"Jadi..., kamu datang ke kota ini hanya untuk nulis novel?"
"Awalnya sih, begitu..." (Bersambung Ke Bab Berikutnya)
"Terus...?" Laras penasaran.
"Lama-lama kerasan juga tinggak di kota kecil ini," jelas sosok misterius.
"Oya?" Detak jantung Laras sedikit terhibur.
"Sudah yakin? Kalau penerbit akan menerbitkannya?" Sambung Laras.
"Sebelum nulis, aku udah ajukan proposal ke penerbit. Dan mereka setuju, setelah membaca ide cerita yang akan aku tulis," jelasnya sambil meraih gelas dari atas meja.
Satu kali tegukan, sisa kopi hangat masuk kedalam tenggorokannya.
"Ayo..., kapan aku bisa ngeliat kamu bikin kue?" Tanyanya seperti menggoda.
"Loh, kan tadi nggak percaya?"
"Justru itu, buktikan dulu dong."