Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perilaku Gaslighting di Kalangan Murid Langkah Menuju Hancurnya Pendidikan dan Sikap Guru dalam Menangani

10 November 2024   13:36 Diperbarui: 10 November 2024   13:39 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bisa membuat korban merasa bersalah atau ragu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pelaku gaslightingpun diberi lagi kesempatan dan kesempatan. Kekerasan pun terjadi seperti orangtua yang membalas dendam kepada guru dan teman pelaku gaslighting.

4. Menggunakan Humor untuk Mengaburkan Penyakit Emosional

Beberapa murid laki-laki pun saat ini menggunakan humor atau sarkasme sebagai alat untuk menyembunyikan bentuk manipulasi mereka. Contohnya, setelah melakukan tindakan yang menyakiti teman, mereka bisa berkata, "Itu kan cuma lucu-lucuan. Kamu terlalu serius menanggapinya." 

Dengan menganggap remeh perasaan orang lain, mereka mendorong korban untuk mempertanyakan apakah reaksi mereka sudah tepat, atau apakah mereka terlalu sensitif terhadap hal-hal kecil sesuai candaan pelaku gaslighting tersebut.

5. Isolasi Sosial dalam Grup Teman

Pelaku gaslighting di antara murid laki-laki juga dapat mencoba mengisolasi korban dari kelompok teman mereka. Misalnya, seorang murid berkata kepada teman sekelasnya, "Semua orang di kelas ini tidak suka padamu," atau "Kamu memang nggak pernah diajak main karena kamu aneh." Pernyataan ini bisa memicu rasa tidak aman dan ketergantungan sosial, membuat korban merasa tidak layak mendapatkan dukungan dari teman-temannya.

6. Membuat Korban Meragukan Bakat atau Keterampilan Mereka

Dalam beberapa kasus, murid laki-laki dapat menggunakan gaslighting untuk menurunkan rasa percaya diri temannya dalam konteks akademis atau ekstrakurikuler. Misalnya, setelah temannya mendapatkan nilai bagus atau memenangkan kompetisi, pelaku gaslighting berkata, "Itu cuma kebetulan, kok," atau "Kamu pasti cuma beruntung." 

Dengan begitu, pelaku membuat korban meragukan bakat dan kerja keras mereka sendiri, meskipun mereka sudah mencapai prestasi tertentu.

7. Memutarbalikkan Cerita saat Terjadi Konflik

Ketika terjadi konflik di antara murid laki-laki, sering kali ada kecenderungan bagi pelaku gaslighting untuk memutarbalikkan cerita agar mereka terlihat sebagai pihak yang benar. Misalnya, setelah bertengkar, pelaku bisa mengatakan, "Kamu yang mulai duluan," atau "Semua orang tahu kamu yang selalu cari masalah."

Ini membuat korban merasa bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi, terutama jika banyak saksi yang diam atau mendukung pelaku. Tak ada yang menyelesaikan kasusnya.

8. Menggunakan Media Sosial untuk Gaslighting

Selain di lingkungan sekolah, gaslighting juga bisa terjadi di media sosial, yang sering digunakan oleh murid laki-laki untuk mengontrol persepsi orang lain. Pelaku mungkin mengubah narasi atau menyebarkan informasi palsu di platform seperti WhatsApp atau Instagram, membuat korban merasa tertekan dan malu di depan teman-teman mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun