Aroma mie instan dari warung di dekat pintu masuk perumahan menyergap hidung Kamto Perutnya berbunyi.Â
Belum ada apapun yang mampir ke perutnya sejak bangun pukul 4.00.Cuma air putih.Â
Kamto enggan membangunkan Dewi. Antara tak tega dan rasa bersalah melihatnya.Â
Saat akan keluar rumah, Kamto berbisik di telinga Dewi. "Aku pergi dulu. "
***
"Kalau koran yang diantar semakin habis, ya sudah berhenti saja," saran Dewi saat Kamto bercerita.Â
Namun, Kamto gamang. Sudah puluhan tahun dia mengantar koran. Meski jumlahnya tak banyak, tetap bisa tanbah-tambah uang dapur. Setelah itu, baru menjalani ojek online, yang sempat sangat sepi saat pandemi virus datang.Â
Hujan semakin deras. Pandangan mata Kamto kabur. Kaca helm yang digunakannya tiba-tiba turun.Â
Cieeeeetttt. Gubrakk.. Motor Kamto ambruk. Kamto tak melihat lubang jalan yang harus dihindarinya. Mata Kamto pun terpejam sesaat.Â
***
"Ini, pak Kamto, minum dulu tehnya. Ada sedikit kue bolu juga. Duduk dulu sebentar," suara Ny. Yuni salah seorang pelanggan koran yang diantarnya terdengar.Â