Hal itu bisa membuat guru meragukan pengamatan mereka sendiri dan merasa tidak yakin tentang tindakan disiplin yang akan diambil. Gurupun terpaksa memproses mereka satu persatu dengan drama yang panjang dan melelahkan.
Begitupun dengan Arkha. Ia tertangkap basah membuang sampah jajanan es krim, mie goreng, dan basreng. Ketika diberi kode lewat lirikan mata pada sampah dan mata Arkha, ia dengan santai mengangkat kedua bahunya dan berlalu begitu saja.
2. Meremehkan Keluhan Teman Sebaya
Beberapa murid laki-laki mungkin meremehkan atau mengabaikan perasaan temannya setelah mereka melakukan bullying verbal atau fisik. Bahkan mereka memutarbalikkan fakta dengan berkata, "Mana ada. Kamu yang minta kue abang. Malah kamu tuduh abang memerasmu.
Begitu pun setelah mengejek atau merendahkan temannya, mereka  mengatakan, "Ah, kamu terlalu baper," atau "Santai saja, itu cuma bercanda."
Ini adalah taktik gaslighting yang membuat korban merasa berlebihan atau salah dalam merespons bullying dan ejekan sehingga mengacaukan persepsi mereka tentang apa yang terjadi.
Demikian juga Rio ketika ia memeras adik-adik kelasnya  ia pun membantah semua itu. Malah ia curhat kepada ibu, nenek, dan kepala sekolah bahwa ia yang dibully adik kelas. Adik kelas merasa ia culun. Ibu, nenek, dan kepala sekolah pun menyikapi ini sebagai candaan saja. Bukan masalah besar yang harus disikapi pihak sekolah
3. Distorsi Realitas dalam Konflik Kelompok
Dalam dinamika kelompok, murid laki-laki sering kali menggunakan gaslighting untuk memanipulasi situasi demi menghindari masalah atau menciptakan keuntungan sosial bagi pelaku.
Misalnya, ketika seorang murid tertangkap satpam membawa rokok ke sekolah. Ia tak mengaku bahwa rokok itu miliknya. Ia pun menyebut rokok itu milik Ari dan teman sekelompok lainnya.
Bahkan ia tak segan memukul Ari karena tak mau mengakui bahwa rokok itu milik mereka sekelompok. Lagi kepala sekolah dan satpampun menjadi korban gaslighting pelaku. Mereka ragu menuduhnya karena tak terbukti sedang menghisap rokok itu.
Demikian juga ketika seorang murid dikeluarkan dari kelompok permainan futsal atau tim olahraga karena perilaku buruk, pelaku gaslighting mengatakan, "Kamu yang bilang ingin keluar," atau "Kamu memang tidak pernah cocok di sini sejak awal."