Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tantangan Pembangunan Manusia dan Penguasaan IPTEK

28 Januari 2022   06:30 Diperbarui: 28 Januari 2022   10:08 2040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain kehilangan ilmuwan hebat, negara juga tidak akan mendapat manfaat dari penelitiannya. Pesawat angkasa Apollo 11 tidak akan mungkin mendarat di bulan pada tahun 1969, jika Katherine Johnson tidak dibebaskan dari segregasi. Tanpa kreativitas matematikawan itu Amerika Serikat tidak akan tercatat sebagai negara pertama yang mampu mendaratkan manusia di bulan.

Tanpa mengormati kebebasan sipil, pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK tidak bermakna sama sekali. Pun, cita- cita menjadi negara maju dan makmur juga akan terhambat. Ya, menurut ekonom India, Amartya Sen, kebebasan dapat menstimulus kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.

Setiap individu sudah sepatutnya bersikap toleran terhadap orang lain, menghormati keberagaman dan kebebasan sipil. Agar kita mampu bersikap toleran, salah satu cara yang bisa kita lakukan ialah mengaktifkan empati. Empati menolong kita untuk menerima orang lain.

Dengan berempati, kita ikut merasakan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada. Artinya, empati memudahkan kita bersikap toleran. Itu sebabnya, nilai dan sikap empati maupun toleransi mesti ditanamkan lewat pendidikan dan keteladanan.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah negara juga harus komitmen menjamin kebebasan setiap orang agar tidak dirampas oleh pihak manapun.

Merawat harapan

Pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK adalah salah satu pilar dari visi Indonesia 2045. Pilar ini sangat penting dan harus menjadi prioritas utama bila ingin menjadi negara maju dan makmur. Bonus demografi harus menjadi momentum terwujudnya manusia Indonesia yang unggul dan berbudaya serta menguasai sains dan teknologi.

Menguasai sains dan teknologi adalah kebutuhan. Ekonomi dunia sedang bergerak ke arah yang berbeda. Cepat atau lambat, kemajuan dan kemakmuran negara tidak lagi bergantung pada sumber daya alam. Ekonomi yang berbasis pengetahuan dan teknologi akan menjadi tumpuan.

Dunia sedang mengalami disrupsi. Sains dan teknologi mengubah tatanan dunia. Sehingga, pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK di Indonesia harus beradaptasi dengan kondisi dan kebutuhan zaman.

Saat ini dunia sedang bergerak menuju era baru; era kecerdasan buatan. Di era kecerdasan buatan, manusia yang unggul dan berbudaya artinya memiliki kreativitas dan empati. Manusia Indonesia yang kreatif dan berempati serta menguasai sains dan teknologi akan mampu menghadapi tantangan di era kecerdasan buatan.

Membangun manusia Indonesia yang kreatif dan empati serta menguasai sains dan teknologi perlu dilakukan dengan segala usaha, dukungan dan mungkin keajaiban. Butuh waktu dan proses yang tidak instan, karena tantangan yang dihadapi tidak mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun