Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebatang Pohon Tua

31 Oktober 2023   01:28 Diperbarui: 31 Oktober 2023   17:31 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (sumber rekayasa digital oleh Ribut Achwandi)

“Maafkan aku yang telah lancang memasuki wilayahmu, wahai sedulur tuwa. Tetapi, tidak ada jalan lain bagi kami. Maka, jika engkau izinkan, berilah aku selembar daun kering sebagai tanda, bahwa kau merelakan akarmu aku potong. Berikan padaku selembar daunmu yang baru tumbuh, jika engkau bersedia aku pindahkan. Jika kau keberatan, berilah aku sebatang rantingmu,” ucapnya lirih pada pohon tua itu.

Sebuah ranting jatuh menimpa kepala. Ki Ageng Wanenpati semerta berucap, “Terima kasih atas jawabanmu, wahai sedulur tuwa. Walau bukan yang kuharapkan, aku hargai itu. Aku jadi mengerti, engkau adalah pohon yang teguh pendirian. Tak goyah oleh apapun. Kau adalah sebatang pohon yang wuled.”

Demi menghormati pohon tua itu, Ki Ageng Wanenpati akhirnya membelokkan arah goresan tombaknya. Memberi ruang pohon tua itu untuk berdiang di tanah itu. Memberinya tempat khusus bagi kelangsungan hidup pohon tua itu.

Usai menggores tanah dengan tombak Sangkelat, tanah itu perlahan membelah. Secara perlahan, air memancar dari dalam tanah. Kemudian mengalir lancar. Rekahan tanah itu menjadi sungai kecil yang mengelilingi hutan. Bermuara pada sungai besar tempat mereka menepikan gethek. Dan, sebagai tanda penghormatan Ki Ageng Wanenpati kepada pohon tua itu, ia lantas menamai dusun itu dengan nama Wuled.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun