Mohon tunggu...
Ricky Hamanay
Ricky Hamanay Mohon Tunggu... Penulis - a cosmology aficionado

a spectator of the cosmic dance

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terang Sebelum Matahari: 'Jika Benar' Alam Semesta diciptakan Seperti yang Tertulis dalam Taurat

31 Oktober 2021   18:44 Diperbarui: 9 Januari 2023   11:54 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penelitian di bidang sains juga menunjukkan bahwa fase awal terbentuknya sebuah bintang adalah melalui proses keruntuhan gravitasi yang dialami oleh awan debu dan gas (nebula) yang komposisinya didominasi oleh partikel atom Hidrogen dan Helium. Setelah bagian inti gravitasi nebula semakin padat dan semakin panas, maka interaksi dalam bentuk tumbukan antar partikel tersebut akan melepaskan radiasi gelombang elektromagnetik yang terakumulasi membentuk apa yang disebut proto bintang. Jadi, dalam skala kosmik, gelombang elektromagnetik atau cahaya dapat dihasilkan secara alamiah melalui proses ini. Ketika protobintang bertumbuh dan menjadi stabil maka proto bintang akan bertransformasi menjadi bintang. 

Melalui penjelasan ini menjadi jelas bahwa berdasarkan urutan evolusi atau pertumbuhannya, maka cahaya (gelombang elektromagnetik) memang eksis lebih dulu daripada bintang [matahari sendiri merupakan sebuah bintang dari jenis bintang katai kuning yang jaraknya paling dekat dengan kita].

Dalam mekanika kuantum, sebuah atom akan meradiasikan atau menyerap radiasi atau energi elektromagnetik ketika atom - dalam hal ini elektron dalam atom - mengalami transisi dari keadaan stabil yang satu ke keadaan stabil lainnya. Proses atau peristiwa ini lebih dikenal sebagai lompatan kuantum (quantum leap). Hal penting dari fakta ini adalah energi atau radiasi elektromagnetik berkaitan dengan suhu, sehingga secara tidak langsung radiasi elektromagnetik juga berhubungan dengan kalor yang umumnya kita sebut sebagai 'panas'. Sampai di sini setidaknya bisa disimpulkan bahwa proses dan apa saja yang diperlukan agar cahaya bisa eksis adalah hal yang kompleks. Jadi, ketika Musa menulis bahwa Sang Pencipta menciptakan cahaya pada hari pertama - jika ini memang benar - maka yang sebenarnya terjadi tidak sesederhana apa yang ditulis Musa atau sesederhana apa yang kita bayangkan. Hal ini dikarenakan bahwa dibalik frasa cahaya diciptakan pada hari pertama, sebenarnya bukan hanya cahaya yang tampak oleh mata kita saja yang diciptakan, melainkan juga semua jenis gelombang elektromagnetik, kalor, bahkan foton beserta sifat-sifat kuantumnya serta gaya gravitasi ikut eksis pada hari pertama.

[Sebenarnya, penjelasan di atas masih belum terlalu jauh. Kita masih bisa mengurutkannya lebih jauh lagi, namun hal itu akan menghasilkan penjelasan yang sangat kompleks dan akan membingungkan orang yang awam dengan sains].

Sampai di sini tentu muncul sebuah pertanyaan besar, jika memang benar matahari diciptakan belakangan pada hari keempat maka dari mana asalnya cahaya yang menerangi siang pada tiga hari pertama penciptaan? Cahaya adalah sebuah radiasi (pancaran) yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, oleh karena itu, dari mana cahaya tersebut memulai awal perjalanannya untuk menerangi bumi? Kita harus memahami dengan jelas bahwa cahaya yang diciptakan pada hari pertama adalah cahaya yang dapat menerangi pagi, siang dan sore hari di bumi seperti yang ditulis dengan jelas oleh Musa. Oleh karena itu, tidak bisa tidak bahwa cahaya ini haruslah jenis 'cahaya tampak' yang sama seperti cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Sampai di sini akan muncul lagi pertanyaan lanjutan; jika matahari diciptakan pada hari ke empat, kemanakah perginya 'cahaya' yang diciptakan pada hari pertama? Dalam menjawab teka teki ini ada golongan yang berpendapat bahwa Pencipta adalah sosok yang Maha Kuasa jadi Dia telah menciptakan 'sumber cahaya' misterius untuk menerangi bumi pada tiga hari pertama. 

Setelahnya, ketika matahari dan bintang diciptakan maka cahaya ini dibebastugaskan karena tidak dibutuhkan lagi sehingga keberadaannya menjadi lenyap. Menurut penulis, ini merupakan penjelasan yang aneh bahwa ada ciptaan yang ditetapkan hanya berumur tiga hari dan dilenyapkan setelah ada ciptaan dengan fungsi yang lebih baik. Hal ini tampak sebagai sesuatu yang tidak teratur dan tidak terencana dan jelas bertentangan dengan sifat Sang Pencipta sebagai Kecerdasan Yang Maha Tinggi yang tentunya menginginkan sebuah keteraturan.

