Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Kepala Menegaskan dalam Rapat Tugas Guru Hanya Mengajar: Pandangan, Tinjauan Teoritis, dan Dampaknya bagi Karakter Guru vs Siswa

6 November 2024   20:39 Diperbarui: 6 November 2024   20:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam berlalu dan Bu Yuli menyampaikan materi seadanya. Tak ada kegiatan tambahan, tak ada cerita pengantar yang biasa membuat kelas menjadi hidup. Ia hanya memberikan penjelasan singkat, kemudian membiarkan anak-anak mengerjakan tugas.

Sore harinya, di ruang guru, suasana tak jauh berbeda. Setiap orang sibuk dengan tugas masing-masing, tapi tanpa senyum atau percakapan hangat yang biasanya mengisi ruangan.

Bu Nina menghela napas panjang, mendongak, lalu berbisik pada Bu Yuli, "Aku merasa seperti robot, hanya sekadar menyampaikan materi."

Bu Yuli pun mengangguk pelan. “Aku juga. Entah kenapa rasanya ada yang hilang... sesuatu yang dulu membuat kita betah berlama-lama di kelas."

"Kita tak perlu menuruti kepala sekolah. Beliau cuma sesaat di sekolah ini. Tugas kita tetap menjaga kualitas sekolah." Tiba-tiba Pak Agus masuk ruangan majelis guru. Semua guru menyambut dengan anggukan.

Hari-hari berlalu dan suasana itu terus berlanjut. Guru-guru yang tak peduli, kelas-kelas menjadi dingin. Murid-murid tak lagi mendapat nasihat atau perhatian di luar pelajaran. Di sudut hatinya, Bu Yuli tahu bahwa semua ini, perlahan-lahan, sedang menggerogoti mutu pendidikan mereka.

Satu demi satu, semangat para guru yang dulu menyala kini mulai padam, hanya meninggalkan jejak-jejak kelelahan di wajah mereka yang sepi dari keceriaan.

Di saat-saat itu, Bu Yuli diam-diam berharap ada yang mengingatkan Pak Herman bahwa guru bukan sekadar mesin yang mengajar. Mereka guru sebagai pemandu, penjaga, dan pembimbing jiwa-jiwa muda, murid mereka. 

Ketika peran itu dibatasi, yang tersisa hanyalah ruang kosong tanpa asa, di mana mimpi-mimpi masa depan tumbuh tanpa bimbingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun