Seiring dengan berakhirnya bulan ramadan, takbir dari masjid pun mulai terdengar. Momentum memaafkan dan dimaafkan saat lebaran dimulai
Media sosial mulai ramai dengan ucapan selamat Idul Fitri dan permintaan maaf. Pada Facebook, juga twitter. Grup whatsapp seakan bersahut-sahutan berbunyi menandakan ada pesan lebaran masuk.Â
Ya, lebaran identik dengan saling memaafkan. Sebagai hari kemenangan yang diperoleh setelah satu bulan penuh berpuasa, menahan dahaga dan lapar, serta perbuatan tercela.Â
Tanpa pikir lama, biasanya segera membalas pesan Idul Fitri yang masuk dengan ucapan serupa, baik dengan rangkaian kata-kata sendiri atau sekadar copy paste dari pesan yang masuk untuk dikirimkan ke orang berbeda.Â
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.Â
Ucapan hari raya ini merupakan yang paling standar diterima dan setiap tahun hanya berubah angkanya.Â
Banyak ucapan lebaran yang lebih panjang,dilengkapi surat Al Qur'an, berpantun, dilengkapi kartun dan menyertakan gambar.Â
Banyak cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan momen memaafkan di hari raya. Termasuk dengan mengirimkan parcel plus kartu ucapan, yang diakhiri mohon maaf lahir dan batin.Â
Di masa pandemi, lebaran virtual menjadi pengganti halal bihalal yang umumnya terjadi saat Idul Fitri.Â
Saling maaf memaafkan, mohon maaf lahir dan batin menjadi kalimat sakti dan sempurna saat Idul Fitri tiba.Â
Inilah tradisi yang dibiasakan. Meminta maaf antar keluarga, antar teman, antar rekan kerja dan antar tetangga.
Pertanyaannya adalah benarkah permohonan maaf itu benar-benar berasal dari hati? Mungkinkah hanya karena memang harus mengucapkan sebagai bentuk tradisi sopan santun di hari raya?Â
Memaafkan
Memaafkan itu gampang-gampang susah. Seringkali hanya tersangkut di ucapan pesan di media sosial ataupun pada gerak bibir saja.Â
Pernahkah mengalami ketika libur Idul Fitri usai dan bertemu seseorang yang mengesalkan, masih terasa ganjalan di hati?Â
Saat menjadi dewasa, memaafkan menjadi hal yang tidak mudah. Berbeda halnya saat masih kanak-kanak yang saat bertengkar, bisa segera berbaikan dan bermain bersama lagi.Â
Memaafkan seringkali cuma sekadar basa basi. Selebihnya, saat bertemu kembali, Â saling diam dan meminimalkan bertegur.Â
Tidak segampang bicara,"Aku minta maaf, ya? " atau "Mohon maaf lahir dan batin" sambil menangkupkan kedua tangan.Â
Jadi benarkah sudah memaafkan jika seperti ini? Memaafkan itu ternyata membutuhkan kebesaran jiwa, lapang dada dan kejernihan pikiran.Â
"Memaafkan itu tak semudah kata-kata" Kalimat ini mudah dijumpai atau pernah mendengarnya?Â
Terkadang seakan benar juga. Ketika dibuat kesal orang lain, dibuat marah oleh orang lain, dibuat sakit hati orang lain, atau dihina orang lain, rasanya memaafkan menjadi hal sulit bukan?Â
Mengalami hal yang menyakitkan, tak jarang menimbulkan rasa ingin membalasnya (kalau berani). Kalau tidak berani, terkadang menyimpannya dalam hati.Â
Sembuhnya membutuhkan waktu. Namun, energi negatif dari rasa-rasa ini harus disingkirkan karena tidak baik untuk diri sendiri dan justru berimbas pada hal lain yang bisa lebih negatif.Â
Dalam Surat Al A'raf (7) ayat 199 disebutkan, "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf , serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh"
Sifat memaafkan memberikan banyak keuntungan, mulai dari disayang Allah Yang Maha Kuasa, lebih mulia dan terhormat, bisa membuka pertemanan kembali, jiwa dan tubuh lebih sehat.Â
Dalam buku Forgive fof Good, Dr Frederic Luskin menyampaikan jika sifat pemaaf merupakan resep yang terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan.
Dengan sifat pemaaf, energi positif akan mengalir, mengurangi kemarahan dan rasa penderitaan.Â
Dimaafkan Orang Lain
Memaafkan memberikan dan menebar hal positif. Itulah yang dirasakan orang yang dimaafkan oleh orang lain.Â
Pernahkah terpikir jika ada orang yang belum meminta maaf itu karena tidak ada yang memulai duluan?Â
Rasa gengsi,rasa tidak berani, rasa tidak enak menyebabkan seseorang tidak bisa meminta maaf secara langsung.Â
Namun, saat berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, permohonan agar orang yang sudah disakiti mau memaafkan perbuatan yang telah dilakukan. Dengan kata lain, minta 'Dimaafkan' meski tidak langsung.Â
Dimaafkan oleh orang lain yang tersinggung atas perbuatan dan perkataan yang dilontarkan, rasanya seperti anugrah.Â
Dimaafkan orang lain sangat membahagiakan. Hati lega dan penuh syukur saat tahu orang lain sudah memaafkan kesalahan yang mungkin telah diperbuat.Â
Terkadang, karena kebebalan diri dan perilaku tak terpuji yang berkarat, tidak tahu sudah menyinggung atau menyakiti orang lain. Sehingga, dimaafkan adalah sesuatu.Â
Memaafkan dan Dimaafkan
Memaafkan dan Dimaafkan tak sesederhana ucapan atau tulisan. Jika hal ini dilakukan, maka energi positif menggantikan energi negatif.Â
Kelapangan dada, hati yang sehat, pikiran yang jernih, rasa syukur dan rasa terima kasih muncul dengan Memaafkan dan Dimaafkan.Â
Kapan waktu yang tepat untuk memaafkan? Bagusnya, segera setelah melakukan hal yang tidak patut agar tidak berlarut-larut. Tidak perlu tunggu lebaran.Â
Namun berhubungan memaafkan dan dimaafkan butuh ketulusan hati, Idul Fitri merupakan kesempatan untuk memaafkan dan memperoleh maaf (dimaafkan). Untunglah, tradisi ini ada sehingga jika dimanfaatkan mampu menjadi  pembuka maaf yang belum sempat terucap.Â
Nah terkait lebaran, sebagai penutup, saya ucapkan Selamat Idul Fitri 1442 H. Mohon maaf lahir dan batin.Â
Sungguh, ini bukan sekadar ucapan, tapi dari lubuk hati terdalam, hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H