Pertanyaannya adalah benarkah permohonan maaf itu benar-benar berasal dari hati? Mungkinkah hanya karena memang harus mengucapkan sebagai bentuk tradisi sopan santun di hari raya?Â
Memaafkan
Memaafkan itu gampang-gampang susah. Seringkali hanya tersangkut di ucapan pesan di media sosial ataupun pada gerak bibir saja.Â
Pernahkah mengalami ketika libur Idul Fitri usai dan bertemu seseorang yang mengesalkan, masih terasa ganjalan di hati?Â
Saat menjadi dewasa, memaafkan menjadi hal yang tidak mudah. Berbeda halnya saat masih kanak-kanak yang saat bertengkar, bisa segera berbaikan dan bermain bersama lagi.Â
Memaafkan seringkali cuma sekadar basa basi. Selebihnya, saat bertemu kembali, Â saling diam dan meminimalkan bertegur.Â
Tidak segampang bicara,"Aku minta maaf, ya? " atau "Mohon maaf lahir dan batin" sambil menangkupkan kedua tangan.Â
Jadi benarkah sudah memaafkan jika seperti ini? Memaafkan itu ternyata membutuhkan kebesaran jiwa, lapang dada dan kejernihan pikiran.Â
"Memaafkan itu tak semudah kata-kata" Kalimat ini mudah dijumpai atau pernah mendengarnya?Â
Terkadang seakan benar juga. Ketika dibuat kesal orang lain, dibuat marah oleh orang lain, dibuat sakit hati orang lain, atau dihina orang lain, rasanya memaafkan menjadi hal sulit bukan?Â
Mengalami hal yang menyakitkan, tak jarang menimbulkan rasa ingin membalasnya (kalau berani). Kalau tidak berani, terkadang menyimpannya dalam hati.Â