Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Wonderful Life, Menerima Anak Disleksia dari Sisi Kelebihan

13 Oktober 2016   17:02 Diperbarui: 13 Oktober 2016   17:20 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam film ini terlihat Amalia semula menginginkan hal yang sama, sehingga Aqil merasa semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk Umi, sebutan ibu untuk Amalia. Di sisi lain, ayah Amalia yang juga kakek Aqil  pun menuntut  prestasi gemilang dari Aqil dengan nilai bagus dan bisa mendapatkan beasiswa. Kakek Aqil menilai  Aqil sakit dan  menganggap Amalia gagal sebagai orang tua. “Sampai kapan kamu gagal jadi orang tua, Lia?”   

Amalia yang akhirnya sadar telah salah memperlakukan Aqil setelah perjalanan mencari penyembuhan, mengatakan pada ayahnya, “Aqil nggak sakit, pa. Kita  sakit, pa.”  

Saat mengunjungi seorang ahli herbal yang diperankan Didik Nini Thowok, memang sempat terlontar ungkapan jika tidak ada yang salah dengan Aqil. Semua anak terlahir dengan sempurna.

Film Wonderful Life lebih mengupas kedekatan emosi seorang ibu dan anak. Penerimaan orang tua, terutama seorang ibu saat mengetahui anaknya tidak sama dengan anak yang lain. Tidak bisa diandalkan secara akademis.

Dalam film ini, tidak begitu menggambarkan dengan jelas mengenai disleksia, kecuali tulisan tangan Aqil yang diolok temannya dan huruf  menari saat Aqil membaca. Namun, melalui film ini, siapa pun yang menonton akan tergugah agar tidak segera mencap atau memberi label anak bodoh atau anak malas terhadap anak yang kesulitan membaca.

Anak penyandang Disklesia mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Namun, hal itu belum tentu berarti bodoh atau malas (gambar:trailerwonderfulmovie)
Anak penyandang Disklesia mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Namun, hal itu belum tentu berarti bodoh atau malas (gambar:trailerwonderfulmovie)
Karena bisa jadi, anak itu memang merupakan anak berkebutuhan khusus yang perlu diperlakukan secara berbeda. Tidak hanya oleh orang tua, melainkan juga oleh orang-orang yang ada sekitarnya, termasuk para guru dan teman satu kelas atau sekolah dalam memahami anak berkebutuhan khusus. Film yang dapat menginspirasi bagu banyak orang dan keluarga. 

Buat orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, salah satunya disleksia, film ini akan menjadi motivasi dan penguat jika tidak sendiri dalam menghadapinya. Ada kehebatan dan prestasi lain yang dimiliki anak berkebutuhan khusus, seperti Aqil yang jago menggambar dan sudah menggelar pameran lukisan tunggal di  kawasan hutan pinus, Taman Wisata Gunung Pancar, Sentul.  

Prestasi Aqil di bidang melukis akhirnya justru membanggakan semua orang. Disleksia memang menyebabkan Aqil kesulitan menulis dan membaca, tapi imajinasi dan kreativitas tinggi  Aqil yang dituangkan dalam gambar menjadi sangat luar biasa. Menjadi Wonderful Life.

Berikut trailer filmya :


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun