Pendidikan harus holistik, membentuk manusia paripurna. Sehingga, pendidikan karakter yang berbasis kemanusiaan dan kecerdasan emosional, misalnya empati, tidak bisa dipisahkan. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, pendidikan pada dasarnya adalah tentang membentuk manusia yang seutuhnya.
Oleh karena itu, pelajar ilmu sains teknologi mesti dibekali dengan ilmu humaniora, misalnya sastra dan filsafat. Imajinasi bisa dikembangkan dan dilatih melalui buku sastra.Â
Nilai-nilai humanis dapat dipelajari lewat karya sastra. Sedangkan filsafat, selain bisa membentuk kemampuan berpikir kritis, akan membekali mereka tentang etika dan moral.
Sebaliknya, pelajar ilmu humaniora mesti dilengkapi dengan materi atau pelajaran sains dan teknologi. Mereka mesti melek dengan perkembangan sains dan teknologi. Misalnya, mereka yang menggeluti seni rupa harus melek kecerdasan buatan. Teknologi tersebut dapat meningkatkan kreativitasnya dalam menghasilkan lukisan yang estetis dan futuristik.
Tantangan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air tidak mudah. Hasil survei PISA 2018 juga menunjukkan, disparitas kualitas pendidikan dan rendahnya kualitas tenaga pendidik disinyalir menjadi penyebab utama rendahnya literasi pelajar Indonesia.
Untuk itu, usaha perbaikan kualitas dan sistem pendidikan harus adil dan merata. Bukan hanya di Jakarta atau Jawa, tetapi dari Sabang sampai Merauke. Sangat penting memperkecil kesenjangan atau ketimpangan dalam dunia pendidikan, apapun bentuknya. Pendidikan harus inklusif bukan eksklusif.
Pendidikan yang bermutu sangat bergantung pada tenaga pengajar yang berkualitas, tersedianya akses untuk semua orang, sarana dan prasarana yang memadai, dan kualitas kesehatan manusia.
Pemerintah, dengan kapasitas yang dimiliki, harus memanfaatkan 20% anggaran pendidikan dari APBN untuk memperbaiki sistem dan mutu pendidikan di tanah air. Sesuai amanat konstitusi, negara bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan kajian The SMERU Research Institute, bila kita tidak serius meningkatkan kualitas pendidikan, kemungkinan tercapainya tingkat literasi pelajar Indonesia yang setara dengan rata- rata performa pelajar di negara OECD akan terjadi pada tahun 2090.
Tentu, kita tidak ingin hal itu terjadi, bukan? Karena itu, selain mendorong pemerintah, kita juga harus turut andil dalam memperbaikinya. Ya, pendidikan anak tidak hanya tanggung jawab institusi pendidikan ataupun tenaga pendidik, tetapi juga orang tua.
Orang tua punya andil yang tidak bisa dianggap sepele dalam pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK.