Terkadang, sebagai guru, kita merasa perlu turun tangan ketika siswa menghadapi kesulitan, baik dalam pelajaran maupun konflik di antara teman-teman mereka. Namun, jika kita selalu melakukannya, siswa tidak akan belajar bagaimana memecahkan masalah sendiri.
Memberikan ruang bagi siswa untuk menghadapi tantangan kecil, dengan panduan dan dukungan jika diperlukan, membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemandirian.Â
Ketika mereka berhasil mengatasi masalah sendiri, mereka akan merasa lebih percaya diri dan hubungan saling menghormati pun akan terbentuk.
Dengan menghindari lima perilaku ini, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan penuh rasa hormat di dalam kelas. Seiring berjalannya waktu, rasa saling percaya dan penghargaan ini akan menjadi landasan bagi pembelajaran yang lebih efektif dan pengalaman sekolah yang lebih menyenangkan bagi siswa dan guru.
"Berkat Sang Guru"
Sudah beberapa minggu sejak percakapan itu terjadi di kelas, Bu Rina mulai merasakan perubahan di dalam dirinya dan juga di mata para muridnya. Tidak ada lagi rasa tegang yang kerap menyelimuti ruangan setiap kali ia memulai pelajaran.
Lima tips di atas membuatnya berubah. Anak-anak tampak lebih terbuka sekarang, lebih bersemangat untuk bertanya, dan yang terpenting, mereka mulai berbicara tanpa rasa takut lagi. Bu Rina tersenyum sendiri.
Hari itu, Raka, yang biasanya paling sulit diajak bicara, datang ke meja Bu Rina seusai pelajaran selesai. Siswa-siswa lain sudah berlarian keluar kelas. Namun, Raka tampak ragu.
"Bu Rina!" Panggilnya perlahan.
Bu Rina menoleh, memberikan senyum yang penuh perhatian.
"Iya, Raka? Ada yang ingin kamu bicarakan?"