Mohon tunggu...
bulu beterbangan
bulu beterbangan Mohon Tunggu... Penulis - (pengen jadi) penulis

try again

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biografi Muhammad Hatta

21 Desember 2016   23:27 Diperbarui: 21 Desember 2016   23:32 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hati Nurani Bangsa

  • Masa Kecil di Bukittinggi dan Padang,1902-1917

Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902 dari keluarga Surau di Batu Hampar (Kampung dipinggir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh). Ayahnya bernama Muhammad Jamil. Beliau merupakan keturunan ulama besar dari kakeknya yang bernama Syaik Abdurrahman. Dan ibunya berasal dari kalangan pedagang. Sejak kecil Muhammad Hatta sudah terdidik agama, baik ibadah maupun perilakunya sangat disiplin.

Hatta memulai sekolah di Bukittinggi, kemudian di Padang beliau bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) sampai 1913 (dari kelas 5 sampai kelas 7), kemudian di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, SMP berbahasa Belanda) sampai 1917.  Di Bukittinggi, beliau belajar agama Islam di surau Nyik Djambek (Syaikh Muhammad Djamil Djambek), dan di Padang dengan Haji Abdullah Ahmad.

Hatta adalah seseorang yang benar-benar menjaga waktu, beliau tak segan-segan menolak pertemuan dengan orang yang terlambat datang. Disiplin waktunya itu juga menyangkut soal ibadah, akhlak, dan moral. Pengaruh Islam sangat berpengaruh kuat pada diri Hatta.

Selain keluarga, pergaulan juga memengaruhi Hatta pada perekonomian. Di Padang beliau menjadi anggota Serikat Usaha dan aktif dalam pergerakan JSB (Jong Sumatranen Bond) dan melanjutkan sekolah di Prins Hendrik School, sekolah dagang menengah.

  • Remaja Di Padang Dan Jakarta, 1917-1921

            Sejak kecil Hatta telah menetapkan garis hidupnya, bahwa beliau akan bergerak dalam pergerakaan nasional. Haji Agus Salim dan Abdoel Moeis juga turut memberi pengaruh pada cara pandang Hatta mengenai nasionalisme Indonesia.

Di Jakarta, Hatta menjabat sebagai bendahara pimpinan pusat JSB. Beliau sering berkunjung ke asrama STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen, sekolah kedokteran). Sebagai pelajar, beliau sering berkunjung ke rumah Haji Agus Salim. Ketika itu, rumah Salim menjadi pusat kederisasi para pemuda. Hatta berbeda dengan Salim. Jika Hatta lebih menetapkan waktu kerja yang ketat, sedangkan Salim kurang menjaga waktu.

  • Matang dengan Pergerakan di Belanda, 1921-1932

            Hatta belajar di Belanda dari tahun 1921 hingga 1932. Beliau belajar di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Dagang, kemudian Economische Hogeschool, sekolah tinggi ekonomi) di Rotterdam. Beliau juga aktif dalam organisasi Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908) yang awalnya adalah organisasi sosial namun kemudian menjadi organisasi politik, terutama pengaruh Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo pada tahun 1913 ketika mereka dilarang bergerak di Indonesia. Pada tahun 1924, organisasi ini berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia (PI).

            Pada tahun 1926 pimpinan jatuh ke pundak Hatta hingga tahun 1930, yang menyebabkan Hatta terlambat menyelesaikan studi dan beliau sengaja mengambil lagi pelajaran baru, yaitu tentang tata negara. Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia.  Pada tahun 1926, Semaun dari partai Komunis Indonesia menemui Hatta untuk menawarkan pimpinan pergerakan secara umum pada PI, namun Hatta tidak bisa menyetujui paham dan cara komunis, kemudian pimpinan komunis dunia, Stalin, membatalkan tawaran Semaun tersebut.

            Dalam pidato penerimaannya sebagai ketua PI tahun 1926, Hata mengemukakan bahwa penjajahan merupakan sifat serakah pihak barat untuk menguasai dan memanfaatkan hasil negeri yang dijajah. Tulisannya tentang kemerdekaan banyak disebarkan di Belanda, namun diberangus di Indonesia. Pada tahun ini pula, beliau pergi ke Bierville, Perancis, sebagai wakil PI untuk ikut dalam Kongres Demokrasi Internasional yang dihadiri oleh para utusan dari 31 bangsa. Hatta berhasil meyakinkan kongres agar mempergunakan kata “Indonesia” dan bukan “Hindia Belanda” dalam merujuk tanah airnya.

