Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diary dan Penulis Pemula dalam Aktivasi Bersama Merawat Kompasiana

29 Desember 2024   14:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   15:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar dari desalogandeng.gunungkidul.go.id

Langkah Pertama Menjadi Penulis

"Bu, boleh aku hapus tulisanku di Kompasiana?" Tanya seorang muridku dengan wajah cemas.

Aku menatapnya, mencoba membaca keresahannya. "Mengapa dihapus, Nak?" Tanyaku lembut.

"Tulisannya jelek-jelek, Bu!" Ia meratap sambil menunduk.

Aku tersenyum. Lalu memegang bahunya, "Jangan, Nak. Untuk pemula, tulisan seperti itu sudah bagus kok. Ibu dulu juga begitu, tulisan awal Ibu banyak tidak masuk pilihan atau jadi artikel utama. Tapi justru dari sana kita belajar. Teruslah menulis. Jangan dihapus, ya. Kalau sudah mencapai 50 judul, kamu bisa ikut K-Rewards, lho," jelasku.

Ia mengangkat wajahnya perlahan, mulai tersenyum tipis, seolah mendapatkan harapan baru.***

Mereka, Calon Penulis Hebat dalam Aktivitas Ikut Menjaga Kompasiana

Mereka adalah murid-muridku, anak-anakku, dan calon penulis hebat yang kini masih meraba jalan di dunia literasi. Jauh di sana, mereka terus mencoba, meski terkadang ragu akan kemampuan diri sendiri. Tugas utamakulah menjaga semangat mereka tetap menyala. Mereka seperti baterai yang harus selalu dicas agar terus bersemangat.

Aku tahu, menulis bukanlah hal mudah, apalagi di awal ini. Ada tulisan yang terasa jelek, ada yang terlalu aku apresiasi, hingga rasa ingin menyerah datang mendera mereka. Namun, aku selalu ingatkan bahwa setiap tulisan di Kompasiana selalu dihargai dan punya nilai, terutama bagi mereka yang berani memulai.

Di platform itu bila 50 konten kita maka kita sudah disejajarkan dengan 5 juta penulis lain. Apalagi jika viewer kita sudah 23.000. Kadang dari 50 konten kita itu ada terselip PILIHAN dan ARTIKEL UTAMA tanpa kita sadari.

Sebab PILIHAN dan ARTIKEL UTAMA sebuah tulisan bukanlah sesuatu yang bisa kita selaku penulis tentukan sendiri. Itu hak prerogatif admin yang menilai. Tentu mereka menilai berdasarkan kriteria tertentu yang sudah dibakukan.

Tugas kita hanyalah menulis dengan sepenuh hati, terus belajar menulis, dan konsisten dalam menghasilkan karya karena pada akhirnya tulisan yang baik akan menemukan jalannya sendiri untuk diapresiasi menjadi PILIHAN maupun ARTIKEL UTAMA.

Dengan terus menulis, kita akan menemukan jenis tulisan apa yang paling cocok dengan minat, bakat, dan pekerjaan atau status kita. Tanpa kita sadari dengan terus menulis, kita sudah ikut aktivitas menjaga Kompasiana. Dulu pernah seorang muridku minta, "Bu, aku mau nulis tentang K-POP. Tapi nebeng di akun teman ya, Bu!"

"Boleh." Jawabku kala itu. Ternya pas dipost di platform ini tulisannya PILIHAN. Makin sering kita menulis tentu kita belajar berpikir kritis, makin keren menyampaikan ide, dan mungkin salah satunya nanti, mampu menghasilkan Artikel Utama bahkan Infinitie.

Andai mereka murid dan anakku tahu betapa banyak sisi positif dari menulis ini. Ternyata menulis melatih kesabaran, meningkatkan rasa percaya diri, hingga membuka peluang tak terduga untuk menghasilkan uang. Aku yakin, jika mereka terus mencoba, suatu saat tulisan mereka akan membawa perubahan, tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi dunia.

