Hukuman yang sah dan benar bukanlah bentuk hukuman yang keras atau menyakitkan, tetapi hukuman yang mendidik dan memperbaiki. Dalam mendisiplinkan siswa, guru sebaiknya menghindari bentuk hukuman fisik atau yang bersifat merendahkan.
Sebaliknya, guru harus berfokus pada pendekatan yang lebih mendidik, seperti teguran lisan, tugas khusus, konseling, pembatasan hak istimewa, penulisan refleksi, dan kerja sosial.
Dengan demikian, proses pendisiplinan menjadi kesempatan bagi siswa untuk belajar dan memperbaiki diri, sehingga nilai-nilai kedisiplinan yang diajarkan dapat dihayati dan diterapkan dalam kehidupan mereka.
Hukuman yang benar dan sah akan lebih berfokus pada pembentukan karakter dan sikap, bukan sekadar penebusan kesalahan. Ini akan membantu siswa menjadi individu yang lebih baik, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
Kesimpulan
Di era kompleks ini, pengetahuan hukum tidak hanya bermanfaat bagi para profesional di bidang hukum, tetapi juga penting bagi profesi guru.
Dengan pemahaman hukum yang baik, guru dapat melindungi dirinya dari potensi kriminalisasi yang tidak adil, menghindari kesalahpahaman, dan memastikan bahwa tindakan yang mereka lakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pengetahuan hukum bukan untuk menjauhkan guru dari siswa, melainkan menjadi bekal agar para guru dapat menjalankan tugasnya dengan tenang, percaya diri, dan terlindungi.
Langkah Akhir yang Tenang
Hari itu suasana ruang mediasi sekolah begitu tegang. Bu Dina duduk di kursinya dengan tenang, menatap ke arah sepasang orang tua yang tampak gelisah. Mereka baru saja mengajukan keluhan resmi tentang putri mereka yang merasa "dihukum secara tidak adil."
Menurut mereka, Bu Dina telah bertindak kasar karena memberi teguran keras saat sang anak tertangkap mencontek di kelas. Kasus lain lagi selesai kasus siswa terlambat pada cerpen pembuka di atas.