Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Universe

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kecerdasan Buatan Memaksa Manusia Mendisrupsi Dirinya Sendiri

28 Desember 2021   06:30 Diperbarui: 28 Desember 2021   17:33 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singularitas teknologi terjadi ketika manusia "menyatu" dengan kecerdasan buatan, lahirnya transhuman, manusia super cerdas. Proses tersebut menyebabkan ledakan kecerdasan. Kecerdasan buatan terus berkembang hingga akhirnya melampaui kecerdasan manusia. Bila itu terjadi, masa depan eksistensi Homo sapiens menjadi tidak pasti. Bahkan, menurut John von Neumann, tidak mungkin berlanjut.

Berbeda dengan John von Neumann dan ilmuwan lain pendukung singularitas teknologi, beberapa ilmuwan masih percaya kecerdasan buatan tidak akan bisa secerdas manusia. Mereka skeptis kecerdasan buatan akan memiliki otak seperti manusia. Artinya, kecerdasan umum buatan (AGI) sulit terealisasi. Lagipula kecerdasan buatan belum memiliki kesadaran layaknya manusia. Dan sampai saat ini belum ada komputer yang memiliki kemampuan seperti otak manusia.

Terlepas dari perbedaan dan perdebatan dari para ahli atau ilmuwan, bagaimanapun (harapannya) manusia harus tetap memegang kendali. Artinya, singularitas teknologi menjadi kenyataan atau sekedar ilusi, sangat bergantung pada pilihan atau keputusan manusia itu sendiri.

Untuk itu kita perlu mendisrupsi diri sendiri agar tetap relevan, menjadi subjek bukan objek. Mendisrupsi diri sendiri merupakan proses adaptasi supaya kita sebagai Homo faber tidak hanya eksis tetapi juga tidak kehilangan esensi.

Menurut ilmuwan komputer yang juga pakar kecerdasan buatan, Kai-Fu Lee, dua keunggulan manusia yang belum dimiliki oleh kecerdasan buatan adalah kreativitas dan empati. Kai-Fu Lee mengatakan dua keunggulan tersebut bisa menjadi kunci bagi masa depan peradaban manusia, termasuk tatanan baru dalam dunia kerja.

Keunggulan Manusia dan Tantangannya

Kecerdasan buatan memungkinkan sebuah mesin atau robot berpikir dan melakukan sesuatu seperti manusia. Tingkat kemampuan dari kecerdasan buatan sangat bergantung pada jumlah data dan kapasitas komputasi.

Sumber data dan kemampuan komputasi bersumber dari manusia. Tanpa data dan kapasitas komputasi yang mumpuni, kecerdasan buatan tidak memiliki arti. Karena itu bisa dikatakan kreativitas manusia masih sulit direplika oleh kecerdasan buatan.

Kreativitas adalah fitur yang fundamental bagi kecerdasan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, semua penemuan dalam seni, sastra, sains, dan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, merupakan hasil kreativitas manusia.

Esensi dari kreativitas adalah kebaruan. Kebaruan bisa keberadaannya ataupun kegunaannya. Kebaruan yang dihasilkan dari kreativitas bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak; ide/gagasan, produk, algoritma, proses, metode dan lain sebagainya.

Kreativitas tidak hanya berguna untuk seni atau sastra, tapi juga ekonomi atau politik, alias semua bidang. Di masa depan kreativitas menjadi keterampilan yang penting dan krusial yang harus dimiliki oleh setiap orang (SteelCase Creativity and the Future of Work Survey, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun