Sedih memang bila ada yang komen begitu. Terasa berat sekali tugasku selaku guru untuk mengubah mindset mereka. Benarkah mereka demikian? Entahlah. Yang jelas, mereka suka jalan-jalan di kelas. Bernyanyi. Bahkan keluar masuk kelas sambil kejar-kejaran seolah aku tak ada di depan mereka.
Begitupun bila kami di masjid, mereka berlari, bercanda, menendang, mencekik, tapi banyak juga yang rebahan. Bukan mengejar melaksanakan Tahyatul Masjid. "Janganlah kamu duduk di masjid sebelum shalat dua rakaat." Begitu Sunnah Rasulullah SAW.
Demikian juga ketika aku berjalan di depan kelas mereka. Koridor kelas penuh sampah plastik bekas mereka makan. Tempat duduk mereka yang disediakan di depan kelas juga penuh sampah plastik. Lebih miris lagi mereka tak merasa bersalah makan dan minum sambil berjalan.
Aku berusaha menegur. Memberi sanksi tapi jumlah mereka lebih banyak. Akupun kewalahan. Aku proses di koridor kelas A. Di kelas B melanggar. Demikian lingkaran kecuekan ini dari kelas satu ke kelas-kelas lainnya.
Tak lama sesudahnya, meletus pula kasus merokok di toilet, mengompas, dan melakukan tindak kekerasan. Rabbi. Akupun tak berdaya. Akupun ishtikharah untuk mereka. Memohon pertolongan Allah SWT.
Itulah sekelumit Generasi Z. Muncul lagi tanya: Generasi Z siapa?
Generasi Z mencakup individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Memang sering kali disalahpahami dan diberi label yang merugikan, seperti "generasi zonk", "suka kekerasan", atau "tak berkarakter". Ya karena situasi di atas.
Stereotip semacam itu sering muncul karena generalisasi yang terburu-burukah tanpa pemahaman mendalam tentang konteks sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk kehidupan mereka.
Namun, apakah benar generasi ini dapat dilabeli sedemikian rupa? Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi karakteristik utama Generasi Z dan menilai apakah tuduhan tersebut benar adanya?
Teknologi dan Keterhubungan: Sumber Daya, Bukan Beban
Salah satu ciri yang paling mencolok dari Generasi Z adalah mereka tumbuh di tengah ledakan teknologi digital. Parahnya lagi ada serangan Covid-19. Gayung bersambut. Generasi Z dirumahkan. Mereka pun DARING. Merekapun memanfaatkan ledakan teknologi digital itu.