Langkah Awal Menulis: Diary sebagai Sahabatmu

Mulailah menulis dalam konsep diary saja. Diary tempat kamu bisa mencurahkan isi hati tanpa takut dihakimi. Ceritakan hal lucu yang kamu alami hari ini bila tak mau menulis yang sedih. Tidak perlu memikirkan apakah tulisanmu sempurna atau layak dibaca orang lain.

Lihatlah acara di televisi, para pembaca berita terus melaporkan kejadian demi kejadian tanpa pernah memikirkan ada atau tidaknya orang yang menonton. Mereka tetap bekerja dengan profesional, menyampaikan informasi dengan jelas dan akurat karena tugas utama mereka memberikan berita yang terbaik  terlepas dari bagaimana respons audiens.

Begitu juga dalam menulis, fokuslah pada proses dan kualitas karya, bukan pada jumlah pembaca atau apa apresiasi yang diterima. Tulislah diary. Anggap saja kamu sedang berbicara dengan sahabat karib sendiri, sahabat yang  mencatat setiap ceritamu, emosimu, dan pengalaman yang kamu alami. Dari sana, kamu akan menemukan kebebasan untuk menulis apa saja tanpa tekanan.

Diary juga bisa menjadi langkah awal yang baik untuk melatih keterampilan mengolah kata dalam menulis. Tidak perlu langsung memikirkan PILIHAN atau ARTIKEL UTAMA, sebab itu hak prerogatif admin. Tugas kita hanyalah terus menulis dan mengembangkan diri.

Dari catatan sederhana tentang hari-harimu, perlahan kamu akan belajar menyusun ide, memilih kata, dan menemukan gaya tulisan yang unik. Sebab, tulisan yang jujur dan berasal dari hati selalu memiliki nilai yang tak ternilai. Platform pun takkan bisa menduga tulisan siapa dan cerita tentang apa yang terbaik. Baik sejatinya bersifat relatif.

Misalnya, menurut Bu Liani, menulis kisah hidup adalah pilihan yang baik karena dapat menggali emosi dan pengalaman pribadi yang mendalam. Sementara menurut Labib, menulis tentang pertandingan AFF lebih menarik karena mampu menyajikan momen seru dan menggugah semangat pembaca. Kebetulan pula hobi Labib seputar bola.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa menulis tidak memiliki aturan baku; setiap orang memiliki sudut pandang dan preferensi masing-masing. Yang terpenting menulis dengan niat tulus dan memberikan nilai bermakna bagi pembaca. Tentu kita punya pembaca yang berbeda dong karena hidup, membaca,  dan menulis juga bersifat pilihan dan mana suka (arbitrer).

Diary dan Penulis Pemula dalam Aktivasi Bersama Merawat Kompasiana

Bagi penulis pemula, diary tepat sebagai langkah awal yang sederhana namun sangat berarti dalam menulis. Di sekolah juga materi ini ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa juga dituntut menulis dalam buku diary mereka.

"Aku adalah anak sulung dari dua bersaudara. Adikku bernama Sakyna Annaja Dyazhra. Kami bedua hanya berselisih empat tahun.  Sekarang adikku belajar di MI REY kelas 5. Dia anak yang pintar dan selalu mendapat juara 1. Alhamdulillah dari dulu kami selalu saling membantu dan menyayangi.

Kami sekeluarga beragama Islam. Ayahku  rajin sholat ke Mesjid, sedangkan aku, ibu dan adikku sering melakukan sholat berjamaah bersama di Rumah. Sesekali kami juga ikut bersama ayah ke Mesjid. Setelah sholat Magrib kami sering membaca Al-qur’an.

Aku mempunyai cita-cita ingin menjadi  seorang Dokter, Perancang busana dan Pengusaha muda yang sukses. Aku bertekad untuk mewujudkan cita-citaku dengan rajin, giat belajar dan berdo’a. Aku akan berusaha mewujudkan mimpi dan cita-citaku karena aku ingin membanggakan dan membahagiakan orangtuaku.

Aku memiliki hobi yang cukup banyak, diantaranya menggambar, membaca, travelling dan memasak. Ketika menggambar dan memasak aku bisa menuangkan ide-ide dan banyak hal yang ada di dalam pikiranku. Begitu juga ketika membaca dan travelling aku bisa santai, merasa tenang dan terhibur." (Azya Butsania, Kelas 9F)

Melalui diary, mereka dapat menuliskan pemikiran, pengalaman, dan perasaan secara bebas tanpa tekanan dari siapapun. Menulis diary tidak membutuhkan aturan khusus, cukup jujur pada diri sendiri dan biarkan pena bergerak mengikuti alur hati.

Kebiasaan itu melatih keberanian untuk menulis, sekaligus menjadi cara efektif untuk mengasah keterampilan mengolah kata. Kebiasaan itu juga menjadi bagian dari rutinitas di Kompasiana. Mereka diarahkan menulis di kertas dulu lalu ke WA lanjut di platform.

Ketika mereka membandingkan tulisan mereka dengan tulisan guru, sering muncul pertanyaa, "Bagaimana biar Pilihan, Bu?" Padahal mereka dengan memindahkan tulisan biasa mereka ke kompasiana berarti guru membawa tulisan mereka ke level yang lebih tinggi. Mendunia. Ya, level Kompasiana itu level dunia.

Ada Mba Hennie dari Jerman, Bunda Roselina dan Ayaj Tjip dari Australia. Untuk lokal lengkap dari Aceh hingga Papua. Mereka tidak lagi sekadar mencatat di diary, tetapi sudah go untuk dibaca orang lain.

Di sini, penulis pemula belajar menghadapi dinamika dunia literasi—dari apresiasi hingga kritik. Penting untuk diingat, PILIHAN atau ARTIKEL UTAMA adalah hak prerogatif admin. Tugas kita sebagai penulis ya konsisten berkarya dan terus belajar. Setiap tulisan, meskipun sederhana, adalah langkah kecil kita untuk merawat ekosistem Kompasiana ini.

Menurut Google AdSense, semakin banyak tulisan yang dihasilkan seseorang, minimal 17 artikel perhari, peluang untuk menghasilkan engagement dan pendapatan juga semakin besar. Mereka akan ditawari iklan. Makin banyak pengunjung dan iklan makin tinggi pendapatan.

Hal ini karena setiap tulisan memberikan kesempatan untuk menarik audiens baru, meningkatkan visibilitas, dan memperkuat kredibilitas penulis. Konsistensi dalam menulis tidak hanya membantu membangun portofolio, tetapi juga memperbesar peluang untuk diakui oleh algoritma platform, termasuk mendapatkan manfaat dari monetisasi.

Aktivasi bersama kita dalam menulis adalah wujud kolaborasi antara penulis pemula, senior,  dan platform, membangun komunitas yang saling mendukung. Menulis di Kompasiana bukan sekadar tentang popularitas, tetapi tentang menyebarkan ide, berbagi pengalaman dan menciptakan ruang diskusi. Dengan semangat ini, kita tidak hanya menjaga eksistensi Kompasiana, tetapi juga tumbuh bersama sebagai penulis yang terus belajar dan berbagi.

Kiat Mudah Mendapatkan Ide untuk Menulis

Mendapatkan ide menulis sering kali menjadi tantangan, terutama bagi pemula. Namun, ide sebenarnya bisa ditemukan dari hal-hal sederhana di sekitar kita. Mulailah dengan mengamati kehidupan sehari-hari—percakapan ringan, pengalaman pribadi, atau peristiwa kecil yang menarik perhatian.

Pertama, Amati Kehidupan Sehari-hari

Perhatikan percakapan, pengalaman pribadi, atau peristiwa kecil di sekitar. Hal-hal sederhana sering kali menjadi sumber inspirasi yang kuat untuk menulis.  Misalnya ketika kita membicarakan PR tentang menulis kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

"PR besok kalimat langsung dan kalimat tak langsung." Kata temanmu. Kamu bisa membuat tulisan tentang itu. Cara Menulis Kalimat langsung. 

Langkah pertama buat cerpen mini dialog tentang "PR besok kalimat langsung dan kalimat tak langsung." Kata temanmu. Lanjut penjelasan gurumu. Lanjut pengertian kalimat dan Kalimat langsung dan tak langsung. Kutip satu paragraf cerpen yang ada kalimat langsungnya. Kutip lagi satu paragraf cerpen tanpa kalimat langsung.

Bikin penjelasan masing-masing kalimat langsung dan tak langsung sesuai kutipan paragraf cerpen. Jelaskan ciri-ciri kalimat langsung disertai tulisan kalimat dan terakhir jelaskan di mana saja terdapat kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Harus disertai contoh ya biar banyak jumlah kata tulisan kita.

Kedua, Biasakan Membaca

Buka-buka tulisan di Kompasiana boleh, baca buku juga boleh, artikel di majalah juga oke, berita, atau komentar di media sosial untuk menemukan sudut pandang baru dan memperkaya wawasan.

Dengan iseng-iseng membaca kadang muncul ide tulisan. Buru-buru tulis di WA pribadimu. Sebab bisa hilang dan lupa bila tak langsung ditulis. Tak perlu langsung nulis. Sifatnya buat pengingat saja.

Ilustrasi Gambar Pengingat Tulisan: Foto Yusriana Siregar Pahu
Ilustrasi Gambar Pengingat Tulisan: Foto Yusriana Siregar Pahu

Ide itu tentang "Kenangan akan Mama Bawang saat massk" Pendek saja. Ditulis di group khusus nulis pribadi. Ide ini muncul sesudah 'membaca' group guru di sekolah tempat ngajar. Salah satu teman menulis, "Selamat Hari Ibu" 22 Desember 2024.

Ilustrasi Gambar Artikel Hari Ibu: Foto Yusriana Siregar Pahu
Ilustrasi Gambar Artikel Hari Ibu: Foto Yusriana Siregar Pahu

Akhirnya tulisan tercipta tentang Hari Ibu. Keren. Artikel Utama. Sedikit cuplikan artikel: "Seperti biasa, pagi ini aku memasak gulai dan sambal untuk keluarga kecilku. Salah satu rempah khas untuk kedua masakan itu bawang merah. Tiap kali mengupas bawang merah, bayangan Ibu selalu hadir menemani kegiatan memasakku."

Ketiga, Ciptakan Kebiasaan Menulis

Semakin sering menulis, semakin mudah ide bermunculan. Proses menulis secara rutin melatih otak untuk lebih peka terhadap sekitar dan terbiasa mengolah informasi menjadi tulisan.

Ide-ide yang tadinya sulit ditemukan akan muncul dengan sendirinya, bahkan dari hal-hal kecil yang sering terabaikan. Menjadikan menulis sebagai rutinitas juga membantu membangun kreativitas dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Sebaliknya, bila jarang menulis, kemampuan untuk menangkap ide dan menuangkannya dalam kata-kata pun akan melemah. Pikiran menjadi kurang terasah sehingga ide yang sebenarnya sederhana bisa terasa sulit diolah. 

Kebiasaan menunda-nunda menulis juga membuat kreativitas terhambat dan semakin sulit berkembang. Oleh karena itu, konsistensi adalah kunci untuk menjaga produktivitas dan mempertajam intuisi sebagai penulis.

Teruslah menulis minimal satu konten per hari. Aktivitasmu dalam rangka merawat dan memelihara Kompasiana. Bila tak mampu tulisan berat bisa yang ringan seperti diary dan puisi. Tulisan tak melulu harus tentang 'aku' 'saya'. Justru kita lebih jujur menulis bila tokoh bukan diri sendiri.

Mulailah dengan tekad one day one write, sebuah komitmen sederhana untuk menulis satu karya setiap hari. Dengan kebiasaan ini, kamu tidak hanya melatih disiplin, tetapi juga mengasah kemampuan menulis secara konsisten, sehingga ide-ide kreatif akan lebih mudah bermunculan dan tulisanmu semakin terasah. (Ni Yu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun