Setelah benar-benar dwitunggal tidak lagi bersatu, Hatta tetap mengirimkan surat kepada Soekarno namun tidak pernah mendapat balasan. Dan setelah itu tulisan-tulisannya berbentuk brosur diberangus dan paspornya ditahan pemerintah sehingga Hatta tidak dapat pergi ke Jerman untuk menghadiri konferensi internasional tentang koperasi.
Pada Orde Baru, kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai kepala Negara disambut Hatta dengan harapan besar dapat mengembalikan demokrasi terpimpin namun akhirnya hanya tinggal “terpimpin-nya” dan demokrasi hilang. Tidak lama kemudian, harapannya berbuah kekecewaan yang meningkat.
Ternyata perbedaan pemikiran Hatta tidak terjadi dengan Soekarno saja. Hatta mulai tidak mempercayai Soeharto sebagai pemimpin yang menegakkan perubahan ke cita-cita semula. Beliau juga menolak kecurigaan pemerintah Soeharto terhadap partai-partai terutama partai-partai Islam. Beliau pun juga tidak menyetujui hak recall terhadap anggota DPR, karena dianggap bertentangan dengan demokrasi.
Hatta tidak putus asa dalam memberi peringatan kepada pejabat-pejabat yang masih bisa diharapkan. Beliau menilai bahwa politik ekonomi Orde Baru mengarah pada penegakan kapitalisme. Saran-saran Hatta ada pula yang sangat mendasar. Misalnya terkait dengan undang-undang perkawinan yang sesuai dengan tuntutan umat Islam agar diterima oleh pemerintah.
Hatta diangkat menjadi penasihat Presiden Soeharto dan penasihat Komisi Empat pada 1970 agar memberantas korupsi. Namun, karena korupsi sudah membudaya beliau tidak mampu berbuat banyak dengan kasus itu. Beliau sudah sangat kecewa dengan pemerintahan Soeharto yang membuat Indonesia kian terpuruk dan banyak terjadi tindak kriminal, yang semuanya berlawanan sekali dengan cita-cita kemerdekaan dan dambaan Hatta.
Mohammad Hatta meninggal dunia pada Jumat, 14 Maret 1980 setelah dengan susah payah berjuang karena sakit, seusai menunaikan shalat Jumat di Masjid Matraman, masjid yang beliau kunjungi semenjak tinggal di Jalan Diponegoro. Beliau wafat di RSUD Dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi rakyat Indonesia sangat besar, Hatta mendapat anugerah tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H