Mirna adalah mengapa ayah Mirna tak menunjukan rasa atau ekspresi kesedihan dan rasa kehilangan , padahal ini adalah anak kandungnya. Lazimnya orang tua pasti akan tak sanggup untuk menceritakan tanpa berurai air mata manakala anaknya mati dengan cara-cara yang tak di inginkan, atau bahkan sampai tak sanggup bicara banyak.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkas tersebut tak kunjung P-21:
Pertama. Penyidik bergantung pada keterangan ahli. Memang benar bahwa sesuai dengan pasal 184 KUHAP, Keterangan ahli adalah bagian dari salah satu alat bukti dalam hukum pidana, tetapi ada batasannya. Keterangan seorang ahli hanya sebagai alat bukti pada umumnya dan tidak masuk sampai ke dalam pokok perkara.
Keterangan ahli hanya menerangkan sesuatu yang berdasarkan keahliannya dan keilmuannya dan tidak lebih dari itu. Misalnya apakah korban mati karena dipukul dengan benda tumpul, dianiya, dicekik atau diracun, tetapi siapa yang melakukan itu, tentu ahli tidak bisa mengetahui siapa pelakunya, karena ahli sifatnya hanya menerangkan sesuai kehaliannya saja.
Kedua. Penyidik terlalu bergantung pada kamera CCTV, yang mana menurut ayah Mirna menganalogikan seperti ada gerakan menuangkan sesuatu dalam gelas. Dalam hukum acara pidana, harus jelas tidak boleh ada penafsiran secara analogi, Â karena kalau ada penafsiran secara analogi, maka akan banyak orang terjerumus jerat pidana akibat tafsir-tafsir analogi sebagaimana yang kerap dipertontonkan ayah Mirna, itu sebabnya dilarang menggunakan tafsir analogi dalam hukum acara pidana.
Terlebih lagi ayahnya Mirna sempat menyebut bahwa di dalam CCTV, Jessica seperti terlihat sedang mengusap-usap bagian jari-jarinya, pertanyaannya kalau memang benar Jessica mengusap-usap jari tangannya atau bahkan terkena sianida, mengapa kulit di jari-jari tangan Jessica tidak mengalami iritasi? Padahal sianida sangat cepat bereaksi.
Ketiga. Hingga sejuah ini, Penyidik belum memiliki saksi yang melihat langsung Jessica menuangkan racun sianida ke dalam es kopi Mirna, bukti yang dimiliki penyidik hanya lah kamera CCTV yang secara pembuktiannya agak sulit dilakukan karena semua hanya berdasarkan tafsir seperti yang dilakukan ayahnya Mirna.
Hakim dipersidangan membutuhkan saksi langsung yang melihat Jessica menuangkan sianida itu, sehingga nanti dipersidangan hakim bertanya kepada saksi;
‘’Apakah saudara saksi melihat dengan sungguh-sungguh bahwa Jessica menuangkan racun sianida ke dalam gelas Mirna?’’. ‘’ Sesaat sebelum saksi melihat Jessica menuangkan sianida itu, apa yang saksi lihat pada Jessica, gerakan apa yang mencurigakan sebelum Jessica memasukan racun?’’. ‘’
Bagaimana sikap atau bahasa tubuh Jessica setelah berhasil menuangkan racun, adakah kesenangan yang terluhat dari ekspresi wajahnya?’’. Jika saksi yang melihat secara langsung saja tak ada, bagaimana mungkin hakim bisa yakin dengan bukti yang dimiliki penyidik? Sedangkan berdasarkan pasal 183 KUHAP, , Sekurang-kurangnya dua alat bukti. Jawabannya kalau pun ini sampai dipersidangan, Jessica 90% bisa putuskan lepas dari segala tuntutan.
Terlebih lagi penyidik yang mencari alat bukti sampai ke Australia yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kasus tewasnya Mirna. Karena locus delictinya adalah di Indonesia bukan di Australia. Mencari bukti sampai ke Australia hanya menunjukan bahwa penyidik tak punya bukti kuat saat menetapkan Jessica sebagai tersangka.
Namun, Apapun yang terjadi pengacara Jessica, Yudi Wibowo Sukinto harusnya bergerak lebih liar dan gesit lagi, agar Jessica bisa dibebaskan dari tuduhan-tuduhan tanpa bukti ini, kasihan Jessica! Perlu dipahami bahwa jika nanti masa penahanan Jessica berakhir pada 28 Mei, status tersangka Jessica tetap melekat, kecuali kasus ini di SP-3 atau praperadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H