Alhamdulillah putra pertama mendapat uang kuliah 2 jt per semester dan uang kost 500-600 ribu per bulan. Biaya makan pun di depan kosan murah meriah 10-12 rb per 1x makan. Syukurlah dia sudah wisuda dan sekarang sedang menunggu hasil tes.
Begitu juga putra kedua, kuliah di Semarang karena tak lulus di tempat kuliah si abang. Di sini pun Semarang, uang kuliahnya lebih kecil dari di Sumateea Barat, meski hampir 2x lipat uang kuliah si abang, 3 juta 750 ribu rupiah. Uang kosan juga 2x lipat si abang 1 jt perbulan, biaya makan tetap sama.
Kami memilih mereka untuk kuliah jauh dari rumah demi mendukung kestabilan ekonomi keluarga, dengan harapan biaya pendidikan lebih terjangkau atau sesuai dengan kemampuan keuangan kami. Selain itu, keputusan ini juga menjadi langkah penting untuk melatih kemandirian mereka karena mereka harus belajar mengatur waktu, keuangan, dan kehidupan mereka sehari-hari tanpa terlalu bergantung pada orang tua.
Dengan begitu, mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan formal tetapi juga pengalaman hidup yang akan membentuk kedewasaan dan karakter mereka di sana. Pembiasaan itu mudahan bermanfaat. Mereka akan memiliki waktu lebih banyak untuk refleksi diri.
4. Tetapkan Batasan Gaya Hidup
Bersikap tegas pada diri sendiri dan keluarga mengenai batasan gaya hidup penting. Fokus pada kebahagiaan keluarga dan tujuan jangka panjang, bukan pada hal-hal konsumtif yang un paedah atau tidak memberikan manfaat nyata.
Biasakan pula menabung sejak dini. Anak-anak dibiasakan pula menabung dulu untuk membeli barang yang mereka idamkan. Misalnya ingin mengganti HP ke HP yang lebih lengkap fiturnya. Aku selalu mengarahkan ke-3 anakku untuk menabung terlebih dahulu. Kadang aku memberi rewards berupa uang untuk memberi semangat mereka belajar dan menabung. Misalnya yang bisa katam hafalan 1 juz, rewards 1 juta.
Mereka pun sejatinya tak melihat ada uang di tas, di rekening, atau di rumah. Untuk belanja harian, kami mengandalkan pendapatan suami selaku pegawai swasta. Bila beliau mau berangkat kerja, akan menaruh uang di atas meja kerja 50-100 ribu perhari. Kami cuma bertiga di rumah. Kadang butuh belanja cuma 1x2 hari.
Bila si abang sedang di rumah, mereka ambil uang di ATM 50 ribu lalu pergi beli ayam dada saja 35 rb, tahu 5000, dan cabai 10.000. Kamipun memasak bersama. Dengan mengaplikasikan pembelajaran di atas, mereka bisa melihat uang bundanya berapa, belanja berapa, dan cara masak bagaimana.
Adapun untuk biaya pendidikan anak-anak disimpan di rekening khusus. Dana diperoleh dari meminjam di koperasi sekolah. 1x 3 tahun kami guru rutin meminjam di koperasi sekolah untuk menjaga kelanjutan hidup koperasi simpan pinjam itu.
Uang hasil pinjaman dibelikan emas setelah utang piutang sebelumnya dilunasi. Kadang bisa membeli 10 mas atau 25 gram emas. Emas itu ditaruh di bank dengan sistem gadai. Sebab bila emas ditaruh dan disimpan di rumah tentu tidak aman. Pun bila ditabung dalam bentuk uang tak menguntungkan kita.