Dengan didampingi Rizky Darmadi dan Alfi, dua wakil IPA Cilandak, para kompasianer berkeliling di IPA Cilandak yang telah beroperasi sejak tahun 1977 ini dengan produksi awal sebanyak 200 liter per detik.
Saat ini IPA Cilandak beroperasi selama 24 jam non stop dengan 17 tenaga operasional. Kunjungan Kompasianer dimulai dari Kali Krukut yang merupakan bahan baku air bersih IPA Cilandak.
Saat menuju Kali Krukut yang berbatasan langsung dengan pagar IPA Cilandak itulah, bak sampah besar yang penuh beraneka sampah berbau terlihat langsung. Menurut Rizky Darmadi,Kali Krukut menghadapi masalah semakin dangkal selain sampah “Dulu ketinggiannya sama. Sekarang Kali Krukut lebih tinggi 80 cm karena endapan,” kata Rizky.
Bagaimana sistem pengolahan air di IPA Cilandak?
Melihat langsung sistem pengolahan air di IPA Cilandak merupakan sebuah pengalaman berharga karena harus menaiki tangga karena sistem pengolahannya berada pada ketinggian 2-5 M. Uraiannya sebagai berikut :
Kali Krukut sebagai Air Baku
Air yang berasal dari Kali Krukut merupakan bahan baku utama untuk pengolahan air bersih di IPA Cilandak. Airnya mengandung polutan amonia, deterjen dan mangan yang mayoritas berasal dari limbah rumah tangga selain limbah industri.
Pada tahun 2015, kandungan amonia air baku jauh di batas standar kadar amonia pengolahan air bersih mencapai 7 mg/L. Berdasarkan standar Keputusan Gubernur No.582 tahun 1995, kandungan amonium seharusnya 1 mg/L. IPA Cilandak sempat menurunkan produksi hingga 50 % karena air bersih yang dihasilkan memiliki kualitas yang tidak terlalu beda dengan awalnya.