Keterampilan mengukir khas Kamoro sempat di ambang kepunahan. Padahal, karya ukir Kamoro tak kalah apiknya dengan hasil karya Suku Asmat yang dikenal lebih dulu oleh banyak orang.
Semangat mengembangkan budaya dan melestarikan keahlian bangkit setelah hadirnya pria asal Hungaria bernama Kal Muller pada tahun 1994 untuk membina Suku Kamoro.
Sejak saat itu, ukiran khas Kamoro lebih dikenal, bahkan menjangkau luar negeri. Upaya ini didukung PT Freeport Indonesia yang menggandeng Kal sebagai konsultan.
Pembinaan kemudian dilanjutkan oleh Luluk Intarti, yang kemudian menjadi Founder Yayasan
Maramowe Weiku Komorowe. Yayasan inilah yang menaungi para pengukir Kamoro.
Beragam Upaya Pelestarian
Beragam upaya pameran sudah sering dilakukan untuk memperkenalkan ukiran dan anyaman Kamoro, yakni Jakarta, Bandung, Bali, bahkan sampai ke Swiss. Tak hanya itu, saat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua tahun 2021, tarian dan ukiran Kamoro juga hadir.
Peran serta pemuda dalam melestarikan budaya dan seni sangat penting. "Tugas kami anak-anak muda harus menjaga tradisi ukir ini," kata Hengky.
Upaya melestarikan budaya dan seni tanah Papua juga ditunjukkan oleh Billy Iwan E Tokuro melalui akun media sosial @pacekreatif yang digagasnya.
Melalui konten kreatif, Billy menampilkan keelokan Papua.
Menurut Billy, apa yang ada di masyarakat ditampilkannya dalam bentuk visual foto dan video.Â