Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senopati Noyontoko

29 Oktober 2023   15:09 Diperbarui: 29 Oktober 2023   20:14 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (sumber: rekayasa digital)

Kata-kata Ki Gedhe Noyontoko tak terbantahkan. Semua pun akhirnya sepakat. Prajurit di bawah pimpinan Ki Gedhe Noyontoko akhirnya menarik diri dan kembali ke hutan.

Matahari baru saja menyembul ke permukaan. Perlahan-lahan, langit melepas selimutnya dan segera bangun dari pejam malamnya. Prajurit Mataram telah tiba di pintu masuk hutan. Seekor harimau yang tempo hari menyerang Ki Gedhe Noyontoko telah berdiri di tepian hutan. Seolah memberi sambutan atas kepulangan prajurit Mataram itu ke rimba kekuasaannya.

"Wahai harimau yang bijaksana, aku kembali lagi untukmu. Terima kasih untuk sambutanmu yang hangat di pagi ini," sapa Ki Gedhe Noyontoko.

Harimau itu lantas berlari mendekat. Ki Gedhe Noyontoko segera turun dari kudanya, lalu merentangkan tangannya lebar-lebar. Menyambut sang raja rimba itu. Keduanya saling berpelukan, seolah dua sahabat yang lama tak pernah jumpa.

"Raja rimbaku, aku senang melihatmu lagi. Bagaimana keluargamu? Apakah mereka juga sebahagia dirimu?"

Raja rimba itu lantas melepas pelukannya sejenak. Ia menengok ke arah tiga ekor harimau yang berdiri di kejauhan. Lalu, memumpun Ki Gedhe Noyontoko untuk menyapa mereka.

"Oh, rupanya itu keluargamu?"

Raja hutan itu mengangguk. Ketiga harimau yang semula berdiri di kejauhan perlahan mendekat. Menyapa sahabat raja hutan itu dengan hangat.

"Ya, ya. Aku terima salam kalian. Dan, aku minta izin kepadamu wahai raja hutan. Kami ingin tinggal di sini bersama kalian. Bagaimana?"

Serempak empat harimau penunggu Alas Banjarwaja itu mengaum. Seolah menyatakan kesetujuan.

"Kalau begitu, tunjukkan kepada kami dimana kami bisa tinggal. Dan, aku pastikan kita akan bersama-sama menjaga hutan ini. Bagaimana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun