Real Food: Kembali ke Makanan Sehat dan Alami
Real food sebagai makanan yang merujuk pada makanan yang alami, minim proses pengolahan, dan tidak mengandung zat tambahan buatan seperti pengawet, pemanis buatan, atau pewarna sintetis.
Pola makan berbasis real food dipercaya lebih menyehatkan karena kaya akan nutrisi dan bebas dari bahan kimia berbahaya yang biasa ditemukan dalam makanan olahan.
Namun, meski kini banyak dibicarakan, konsep real food sebenarnya bukanlah hal baru. Jauh sebelum teknologi makanan berkembang, manusia mengonsumsi makanan dalam bentuk yang hampir sama dengan kondisi aslinya di alam.
Sayur-mayur segar, buah-buahan, daging tanpa pengawet, dan biji-bijian utuh menjadi sumber makanan utama. Pengolahan makanan saat itu juga sangat sederhana, seperti merebus, membakar, atau menumbuk.Â
Seiring perkembangan zaman, teknologi mengubah cara kita memproses dan mengonsumsi makanan.
Sejak revolusi industri dan berkembangnya teknologi pangan pada abad ke-20, terjadi pergeseran besar dalam pola makan manusia. Banyak makanan yang sebelumnya segar dan alami, kini diolah menjadi lebih awet, lebih manis, lebih gurih, tetapi sering kali kehilangan sebagian besar nutrisinya.
Tak hanya itu, makanan olahan ini sering kali sarat dengan bahan kimia tambahan yang tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka panjang.
Gerakan kembali ke real food muncul sebagai respons terhadap dampak negatif makanan olahan pada kesehatan masyarakat.
Semakin banyak orang menyadari bahwa makanan olahan berkontribusi terhadap masalah kesehatan serius, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kanker.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan makanan alami dapat membantu mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.