Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

(RTC): Kamto, Pahlawan Informasi

10 November 2021   23:59 Diperbarui: 11 November 2021   00:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aroma mie instan dari warung di dekat pintu masuk perumahan menyergap hidung Kamto Perutnya berbunyi. 

Belum ada apapun yang mampir ke perutnya sejak bangun pukul 4.00.Cuma air putih. 

Kamto enggan membangunkan Dewi. Antara tak tega dan rasa bersalah melihatnya. 

Saat akan keluar rumah, Kamto berbisik di telinga Dewi. "Aku pergi dulu. "

***

"Kalau koran yang diantar semakin habis, ya sudah berhenti saja," saran Dewi saat Kamto bercerita. 

Namun, Kamto gamang. Sudah puluhan tahun dia mengantar koran. Meski jumlahnya tak banyak, tetap bisa tanbah-tambah uang dapur. Setelah itu, baru menjalani ojek online, yang sempat sangat sepi saat pandemi virus datang. 

Hujan semakin deras. Pandangan mata Kamto kabur. Kaca helm yang digunakannya tiba-tiba turun. 

Cieeeeetttt. Gubrakk.. Motor Kamto ambruk. Kamto tak melihat lubang jalan yang harus dihindarinya. Mata Kamto pun terpejam sesaat. 

***

"Ini, pak Kamto, minum dulu tehnya. Ada sedikit kue bolu juga. Duduk dulu sebentar," suara Ny. Yuni salah seorang pelanggan koran yang diantarnya terdengar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun