Â
Gambar produk merupakan unsur utama dalam bisnis online. Sebuah transaksi jual beli online dapat terjadi setelah seseorang membuka sebuah situs online, melihat aneka gambar produk yang ada, dan kemudian terpikat untuk memiliki atau menemukan kebutuhan yang dicari. Sehingga mau tidak mau, menampilkan gambar produk dengan semenarik mungkin, harus diperhatikan dan dipenuhi oleh para pelaku bisnis online. Â
Kemampuan atau setidaknya pengetahuan mengenai bagaimana cara membuat sebuah gambar yang bagus, yang dapat memiliki nilai jual untuk para penjual online dan Usaha Kecil Menengah (UKM), di tengah bisnis online yang semakin menggeliat. Sabtu 27 Agustus 2016, saya hadir sebagai salah satu peserta dari sekitar 40 orang yang larut dalam  kegiatan product coaching,  How To Make Great Product Images That Sell oleh dua fotografer Ferry Ardianto dan Bode Boni Febrianda.
Dalam kegiatan dilangsungkan di Smesco Digipreneurday, di gedung Galeri Indonesia Wow (GIW), Smesco, Lantai II, Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta, keingintahuan cukup besar karena pernah menjajal bisnis online bersama teman. Bagi yang baru mulai berbisnis, membuat foto produk sendiri akan sangat membantu karena bisa dilakukan sendiri. Pun bila dilakukan dengan bantuan professional fotografer, tidak ada ruginya pernah mempelajari foto produk.
Nah, memotret suatu produk untuk bisnis online UKM, kategorinya termasuk dalam bentuk promosi. Sesuai dengan sebutannya, berpromosi itu berkaitan dengan menginformasikan, membujuk untuk memilih, dan membangun loyalitas calon pembeli.
Tentu saja, hal ini berarti hasil gambar/foto untuk keperluan promosi harus mampu menggugah orang yang melihatnya. Selain itu, Â juga tetap tidak meninggalkan design yang menarik, tulisan yang memikat, dan informasi yang lengkap mengenai sebuah produk.Â
Mengenai kamera sebagai alat pemotret produk tak perlu bingung. Saat ini di pasaran terdapat berbagai jenis kamera dan lensa, yakni dari kamera Digital Single lens Reflect (DSLR), pocket, mirrorless, hingga kamera handpnone. Keseluruhannya dapat digunakan untuk mengambil gambar suatu produk dengan apik.
Semua kamera ini memiliki kelebihan masing-masing bagi penggunanya. Mulai dari bobot kamera, kualitas yang dihasilkan, dan kemudahan dalam menggunakannya. Kamera DSLR menjadi pilihan untuk menghasilkan kualitas foto terbaik, kecepatan, dan kontrol manual bagi penggunanya. Kamera mirrorless memiliki kualitas serupa DSLR, tapi tanpa cermin, dan lebih ringan.
Bila tak ada kamera DSLR ataupun mirrorless yang dianggap lebih mumpuni dan profesional, kamera saku dan handphone pun sudah cukup memadai untuk memotret produk yang akan dijual online. Kamera saku memiliki keunggulan pada kemudahan pemakaian, ringan dibawa dengan ukurannya yang kecil.
Jelasnya, mau pakai kamera apa pun jenis dan mereknya, tetap saja yang harus diperhatikan ketika memotret produk adalah cahaya (lighting). Cahaya akan menentukan semuanya, yakni bentuk dan hasil pemotretan produk. Sumber cahaya yang berasal dari flash, lampu pijar, ataukah matahari langsung, harus dipertimbangkan. Selain juga harus dicermati asal cahaya, apakah dari samping, depan, atau belakang.Â
Masing-masing arah pemotretan akan memberi info berbeda dan hasil yang berbeda-beda pula. Satu hal yang jangan lupa diperhatikan adalah white balance dalam setting kamera. Hal ini sangat penting karena akan memberi pengaruh pada hasil akhir foto.