            Pada tahun 1927 Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Abdul Madjid Djojoadhiningrat, ditangkap oleh penguasa Belanda. Mereka dituduh menjadi anggota partai terlarang. Mereka dituntut tiga tahun penjara (untuk Hatta), dua setengah tahun (untuk Ali Sastroamidjojo dan Nazir Pamunjtak), dan dua tahun (untuk Abdul Madjid Djojoaghiningrat). Setelah beberapa bulan, pada tahun berikutnya keempat tahanan Indonesia dibebaskan karena tuduhan tidak dapat dibuktikan.

            Hatta bersama beberapa rekannya dari PI dan seorang dari mesir, Abdul Manaf, menghadiri Kongres menentang Kolonialisme di Brussels, Belgia. Dalam kongres ini Hatta berkenalan dengan Jawaharlal Nehru dari India yang kemudian dilanjutkan dengan hubungan lewat surat-menyurat. Pada kongres Liga ke-2 di Frankfurt pada 1929, beliau mulai berkenalan dengan banyak lagi tokoh-tokoh dunia. Setelah itu, Hatta dan Nehru juga dua orang lainnya yang aktif dalam Liga dipecat. Lepas dari itu, Hatta berpidato tentang Indonesia pada Liga Wanita dan Kemerdekaan yang diadakan di Gland, Swiss. Pidatonya berisi tentang penderitaan rakyat Indonesia karena penjajahan. Setelah itu, beliau sering menulis dan berpidato di Belanda dan juga mengemukakan soal koperasi. Seusai Hatta mundur dari kedudukan ketua, PI jatuh ke komunis dan mengecam keras kebijakan Hatta.

  • Masa Pergerakan di Jakarta, Digul, dan Banda Neira, 1932-1941

            Pada masa pergerakan ini, banyak masalah yang mengganjal hubungan antara Hatta dan Soekarno. Diantaranya adalah perbedaan cara pandang perjuangan. Maka kalangan PNI, juga Soekarno menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sikap nonkooperatif. Dan Hatta menuduh Soekarno tidak memegang prinsip. Dalam menggalang massa dan kaderisasi, Hatta lebih suka mendidiknya tetapi Soekarno lebih suka menghadapi massa.

            Pada tanggal 25 Februari 1934, Hatta bersama Sjahrir ditangkap dan mulanya di Penjara Glodok lalu dibuang ke Digul, dan kemudian ke Banda Neira oleh Belanda. Sebelum penangkapan itu, Hatta memberikan kursus kader kepada kelompoknya di Jakarta dan Bandung, yakni Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI baru yang didirikan pada Desember 1931 yang sebelumnya bernama Golongan Merdeka.

            Ketika Hatta dibuang di Boven Digul, beliau membawa semua bukunya dalam peti. Beliau merasa perlu dekat dengan buku. Namun, beliau juga peduli terhadap sesama tahanan. Maka semacam kursus pun beliau adakan yang bisa membuat para tahanan bertahan dalam keyakinan politik mereka. Apalagi di Digul juga terdapat orang-orang Islam yang masih taat agama, terutama shalat dan puasa.

            Pada tahun 1936, Hatta dipindahkan ke Banda Neira. Di pembuangan ini pun Hatta masih juga menulis dalam bahasa Belanda. Banda Neira memang memberikan kesempatan lain bagi dirinya. Di pembuangan ini pula, Hatta mengajar empat orang pemuda, diantaranya satu pemuda dari Bukittinggi dan satu pemuda dari Banda. Keempat anak muda tersebut belajar ekonomi dan akuntansi dengan Hatta. Dan akhirnya pada tahun 1942, Perang Pasifik pecah. Hatta menulis artikel agar rakyat Indonesia tidak memihak pihak barat ataupun fasisme Jepang, yang harus diperjuangkan adalah Indonesia merdeka.

  • Di Bawah Pendudukan Jepang, 1942-1945

           Setelah pecah Perang Pasifik (Desember 1941) Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Sukabumi. Buku-buku Hatta banyak ditinggal. Beliau senang kembali dipindahkan ke Jawa. Namun beliau juga khawatir dengan Indonesia yang dibawah pimpinan Jepang. Kekhawatirannya terbukti ketika Indonesia terbagi menjadi tiga daerah pemerintahan. Lalu setelah pemerintah Hindia Belanda kalah, banyak opsir Jepang mendekatinya untuk membicarakan situasi yang dihadapi dan Hatta tidak dapat menolak kerja sama itu. Kemudian pada 8 Desember 1942, beliau berpidato di lapangan Ikada (sekarang Monas) bahwa beliau kembali menekankan cita-cita agar Indonesia merdeka.

