3. Komunikasikan dengan Keluarga
Jika keluarga memiliki ekspektasi tinggi, diskusikan keterbatasan finansial secara terbuka. Jelaskan bahwa pernikahan adalah awal dari perjalanan hidup, bukan titik akhir kebahagiaan.
4. Manfaatkan Tabungan, Hindari Utang
Mulailah menabung jauh-jauh hari untuk mempersiapkan biaya pernikahan. Hindari mengambil pinjaman, terutama dengan bunga tinggi.
5. Gunakan Konsep Pernikahan Sederhana
Tren pernikahan intim atau intimate wedding kini semakin diminati. Selain lebih hemat, konsep ini memungkinkan pasangan lebih fokus pada esensi pernikahan itu sendiri.
Baru-baru ini ada pula kejadian pilu pasangan tetanggaku. Pernikahan dokter Irvan dan dokter Dewi yang semula direncanakan menjadi momen bahagia justru harus batal karena kendala mahar. Keluarga Dewi di Sumatera Utara meminta mahar sebesar 300 juta rupiah.
Karena dianggap terlalu besar oleh pihak Irvan di Sumatera Barat. Mahar tersebut dinilai menjadi beban berat meskipun Irvan sebenarnya sudah mempersiapkan diri secara matang untuk membangun rumah tangga.Â
Perbedaan pandangan tentang mahar ini akhirnya memicu ketegangan antara kedua keluarga hingga kesepakatan untuk melanjutkan pernikahan tak lagi tercapai. Irvan akhirnya menikahi Virjinia tetangga kami. Juga dokter.
Kasus ini menunjukkan bagaimana tradisi di suatu daeeah dan ekspektasi keluarga bisa memengaruhi hubungan pasangan, bahkan di kalangan profesional seperti dokter Irvan dan dokter Dewi. Mereka dijebak dan dipisah oleh adat istiadat.
Meskipun mahar sering dianggap simbol penghormatan dalam budaya tertentu, jumlah 300 juta, terlalu besar bagi keluarga dokter Irvan. Meskipun mahar itu nantinya dibawa Dewi ke rumah suaminya.