Ferry menyampaikan, tidak hanya kamera sebagai alat yang digunakan dan teknik yang berperan penting dalam memotret, satu hal yang tak boleh ditinggalkan adalah komposisi. Maksudnya, sebuah hasil foto untuk produk online harus mampu memberikan informasi produk. Sebagai contoh, pada produk sepatu harus bisa menggambarkan bentuk, warna, kualitas bahan, dan tinggi hak sepatu yang ada.Â
Seperti halnya orang yang belajar menulis harus banyak membaca, untuk mengenali komposisi dan tahu cara memotret yang bagus, seseorang harus banyak latihan dan harus sering lihat gambar/foto suatu produk. Hal ini akan mengolah wawasan dalam memotret foto, sehingga dapat menampilkan yang terbaik.
Dalam kesempatan yang sama, Bode Bone Febrianda, fotografer yang pernah berkarya di Sydney, Australia menambahkan, menghasilkan sbuah foto kelihatannya simpel. Padahal, banyak cerita yang ada di belakangnya. Lelaki yang juga berbisnis online dan menyediakan foto produk untuk kliennya Chef Degan Master Chef memaparkan, terdapat sejumlah perbedan antara belanja konvensional dan belanja online.Â
Berbeda halnya dengan belanja online, yang terkadang masih dapat membuat orang ragu. Sebelum membeli online, seseorang harus tahu nama jenis barang atau nama brand. Calon pembeli pun tidak bisa bertanya dengan online shop. Jika membutuhkan suatu produk hanya dapat mencarinya di daftar pencarian online shop.Â
Calon pembeli online, hanya bisa membaca keterangan dan melihat foto produk yang ditampilkan. Nah, disinilah unsur kepercayaan untuk mengorder produk sangat besar karena ada masa tunggu setelah pembayaran hingga barang yang dibeli datang.
Ke depannya, repeat customer merupakan hal yang diinginkan sesudah memberikan yang terbaik melalui penjualan produk secara online.
Karena itu, tulisan atau gambar produk yang bagus akan memutuskan keputusan seseorang untuk membeli atau tidak produk secara online.
 Bode memberikan contoh 3 kasus :
1. Case Study I- Hanya TulisanÂ
2. Case Study II : Gambar dengan sedikit tulisan
3. Case Study III, Â Iklan dengan Foto Depan dan Belakang
Hilangkan Banyak Tanya
Bode menyampaikan, sebuah foto produk yang dihasilkan, diusahakan jangan sampai banyak menimbulkan pertanyaan dari seorang calon pembeli. Bila calon pembeli tidak banyak bertanya, bisa berarti informasi foto sudah jelas dan menjawab pertanyaan. Hal ini juga berkaitan dengan komplain yang akan muncul terhadap foto produk.Â
Karena itu, mengenai berapa jumlah ideal foto yang diperlukan untuk sebuah produk, lebih banyak akan lebih bagus dan lebih mendukung selama memungkinkan. Tergantung pada sisi yang ingin ditonjolkan. Bisa dari sisi samping, atas, depan, dan belakang. Â Misalnya untuk produk sepatu, foto lebih fokus pada hak atau pada bahan.
Setidaknya, dengan melihat foto produk, orang sudah bisa mengidentifikasikan bentuk produk, bahan, warna, bagian-bagian yang dianggap penting sebagai kelebihan produk yang dijual, ukuran, dan kemungkinan cacat yang ada pada sebuah produk, seperti bila ada noda pada sepatu. Tidak usah ditutupi. Sampaikan saja. Itu akan berpengaruh pada penjualan selanjutnya.Â
Bode memberi catatan, dalam memotret suatu produk, jangan dilupakan menonjolkan unsur brand (merek). Sejumlah orang, menurutnya, tergila-gila pada brand. Banyak orang yang mencari produk dengan menelusuri brand yang ada, brand yang disukai, sebelum kemudian memilih produk.
Hmm, semua terkesan mudah. Namun, saat praktek ternyata membutuhkan konsentrasi dan kreativitas. Belum lagi mengatasi bayangan yang timbul karena sumber cahaya pada foto produk. Berulangkali, teman-teman ada yang mengungkapkan kata 'bocor' karena keterbatasan board penutup yang ada.Â
Untuk menambah kesan apik pada produk, ada yang menambahkan dengan hiasan bunga-bunga segar. Selain itu juga masih ada proses pengeditan. Ah, jadi begini mempersiapkan foto produk yang bagus untuk meningkatkan penjualan online!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H