Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghadapi Siswa Cerdas tapi Pendiam, Guru Hanya Perlu Lakukan 5 Kiat Ini!

19 Oktober 2024   11:26 Diperbarui: 19 Oktober 2024   11:28 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyum murid dan guru: Foto by id.lovepik.com

"Suara yang Tak Terucap"

Di sudut kelas 9E, kelas paling sunyi selalu ada seorang siswa yang sibuk dengan dunianya sendiri. Namanya Aisyah. Setiap hari ia duduk di sana sambilmemperhatikan papan tulis dengan mata yang tajam namun, bibir jarang sekali berbicara.

Teman-temannya menyebutnya pendiam. Bahkan kadang tak terlihat. Tapi bagi Aisyah, dunia di dalam pikirannya jauh lebih ramai daripada apa yang bisa ia ucapkan dengan kata-kata kepada temannya.

Hari itu seperti biasa, Aisyah sibuk menulis sesuatu di buku catatannya. Tangan mungilnya bergerak cepat. Ia mencatat bukan hanya apa yang dijelaskan oleh guru, tetapi juga ide-ide yang tiba-tiba muncul di benaknya.

Tidak ada yang tahu bahwa dalam diamnya Aisyah, ia sedang memikirkan jawaban untuk pertanyaan besar yang selalu ia renungkan: "Bagaimana caranya mengubah dunia tanpa harus berteriak kencang?"

"Aisyah!" Panggil Bu Santi. Beliau guru matematika yang selalu memperhatikan tingkah lakunya dari kejauhan. "Apakah kamu mengerti soal ini?"

Aisyah menatap papan tulis. Soal aljabar yang rumit terpampang di sana. Teman-temannya mulai menggumam. Banyak yang kebingungan. Tapi Aisyah hanya mengangguk kecil. Tanda ia sudah mengerti.

Meski begitu, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Bukan karena ia tidak mau, melainkan karena pikirannya terlalu sibuk menganalisa setiap detail dari soal itu.

Bu Santi tersenyum lembut. Ia tahu, Aisyah paham lebih dari yang terlihat. Namun ia juga sadar, Aisyah lebih memilih diam. Bukan karena takut tapi karena ada hal-hal yang hanya bisa dipahami dalam kesunyian. Itulah sekelumit siswaku Aisyah.

Menghadapi Siswa yang Cerdas dan Pendiam: Memahami Kebutuhan Mereka dalam Proses Pembelajaran

Setiap siswa pasti memiliki keunikan dalam cara mereka berpikir dan berinteraksi. Salah satu tipe siswa yang sering ditemukan di dalam kelas adalah siswa yang cerdas namun pendiam. Bahkan sangat pendiam.

Mereka mungkin tidak sering berbicara tetapi sebenarnya sedang memproses berbagai informasi dalam pikirannya dengan mendalam.

Bagi guru, penting untuk memahami bahwa siswa seperti ini bukan tidak mau berbicara, melainkan lebih memilih untuk fokus pada pemikiran dan analisis sebelum mengungkapkan ide-ide mereka. Aku sendiri sering menanyai mereka sendirian di koridor sekolah.

"Ibu lihat kamu banyak mencatat. Apa yang kamu catat, hmm? Tahu tidak. Serasa Ibu melihat diri Ibu waktu sekolah dulu. Banyak sekali memori dan imajinasi di kepala Ibu." Aku mengorek sambil tersenyum.

Awalnya mereka malu-malu bercerita. Takut dinilai aneh. Akupun mulai bercerita masa kecilku. Catatanku pasti dua tiap mata pelajaran. Satu buat nyatat di papan tulis dan satu lagi buat nyatat tips, kiat, dan imajinasi dari pikiran Ibu.

Sejak saat itu, mereka pun terbuka mau bercerita apa yang mereka tulis. Bukan diceritakan juga sih. Tapi mereka serahkan catatan mereka. Kadang aku beri masukan kepada mereka. Paling mereka acung jempol, tersenyum, lalu menuliskannya. Aku menyebut mereka si kulkas dua pintu.

Ada beberapa alasan sebenarnya yang menyebabkan mengapa siswa cerdas itu cenderung pendiam. Ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi kita guru dalam memaksimalkan potensi mereka. Berikut di antaranya:

1. Mereka Fokus pada Kegiatan Intelektual

Siswa cerdas sering menghabiskan banyak waktu dalam kegiatan yang membutuhkan konsentrasi dan pemikiran mendalam. Mereka mungkin lebih suka membaca, menulis, atau memikirkan solusi untuk masalah-masalah kompleks.

Ketika siswa lain lebih aktif berbicara atau berinteraksi secara langsung, siswa cerdas yang pendiam sering kali memilih untuk tenggelam dalam pemikiran.

Dalam situasi ini, guru perlu menciptakan kesempatan yang memungkinkan siswa tersebut untuk mengekspresikan hasil dari pemikiran mereka. Misalnya melalui tugas tertulis atau proyek individu.

2. Mereka Melakukan Pemikiran Mendalam dan Fokus pada Detail

Salah satu ciri khas siswa yang cerdas adalah kecenderungan untuk memproses informasi secara mendalam. Mereka tidak puas hanya dengan melihat sesuatu dari permukaan, melainkan selalu mencari pemahaman yang lebih dalam lagi.

Siswa seperti ini mungkin tampak diam karena mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk merenung dan menganalisis setiap informasi yang diterima.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup bagi siswa tersebut untuk berpikir sebelum mereka diminta untuk memberikan tanggapan.

3. Mereka Teliti dan Detail Menilai

Siswa cerdas yang pendiam pun biasanya lebih teliti dan detail dalam menilai sesuatu. Hal ini bisa terlihat dari hasil karya mereka yang sering kali sangat terperinci dan penuh pertimbangan.

Guru perlu menghargai hal ini dengan memberikan apresiasi terhadap kualitas hasil kerja mereka. Bukan hanya kuantitas partisipasi di kelas saja. Gurupun bisa menambahkan hasil perenungan mereka.

4. Mereka Memiliki Kepekaan Emosional dan Intelektual

Siswa yang cerdas sering kali tidak hanya memiliki kecerdasan akademis. Tetapi juga kepekaan emosional yang tinggi. Mereka sangat peka terhadap perasaan orang lain dan suasana di sekitarnya. Inilah mengapa mereka cenderung memilih untuk diam dalam situasi yang bisa memicu konflik atau ketidaknyamanan.

Dalam hal ini, penting bagi guru untuk memastikan bahwa lingkungan kelas selalu kondusif sehingga siswa pendiam merasa aman dan nyaman untuk berbicara jika mereka merasa perlu.

Kepekaan intelektual ini juga membuat siswa pendiam lebih selektif dalam berbicara. Mereka hanya akan berbicara jika mereka merasa apa yang disampaikan relevan dan bermanfaat. Diam adalah emas mereka pegang.

Sikap diam ini bukanlah tanda kurangnya kemampuan berkomunikasi mereka, melainkan karena mereka lebih menghargai makna dari setiap kata yang diucapkan.

Menghadapi Siswa yang Cerdas dan Pendiam: 5 Kiat Guru dalam Menghadapi Siswa Cerdas yang Pendiam

1. Berikan Mereka Tugas yang Menantang

Siswa cerdas membutuhkan tantangan yang sesuai dengan kapasitas int elektual mereka. Guru bisa memberikan tugas yang memerlukan analisis mendalam, seperti proyek penelitian atau diskusi yang mendalam.

Tugas semacam ini akan menarik minat siswa pendiam karena mereka bisa memanfaatkan waktu untuk berpikir dan merenung sebelum memberikan jawaban yang solid menurut mereka.

2. Jangan Paksa Mereka untuk Berbicara

Memaksa siswa pendiam untuk terus-menerus berbicara di depan kelas hanya akan membuat mereka merasa tertekan. Sebaliknya, berikan mereka ruang dan waktu untuk berpikir.

Jika mereka merasa siap, mereka akan berbicara dengan sendirinya. Sebagai alternatif, guru dapat memanfaatkan metode seperti penulisan esai atau diskusi dalam kelompok kecil yang lebih intim untuk mengasah kemampuan mereka.

3. Ajak Mereka Terlibat dalam Diskusi Kelompok Kecil

Siswa pendiam cenderung lebih nyaman berbicara dalam kelompok kecil. Dengan memecah kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, guru dapat membantu siswa ini untuk lebih terlibat dalam diskusi tanpa merasa tertekan oleh perhatian dari banyak orang.

4. Berikan Apresiasi terhadap Pemikiran Kritis Mereka

Siswa cerdas yang pendiam sering kali memiliki pemikiran yang sangat kritis dan mendalam. Ketika mereka akhirnya berbicara atau menunjukkan hasil kerja mereka yang kritis itu, berikan apresiasi yang pantas. 

Pengakuan ini akan membuat mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk lebih sering berpartisipasi di masa depan.

5. Bina Hubungan Personal dengan Mereka

Membangun hubungan personal yang baik dengan siswa pendiam akan membantu mereka merasa lebih nyaman untuk berbicara. Guru dapat mendekati siswa tersebut di luar kelas atau dalam situasi informal untuk lebih mengenal mereka. 

Dengan pendekatan ini, siswa akan merasa lebih diperhatikan dan mungkin lebih terbuka dalam menyampaikan pemikiran mereka di kelas bila kita guru membina hubungan personal dengan mereka.

Siswa cerdas yang pendiam merupakan aset berharga dalam kelas karena mereka memiliki pemikiran yang mendalam dan kepekaan yang tajam. Namun, untuk dapat memaksimalkan potensi mereka, guru perlu menggunakan pendekatan yang tepat. 

Dengan memberikan tantangan intelektual, menciptakan lingkungan yang aman, dan tidak memaksa mereka untuk berbicara, guru bisa membantu siswa pendiam untuk lebih percaya diri dalam mengekspresikan ide-ide mereka.

Sikap diam mereka bukanlah tanda ketidakmampuan, tetapi justru bukti dari kontrol diri dan kedalaman pemikiran yang patut dihargai yang mereka miliki sebagai identitas uniq mereka.

"Suara yang Tak Terucap" Penutup

Bel berbunyi menandakan akhir dari pelajaran. Kelas mulai riuh. Murid-murid segera bergegas keluar. Namun, Aisyah tetap duduk di tempatnya. Ia tampak merapikan buku catatannya dengan tenang.

Bu Santi yang sedang membereskan meja, mendekatinya perlahan.

"Ai...syah, boleh Ibu bicara sebentar?" tanya Bu Santi sambil tersenyum.

Aisyah mengangguk. Agak senyum enggan sedikit. Ia menutup bukunya dan menatap Bu Santi dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.

"Kamu anak yang luar biasa, Aisyah. Ibu tahu kamu banyak berpikir, lebih dari yang kamu katakan. Itu bukan sesuatu yang salah." Ujar Bu Santi lembut. "Tapi kadang, suara yang keluar, meski sedikit, bisa sangat berarti. Terutama bagi kami, Nak. Gurumu."

Aisyah terdiam sejenak. Ia tahu, Bu Santi mengerti dirinya lebih dari orang lain. Di balik diamnya, ada begitu banyak hal yang ingin ia sampaikan. Tapi ia belum menemukan cara yang tepat.

"Ibu tidak meminta kamu untuk berubah, tidak juga memaksa kamu untuk berbicara lebih banyak. Tapi Ibu ingin kamu tahu, suaramu, sekecil apa pun, bisa mengubah sesuatu. Ketika kamu siap, Ibu akan mendengarkannya." Bu Santi tersenyum.

Nah, bagi kita guru, penting untuk memahami bahwa Aisyah seperti ini bukan tidak mau berbicara, melainkan ia lebih memilih untuk fokus pada pemikiran dan analisisnya sebelum mengungkapkan ide-idenya. Bu Santipun mulai beraksi menanyai Aisyah.

"Ibu lihat kamu banyak mencatat. Apa yang kamu catat, hmm? Tahu tidak. Serasa Ibu Santi melihat diri Ibu waktu sekolah dulu. Banyak sekali memori dan imajinasi di kepala Ibu." Aku terus mengorek sambil tersenyum.

"Bu Santi dulu awalnya malu-malu juga bercerita."

Takut dinilai aneh oleh Aisyah. Bu Santipun mulai bercerita masa kecilnya kepada Aisyah. "Catatan Ibu pasti dua tiap mata pelajaran. Satu buat nyatat yang  di papan tulis dan satu lagi buat nyatat tips, kiat, dan imajinasi dari pikiran Ibu sendiri."

Aisyah tersenyum kecil, senyum yang jarang terlihat. Dalam hatinya, ia merasa lebih dihargai daripada sebelumnya. Bu Santi memahami ada kekuatan dalam diamnya. Tapi juga memberi ruang untuk suaranya yang suatu saat mungkin akan terdengar.

Hari itu, Aisyah keluar dari kelas dengan perasaan yang berbeda meski belum berani bercerita kepada Bu Guru Santi. Ia tidak perlu memaksakan diri untuk berbicara lebih banyak dari yang diinginkannya.

Namun ia tahu jika suatu saat ia ingin menyuarakan pikirannya. Ketika itu ada yang akan mendengarkannya. Rasanya itu sudah lebih dari cukup.

Di balik kesunyian itu, Aisyah menyadari, suaranya akan muncul ketika waktunya tiba, dan ketika itu terjadi, dunia di sekelilingnya mungkin akan mendengar lebih dari sekadar kata-kata.

Aisyah berjanji dalam hati kecilnya. Ia pandangi buku catatan imajinasinya. Besok akan ia perlihatkan kepada Bu Santi. Sedangkan Bu Santi di sudut ruang kamarnya pun sedang membayangkan Aisyah muridnya.

'Akankah esok Aisyah dan dirinya mulai terbuka?' Bu Santi tersenyum. Aisyah cerdas tapi pendiam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun