Sebaliknya, menawarkan dukungan dengan pendekatan yang lebih terbuka, misalnya, "Mari kita coba bersama. Jika kamu masih kesulitan, saya akan membantumu lebih lanjut," akan jauh lebih efektif dalam mendorong kemandirian siswa tanpa membuat mereka merasa ditinggalkan.
Tak jarang pula, dalam situasi tertentu, guru harus memberikan instruksi yang spesifik kepada siswa. Sama halnya dengan orang tua, mengajarkan anak-anaknya untuk berperilaku baik kepada siapa saja.
Guru juga perlu memberikan arahan yang jelas. Misalnya, ketika berada di laboratorium sains, guru dapat mengatakan, "Tolong pastikan untuk tidak menyentuh alat-alat sebelum instruksi diberikan." Dengan memberikan arahan yang spesifik, siswa akan lebih mudah memahami apa yang diharapkan dari mereka dan dapat berperilaku sesuai yang diharapkan.
3. "Kenapa kamu tidak mengatakan ini lebih awal?"
Sebagai seorang guru, membina kepercayaan dengan siswa juga sangat penting. Saat siswa mulai membuka diri tentang masalah yang mereka hadapi, hindari memberikan respons seperti, "Kenapa kamu tidak mengatakan ini lebih awal?"
Sebaliknya, berikan apresiasi dengan mengatakan, "Terima kasih sudah berbagi cerita ini." Dengan demikian, siswa akan merasa dihargai dan didengar, yang pada akhirnya akan memperkuat hubungan antara guru dan siswa.
4. "Ini bukan masalah besar"
Meskipun siswa mengalami suatu hambatan atau masalah mungkin tampak sepele bagi kita guru. Bukan berarti hal itu terasa sepele bagi seorang siswa.
Sering kali, guru mengatakan, "Ini bukan masalah besar," ketika siswa mengalami suatu hambatan.
Pernyataan-pernyataan ini sering kali tak menghargai perasaan siswa. Pernyataan tersebut dapat membuat siswa merasa bahwa perasaan mereka diabaikan atau percaya bahwa perasaan mereka tidak dihargai.
Hal itu juga dapat menyebabkan siswa meragukan diri mereka sendiri dan keabsahan perasaan atau pengalaman mereka.