Penjelasan yang mungkin cukup masuk akal adalah bahwa yang menjadi penerang pada tiga hari pertama penciptaan adalah apa yang sudah disinggung sebelumnya, yaitu protobintang - lebih tepatnya lagi protosun (proto matahari). Tentu saja protobintang yang dimaksud adalah protobintang berusia dewasa yang suhu intinya sudah mendekati suhu ideal untuk bertransformasi menjadi sebuah bintang.

Dalam siklusnya untuk menjadi sebuah bintang, bintang seperti matahari kita menghabiskan waktu 50 juta tahun sebagai sebuah protobintang sebelum mencapai kondisi idealnya untuk bertransformasi menjadi sebuah bintang. [Ingat bahwa jika kisah penciptaan itu benar, maka tidak selamanya objek yang diciptakan harus diciptakan dari usia nol tahun dalam kondisi yang masih mentah, tapi diciptakan dalam keadaan yang sudah jadi atau dewasa].

Dalam periode hidup sebagai protobintang, lingkungan dalam sistem proto bintang yang terdiri dari planet, proto planet ataupun planetesimal masih dikelilingi oleh awan debu dan gas yang menghalangi cahaya-tampak yang dipancarkan oleh protobintang. Mengapa harus dikelilingi awan debu dan gas? Karena proto bintang bukanlah bintang yang bisa hidup atau aktif secara mandiri menggunakan reaksi fusi nuklir pada intinya. Protobintang butuh makanan atau asupan sebagai bahan bakar untuk tetap hidup, dan itu dihirup atau dihisap dari awan debu dan gas yang mengelilinginya. Dengan alasan ini maka kita harus berasumsi bahwa protobintang-nya haruslah protobintang berusia dewasa, atau maksimal berada di penghujung usianya sebagai sebuah proto bintang. Dengan begitu maka banyaknya cahaya-tampak yang dipancarkan oleh protobintang (proto sun) yang dapat menembus penghalang awan debu dan gas, jumlahnya cukup untuk menerangi bumi, meskipun wujud protobintangnya sendiri tidak terlihat dari bumi. Setidaknya ini memungkinkan keadaan siang hari di bumi selama tiga hari pertama penciptaan kurang lebih mirip dengan keadaan siang yang mendung sepanjang hari, atau keadaan yang cukup cerah namun berawan.

Wajib diperhatikan bahwa penjelasan ini hanya sebatas hipotesis atau asumsi dari saya sebagai penulis!!! Kita belum punya bukti ilmiah bahwa apakah cahaya-tampak yang dipancarkan sebuah protobintang dewasa yang suhu intinya sudah mendekati suhu ideal untuk menjadi bintang dapat sampai dan bahkan dapat menerangi planet atau protoplanet yang berada dalam sistem kelompok (sistem tata surya) yang sama dengan proto bintang tersebut atau tidak? Dalam sistem tata surya kita yang sekarang kita tidak memiliki proto bintang sehingga kita belum bisa atau tidak bisa membuktikannya. Sebaliknya, jika proto bintang tersebut berada di sistem tata surya yang lain, atau berada di galaksi yang lain maka kita tidak bisa melihatnya dengan mata telanjang, terkecuali dengan bantuan teleskop inframerah. Alasan untuk hal ini adalah sama seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu karena radiasi cahaya tampak dari proto bintang terhalang oleh selubung awan debu dan gas. Jadi, jika penjelasan ini benar maka ada kemungkinan bahwa bukan cuma satu proto bintang yang tercipta pada hari pertama penciptaan (proto sun), melainkan ada begitu banyak proto bintang lain yang juga tercipta di sistem tata surya yang lain dan di sistem galaksi yang lain.

Mengapa harus ada banyak proto bintang yang diciptakan pada hari pertama ? Hal ini untuk mendukung bahwa pada hari penciptaan yang keempat matahari diciptakan bersama dengan bintang-bintang yang lain. Oleh karena itu, matahari dan bintang-bintang yang diciptakan pada hari keempat dibentuk dari proto bintang - proto bintang yang diciptakan pada hari pertama. Bahkan, ada kemungkinan bahwa bulan sendiri maupun planet-planet lainnya, sejak hari pertama sudah terbentuk sebagai proto planet. Jika massa materi atau cikal bakal benda-benda langit tersebut (planet dan bulan) belum terdistribusi secara tepat sejak hari pertama, lalu pada hari keempat, tiba-tiba saja benda-benda langit itu ada secara bersamaan secara ajaib, maka percayalah bahwa tatanan bumi yang sudah dibangun selama tiga hari pertama akan rusak total. Salah satu penyebabnya adalah kehadiran gravitasi yang tiba-tiba dari objek-objek besar tersebut yang muncul secara tiba-tiba akan mengacaukan struktur dan kehidupan di bumi. Periode rotasi bumi akan terganggu, pasang surut akan terganggu, yang berakibat pada terjadinya bencana yang tidak akan pernah ada tandingannya dalam sejarah bumi. Bahkan, periode harian dengan jumlah 24 jam pasti akan berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun