Dalam film ini terlihat Amalia semula menginginkan hal yang sama, sehingga Aqil merasa semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk Umi, sebutan ibu untuk Amalia. Di sisi lain, ayah Amalia yang juga kakek Aqil pun menuntut prestasi gemilang dari Aqil dengan nilai bagus dan bisa mendapatkan beasiswa. Kakek Aqil menilai Aqil sakit dan menganggap Amalia gagal sebagai orang tua. “Sampai kapan kamu gagal jadi orang tua, Lia?”
Amalia yang akhirnya sadar telah salah memperlakukan Aqil setelah perjalanan mencari penyembuhan, mengatakan pada ayahnya, “Aqil nggak sakit, pa. Kita sakit, pa.”
Saat mengunjungi seorang ahli herbal yang diperankan Didik Nini Thowok, memang sempat terlontar ungkapan jika tidak ada yang salah dengan Aqil. Semua anak terlahir dengan sempurna.
Film Wonderful Life lebih mengupas kedekatan emosi seorang ibu dan anak. Penerimaan orang tua, terutama seorang ibu saat mengetahui anaknya tidak sama dengan anak yang lain. Tidak bisa diandalkan secara akademis.
Dalam film ini, tidak begitu menggambarkan dengan jelas mengenai disleksia, kecuali tulisan tangan Aqil yang diolok temannya dan huruf menari saat Aqil membaca. Namun, melalui film ini, siapa pun yang menonton akan tergugah agar tidak segera mencap atau memberi label anak bodoh atau anak malas terhadap anak yang kesulitan membaca.
Buat orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, salah satunya disleksia, film ini akan menjadi motivasi dan penguat jika tidak sendiri dalam menghadapinya. Ada kehebatan dan prestasi lain yang dimiliki anak berkebutuhan khusus, seperti Aqil yang jago menggambar dan sudah menggelar pameran lukisan tunggal di kawasan hutan pinus, Taman Wisata Gunung Pancar, Sentul.
Prestasi Aqil di bidang melukis akhirnya justru membanggakan semua orang. Disleksia memang menyebabkan Aqil kesulitan menulis dan membaca, tapi imajinasi dan kreativitas tinggi Aqil yang dituangkan dalam gambar menjadi sangat luar biasa. Menjadi Wonderful Life.
Berikut trailer filmya :