            Pada Mei 1943 Menteri Asia Timur Raya, Aoki, berkunjung ke Jakarta dan bertemu Hatta sebagai wakil dari Empat Serangkai. Dengan terus terang Hatta mengemukakan kekecawan bangsa Indonesia. Beliau menuntut pengibaran bendera Merah Putih kembali dan diizinkan untuk menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan menginginkan Indonesia dalam satu pemerintahan.

            Kemudian perjuangan untuk kemerdekaan dipusatkan pada Poetra (Pusat Tenaga Rakyat) yang dipimpin oleh Empat Serangkai dan Hatta menjabat sebagai direktur jenderal. Kemudian Hatta menjadi wakil ketua di lembaga yang bersifat politik, yakni Tyuo Sangi-in.

            Pada bulan November 1943, Hatta bersama Soekarno dan Ki Bagus Hadikusumo dari Muhammadiyah pergi ke Tokyo untuk menghadap Kaisar dan Pemimpin Jepang. Hatta bersama Soekarno dan Ki Bagus memperoleh bintang kehormatan dari Kaisar Jepang. Ini berarti bahwa orang yang mendapat kehormatan dari Kaisar tidak bisa diapa-apakan lagi oleh pihak Jepang.

            Dalam bulan April 1945, Hatta dipercaya untuk memimpin Sekolah Tinggi Islam dan dibuka kembali pada April 1964 di Yogyakarta di bawah pimpinan A. Kahar Muzakir dari Muhammadiyah. Lembaga ini juga diperluas menjadi Universitas Islam Indonesia, dan Hatta memberikan kuliah di Universitas ini.

  • BPUPKI dibuka pada 28 Mei 1945 dan keesokan harinya melangsungkan sidang pertama sampai tanggal 2 Juni. Tugas BPUPKI adalah menyusun rancangan undang-undangan dasar. BPUPKI diketuai oleh Radjiman Wedyo Dinigrat. Hatta berperan dalam empat hal yaitu :
  • Pembukaan yang biasa dirujuk dengan piagam Jakarta
  • Soal pembentukan negara
  • Soal hak asasi
  • Soal ekonomi
  • Dalam pembentukan negara Hatta lebih suka negara serikat atau federasi, tetapi Beliau tidak mengungkapkannya dalam sidang. Hatta hanya mengingatkan membuang sikap imperalisme. Menurut Beliau mengenai pasal 33 UUD 1945, rakyat yang lemah menghendaki ekonomi disusun atas dasar dan kekeluargaan. Hatta juga menekankan bahwa cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Namun bukan berarti pihak swasta tidak boleh berperan, tetapi harus dijaga agar tidak menghancurkan tujuan mencapai kemakmuran rakyat. Beliau juga mengatakan bahwa dalam hubungan eksekutif dan legislatif perlu adanya kabinet bersifat presidensial.
  • Perang             Pasifik bertambah seru, banyak tentara Jepang yang  mundur dalam peperangan. Pada tanggal 1 Agustus 1945 PPKI dibentuk. Yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta pada tanggal 12 Agustus Jendral Terauchi berpidato bahwa akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
  • Perang Kemerdekaan, 1945-1949
  • Perang Pasifik sudah berakhir dengan kalahnya Jepang. Tapi hal ini baru diketahui oleh Hatta dan Soekarno dari Sjahrir karena pihak Jepang sendiri tidak mengemukakannya. Akhirnya Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan di Pegangsaan Timur kira-kira pukul 10 pagi dengan teks proklamasi yang didekte Hatta dan ditulis oleh Soekarno.
  • Pengesahan UUD 1945 dilakukan esok harinya oleh Panitia Persiapan. Dalam pembukaan UUD 1945 sila pertama yang mengandung kata Syariat Islam dapat menimbulkan masalah. Warga Indonesia bagian timur tidak setuju dengan sila tersebut. Hatta tidak ingin Indonesia terpecah belah. Dan akhirnya sila tersebut diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa setelah beberapa kali rapatdengan Panitia. Namun, hal tersebut bukan berarti Hatta tidak senang dengan ajaran agama. Pahamnya tentang Islam kemudian diperlihatkan dalam penafsirannya atas pancasila, yang tentunya sangat berbeda dengan pemikiran Soekarno. Pada tahun 1967 Hatta membentuk organisasi dengan generasi muda yang berasal dari mahasiswa Islam, yang disebut dengan Partai Demokrasi Islam. Namun Soeharto melarangnya.

