Dia menganjurkan anak-anak kampung membuat akun media sosial dan mengunggah kekhasan, keindahan ataupun yang sedang terjadi.
Platform media sosial digunakan untuk mempromosikan kearifan lokal Papua untuk menarik minat anak muda, yang saat ini lebih aktif di IG, Youtube, Tiktok dan Instagram.
"Dari situ, berharap masyarakat akan dikunjungi dan uang bisa sampai ke kampung tanpa harus ke kota. Tidak perlu takut tidak sekolah, cuma SD. Apa yang sediakan alam, apa yang kita punya kearifan lokal itu bernilai," tutur Billy.
Billy merindukan pendampingan pada anak-anak Papua secara berkelanjutan.
Memperkenalkan Papua, menurutnya akan lebih pas jika dilakukan oleh orang asli Papua. Banyak orang luar memperkenalkan Papua, tapi seringkali tidak tepat.
Melestarikan budaya Papua melalui keahlian menganyam juga dilakukan oleh Du Anyam. Menurut Hanna Keraf (Co-Founder dan Chief of Community Development & Partnership Du Anyam), Du Anyam memastikan dampak positif dirasakan langsung oleh para pengrajin, khususnya Nabire.
Fokus utamanya adalah bagaimana perempuan bisa memiliki Akses terhadap uang tunai dengan kearifan lokal yang sudah dipunya dengan bahan baku yang tersedia di lokal.
Tak mudah karena Hanna menyadari para pengrajin yang menganyam sudah berusia di atas 40 tahun.
Alasan tidak ada pengrajin yang lebih muda adalah masuknya informasi tren dan bukan sesuatu yang trendi, menganyam itu tidak keren.