"Siapa?"
"Biasanya ya mas Sidik, Om."
"Lha sampean, anak-anak SOGAN apa nggak bisa?"
Pertanyaan itu membuat saya ragu-ratu menjawab. Selintas waktu, saya terdiam. Bagi saya, ini bukan soal bisa atau tidak. Akan tetapi, saya tak cukup punya gambaran tentang pentas teater yang disuguhkan dalam acara-acara penting. Saya takut kalau-kalau pentas teater itu tidak memenuhi standar. Jauh dari harapan.
Apalagi dengan keberadaan anak-anak di Teater SOGAN yang sudah sangat lama tidak bersentuhan dengan panggung teater. Mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Mencari nafkah untuk keluarga. Ini pula yang membuat saya ragu-ragu untuk mengatakan iya.
"Gini aja wis, mas. Sampean hari ini sempatkan ketemu Bu Waka. Kapan pun saya siap nunggu. Nanti kita bareng-bareng ke sana. Urusan sampean sanggup atau tidak, itu nanti. Piye?" tandas Om Citro.
"Oke deh, Om. Nanti sore ya Om. Soalnya saya masih nugas di kampus STAIKAP," balas saya.
"Ya wis, nanti kalau sudah siap hubungi saya, ya?!"
"Siap, Om!"
Panggilan selesai.
Tetapi, rupanya masih menyisakan masalah. Tak tanggung-tanggung, masalahnya besar pula. Bagaimana tidak, urusannya sama kepolisian. Dan, dalam waktu singkat, dalam hitungan jam, saya mesti bisa memastikan, apakah tawaran itu akan diambil atau dicampakkan begitu saja. Tak ada pilihan yang mengenakkan. Kalau diterima, saya mesti siap menggarap sesuai permintaan. Kalau tidak, kesempatan tidak datang untuk kali kedua.