            Hatta dan Soekarno, terutama di masa revolusi 1945-1949, seperti dwitunggal. Mereka bekerja sama tanpa ada perselisihan lagi. Mereka saling mengisi dan saling mempercayai. Hatta sering membuat keputusan penting bagi Negara jika Soekarno pergi keluar kota. Hatta juga ikut berperan dalam pembentukan tentara Indonesia. Ketika beliau bertemu dengan Urip Sumohardjo, maka pertemuannya itu membuahkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.

            Pada pertengahan 1947, Hatta pergi ke Sumatera dengan beberapa orang pejabat tinggi yang berkedudukan di Bukittinggi. Tugasnya ialah meningkatkan perjuangan di Sumatera menghadapi Belanda dan membenahi pemerintahan di sana. Beliau berada di Sumatera sekitar enam bulan. Pada Januari 1948 beliau dijemput oleh Amir Sjarifuddin dengan pesawat udara untuk kembali ke Yogyakarta. Suasana di Yogyakarta sangat panas, karena Perdana Menteri Amir Sjarifudin menandatangani Perjanjian Renvile yang tidak menguntungkan Indonesia. Demonstrasi demi demonstrasi terjadi di situ, yang anti dan yang pro dengan Amir. Beliau juga mencopot Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Urip, dan mengangkat Suryadarma, kepala staf Angkatan Udara, menjadi kepala staf Angkatan Bersenjata. Begitu Kabinet Hatta terbentuk (29 Januari 1948), kedudukan Sudirman dan Urip dikembalikan oleh pemerintah.

            Cobaan berat bagi Hatta terjadi pada tahun 1948. Ketika itu Front Demokrasi Rakyat yang dipimpin Amir Sjarifuddin beroposisi terhadap pemerintahannya. Hatta juga harus membenahi TNI karena masih banyak penyusupan, termasuk orang-orang Amir yang kemudian mengaku sebagai orang komunis. Beliau melakukan pembenahan dengan mengadakan rasionalisasi. Namun, semakin lama FDR makin meningkatkan perlawanannya. Dengan pemimpin Muso, tokoh pemimpin PKI yang juga mengambil oper pimpinan FDR memberontak pada 19 September 1948 dan berpusat di Madiun.

Untuk kedua kalinya Hatta dalam bulan November 1948 pergi lagi ke Sumatera, terutama untuk menggalang persatuan para pendukung Republik Indonesia. Terutama di Tapanuli Utara pecah perang saudara, masing-masing dipimpin oleh pihak militer.

  • Belanda melanjutkan perundingannya pada bulan November dan Desember 1948. Namun Belanda menyerang kembali Indonesia pada 18 Desember 1948. Soekarno, Hatta dan tokoh lainnya dibuang di Bangka dan Parapat. Wilayah Indonesia semakin sempit. Namun Amerika tidak terlalu berpihak pada Belanda, bantuan Marsall akan dicabut untuk Belanda. Selanjutnya perundingan Roem-Royen (6 Mei 1949), yang menguntungkan Indonesia, sehingga Menteri Beel mengundurkan diri dan pemerintaha RI kembali ke Yogyakarta. Pada 20 Juli dan di Jakarta pada 2 Agustus mengadakan konferensi Antar – Indonesia yang menghasilkan membentuk Indonesia Serikat. Yang mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, Merah Putih adalah Bendera Indonesia dan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan.

            Hatta juga berusaha menemui Sjafruddin Prawiranegara di Aceh yang telah membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di pedalaman Sumatera pada Juni 1949. Ia menyangka PDRI berada di Aceh, padahal PDRI bertempat di pedalaman daerah Sumatera Barat, dekat Pakayumbuh. Tiga hari setelah pemilihan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat, berdirilah kabinet federal pertama dengan pimpinan Hatta. Kemudian Hatta menjadi perdana menteri sampai masa pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949 yang akhirnya sistem pemerintahan lebih mengarah ke sistem presidensial.

  • Wakil Presiden di Masa Merdeka Penuh, 1950-1956

            Pada masa ini, Hatta sebagai orang kedua di republik ini. Awalnya menjabat sebagai perdana menteri yang kemudian menjadi Wakil Presiden. Hatta menghadapi tantangan-tantangan yang berat ketika ia menjabat sebagai Perdana Menteri RIS. Banyak federasi yang tidak disukai rakyat melakukan pemberontakan dimana-mana. Akhirnya, Hatta ditempatkan sebagai perdana menteri tanpa wakil presiden.

            Pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Soekarno dan Hatta kembali dikukuhkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Tetapi sejak tahun 1950 hubungan antara Soekarno dan Hatta tidak dapat lagi disebut sebagai Dwitunggal karena tampaknya hubungan mereka kurang harmonis. Terutama karena menurut Hatta, Soekarno tidak dapat bertindak sebagai presiden konstitusional. Semakin lama Soekarno semakin ingin ikut menentukan jalan pemerintahan, yang sebenarnya merupakan wewenang perdana menteri dan kabinetnya.

            Mulai tahun ini Hatta banyak melakukan gerakan pembangunan di desa-desa. Beliau juga sangat berhati-hati menghadapi masalah tentara. Beliau banyak mengingatkan kabinet untuk tidak mempengaruhi secara politis angkatan bersenjata.

            Pada tahun 1950-an, terbentuknya Gabungan  Koperasi Batik Indonesia (GKBI) memang didasari oleh perhatian Hatta terhadap koperasi. GKBI ini dapat berkembang pesat. Oleh karena itu, Hatta diangkat menjadi “Bapak Koperasi”.

            Bersamaan dengan hasil pemilihan umum, pada Juli 1956, Hatta mengirimkan surat kepada DPR bahwa Hatta akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden setelah kabinet baru tersusun. Maka pada 1 Desember 1956, beliau pun mengundurkan diri dan menjadi warga Negara Indonesia biasa.

  • Sebagai Warga Negara Biasa, 1956-1980

            Hatta pada umumnya tenang saja menghadapi hidupnya tanpa jabatan apapun. Namun, rakyat masih mengharapkan agar dwitunggal dapat dipulihkan. Tetapi tetap saja, ini sukar terwujud. Hatta menyesali sikap-sikap para wakil daerah yang lambat laun dinilainya tidak konsisten dalam bersikap pada Musyawarah Nasional.

Hatta mengusulkan tiga kemungkinan mengatasi kesulitan, yaitu menegakkan pemerintahan yang bermoralitas politik; melaksanakan administrasi pemerintahan yang efisien; dan pembagian kerja dengan sistem otonomi yang demokratis.

            Setelah benar-benar dwitunggal tidak lagi bersatu, Hatta tetap mengirimkan surat kepada Soekarno namun tidak pernah mendapat balasan. Dan setelah itu tulisan-tulisannya berbentuk brosur diberangus dan paspornya ditahan pemerintah sehingga Hatta tidak dapat pergi ke Jerman untuk menghadiri konferensi internasional tentang koperasi.

            Pada Orde Baru, kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai kepala Negara disambut Hatta dengan harapan besar dapat mengembalikan demokrasi terpimpin namun akhirnya hanya tinggal “terpimpin-nya” dan demokrasi hilang. Tidak lama kemudian, harapannya berbuah kekecewaan yang meningkat.

            Ternyata perbedaan pemikiran Hatta tidak terjadi dengan Soekarno saja. Hatta mulai tidak mempercayai Soeharto sebagai pemimpin yang menegakkan perubahan ke cita-cita semula. Beliau juga menolak kecurigaan pemerintah Soeharto terhadap partai-partai terutama partai-partai Islam. Beliau pun juga tidak menyetujui hak recall terhadap anggota DPR, karena dianggap bertentangan dengan demokrasi.

Hatta tidak putus asa dalam memberi peringatan kepada pejabat-pejabat yang masih bisa diharapkan. Beliau menilai bahwa politik ekonomi Orde Baru mengarah pada penegakan kapitalisme. Saran-saran Hatta ada pula yang sangat mendasar. Misalnya terkait dengan undang-undang perkawinan yang sesuai dengan tuntutan umat Islam agar diterima oleh pemerintah.

Hatta diangkat menjadi penasihat Presiden Soeharto dan penasihat Komisi Empat pada 1970 agar memberantas korupsi. Namun, karena korupsi sudah membudaya beliau tidak mampu berbuat banyak dengan kasus itu. Beliau sudah sangat kecewa dengan pemerintahan Soeharto yang membuat Indonesia kian terpuruk dan banyak terjadi tindak kriminal, yang semuanya berlawanan sekali dengan cita-cita kemerdekaan dan dambaan Hatta.

            Mohammad Hatta meninggal dunia pada Jumat, 14 Maret 1980 setelah dengan susah payah berjuang karena sakit, seusai menunaikan shalat Jumat di Masjid Matraman, masjid yang beliau kunjungi semenjak tinggal di Jalan Diponegoro. Beliau wafat di RSUD Dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi rakyat Indonesia sangat besar, Hatta mendapat anugerah tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun